Chapter 18 - Dying From Hurt

4K 170 38
                                    

Kami masuk kedalam Bar dan duduk di sebuah table. "Tunggu sebentar disini, aku akan memesan minuman." Ucapnya seraya berjalan menuju Bar. "Hmm, oke" jawabku sembari menikmati lantunan musik. Aku menunggu Jackson, seraya memainkan ponselku bosan. Kemudian melihat sekeliling tak berminat, meskipun aku berada di dalam bar.

Lalu kembali, memainkan ponselku. Namun, mataku seketika membesar menatap layar ponselku tak percaya. Aku langsung menatap ke depan dan melihat sebuah bar dan kembali menatap ponselku. "Joseph disini?!" kataku spontan. Seakan tak percaya dengan apa yang ku lihat di layar ponselku. Aku bangkit dari tempat dudukku dan pergi berkeliling bar. Aku berusaha menemukan spot yang berada di post Instagram Joseph, untuk memastikan bahwa ia benar-benar berada disatu tempat yang sama denganku.

Aku menemukan spot yang Joseph posting di Instagramnya. Spot yang Joseph foto adalah spot khusus untuk tamu VVIP. Aku tak bisa masuk kedalam tapi aku bisa dengan jelas melihat orang-orang yang duduk di dalamnya. Aku berusaha menemukan sosok Joseph di kerumunan banyak orang tersebut. Aku terus menatap sekeliling disitu. "Ally. Kau mau kemana? Kau ingin duduk disitu?" tanya Jackson. Tanpa sadar aku mengangguk mengiyakan pertanyaannya.

"Kita memang akan pindah ke dalam. Aku mencari-carimu untuk mengajakmu pindah." Ucap Jackson yang membuatku terkejut menatapnya. "Ayo, masuk. Ini minumanmu." Lanjutnya sembari memberikan segelas martini ke tanganku. Kami masuk kedalam setelah Jackson menunjukan sebuah kartu keanggotaan. "Kau anggota VVIP?" tanyaku penasaran. Jackson tertawa kecil menatapku seraya menggelengkan kepalanya. "Ally, aku sudah katakan padamu bahwa ini adalah bar favoritku, bukan?" Ucap Jackson yang membuatku mengeluarkan ekspresi mengerti apa yang dikatakannya.

Aku dan Jackson duduk di sebuah sofa berbentuk U dan menikmati segelas Martini. Tiba-tiba aku merasa perlu untuk ke toilet. "Jack, aku perlu ke toilet sekarang. Dimana toiletnya berada?" Tanyaku pada Jackson yang tengah menikmati teqilanya. "Kau jalan lurus terus nanti didepan belok kiri. Disitu toiletnya berada." Ucapnya memberikan instruksi padaku. Aku mengangguk lalu kemudian langsung pergi meninggalkan Jackson. Aku di dalam toilet tak begitu lama. Setelah buang air kecil, aku juga memperbaiki makeupku sedikit.

Aku keluar dari toilet dan berjalan menuju meja dimana Jackson berada. Aku melewati bar VVIP dan seorang pria menabrakku. "Aku minta maaf." Ucapnya yang membuatku mematung di tempat. "Carly? Apa ini benar kau?" Tanyanya yang membuatku menutup wajahku dan berjalan ke arah Bar VVIP. Bian terus mengikutiku dari belakang. "Carly, aku tahu itu kau. Come on, kau tak perlu menutupi wajahmu. Aku sudah tau itu kau." Ucap Bian yang membuatku pasrah memalingkan wajahku ke arahnya. "Baiklah, aku sudah ketahuan olehmu. Apa kau puas?" Ucapku kesal.

Namun saat aku ingin terlepas dari Bian yang mengikutiku, tubuhku seketika terasa seperti tersambar kali berulang kali. Mataku tertuju ke ujung Bar VVIP dan aku cukup dekat dengannya. "Joseph?!" Pekikku tanpa sadar ke arah seorang pria yang tengah berciuman dengan seorang wanita cantik dengan rambut pirang mengenakan dress pink neon, yang ternyata adalah kekasih Joseph.

Seketika aktivitas mereka berdua terhenti dan pria itu tampak terkejut melihatku. "Carly?!" Ucapnya dingin tanpa ekspresi seperti biasa. Ia tampak meyakinkan bahwa yang di depannya adalah aku. Aku menatapnya dengan tatapan tak percaya seraya menggelengkan kepalaku. Aku tak menyangka akan mendapati Joseph dengan seorang wanita berciuman tepat di depan mata kepalaku seperti aku mendapati Brody dulu. Sungguh, aku tak menyangka. Mataku terasa panas dan berair.

"Ally, apa kau tersesat? Aku pergi mencarimu karena kau tak kembali lebih dari 30 menit. Aku pikir kau kenapa-kenapa." Ucap Jackson yang membuat Joseph dan Bian menatapnya dari ujung kaki sampai kepala. "Kau siapa?" Tanya Bian menyelidik. Jackson mengerutkan dahinya menatap Bian. "Kau yang siapa?" Tanya Jackson balik. Aku membalikan tubuhku menghadap Jackson.

Tanpa sadar aku sudah berlinang air mata. "Ally, kenapa kau menangis? Ada apa?" tanya Jackson panik sembari mengusap air mata dari pipiku. Ia menatap tajam Bian dan Joseph. "Jack, tolong bawa aku pergi dari sini." Ucapku sembari tersedu. Jackson mengangguk mengiyakan. "Baiklah, kita kembali sekarang seperti yang kau mau." Ucap Jackson sembari memegang pundakku dan mulai berjalan menjauh dari BAR.

"Lepaskan tanganmu dari tunanganku!" Ucap Joseph dengan tatapan membunuhnya. Perkataan Joseph membuat Jackson membalikan badannya menatap Joseph dengan tajam. Aku memandang Jackson sembari dengan air mata yang masing berlinang dan menggelengkan kepalaku. "Ayo kita kembali." Ucapku dengan suara yang bergetar. Jackson memilih mendengarkanku. Bian berlari mengejar kami.

"Carly, tolong tenangkan dirimu." Ucap Bian sembari menghalangi jalan kami. "Tolong minggir dari jalan kami, tuan tak dikenal. Kau tak lihat, Ally, tak ingin melihatmu ataupun temanmu yang berengsek itu!" ucap Jackson. "aku tak akan minggir sebelum Carly bicara." Ucap Bian dengan keras kepalanya. Jackson mengeluarkan pistol dari balik punggungnya. "Kau sebaiknya minggir!" perintah Jackson yang membuat Bian menyingkir dari jalan ku dan Jackson.

Aku hanya bisa menangis tersedu-sedu. Rasa sakit yang tak tertahankan, kecewa, marah menjadi satu. Aku benar merasa hancur berkeping-keping. Aku benar-benar merasa lemas dan tak sanggup berjalan. Jackson nampaknya mengerti bahwa aku kehilangan tenaga untuk berjalan. Sepersekian detik, Jackson langsung menggendong tubuhku dan membawaku keluar dari bar tersebut.

Jackson membawaku masuk kedalam mobil. Dan kemudian meninggalkan tempat itu dengan cepat. Sepanjang jalan aku hanya bisa menangis histeris, mengingat kejadian yang baru saja aku saksikan dengan kedua mataku. Sedangkan Jackson hanya diam tanpa suara mengendarai mobil yang kami tumpangi.

Namun tiba-tiba Jackson sadar bahwa mobil kami diikuti oleh banyak mobil. Yang membuat Jackson mempercepat laju mobilnya dua kali lebih cepat dari sebelumnya. Kejar-kejaran mobil pun terjadi. Aku memegang erat sabuk pengaman ku. "Jackson ada apa?" tanyaku panik sembari menangis. "Ally, aku rasa kita diikuti." Ucap Jackson yang membuatku mengerti siapa orang yang mengejar kami.

"Aaaaa, watch out Jackson!" Teriakku. Jackson membanting stir mobilnya ke arah kanan. Lalu memacu laju mobil nya lebih cepat dari sebelumnya. Namun mobil-mobil tersebut masih saja mengikuti kami tanpa berkurang sedikitpun. Ketakutan mulai menghantuiku. Jantungku terasa hendak lepas dari tempatnya.

Badboy Gangsta CrushWhere stories live. Discover now