chapter 23 - Morning Disaster

1.6K 65 2
                                    

Aku terbangun dari tidurku yang panjang dan menatap Joseph yang tengah tertidur lelap disampingku dengan selimut yang menutupi tubuh telanjang kami. Pria tampan nan dingin yang tak aku kenal telah meniduriku. Aku merutuki diriku sendiri tapi aku sendiri tak bisa mengerti kenapa tubuhku tak bisa menolaknya. Rasanya seakan aku telah mengenali tubuhnya lama sekali. Aku memperhatikan wajahnya dengan seksama. Wajahnya sangat tampan, hidung mancung, alis rapi, rahang yang runcing, kulit yang putih pucat, dan hal paling kusukai adalah kornea matanya yang berwarna hijau kebiruan yang langka yang berada dibalik kelopak matanya yang tertutup itu. Tanpa sadar aku tersenyum menikmati wajahnya yang begitu tampan. "Adoring my face, hm?" Ucap dengan suaranya yang serak, membuatku terkejut dan tersadar dari fantasiku buyar seketika. Aku memalingkan tubuhku memunggungi dirinya. Ia memeluku dari belakang dan meletakan wajahnya dileherku. Aku bisa merasakan itunya menyentuh bokongku dan ia mulai menciumi leherku.

"Joseph, aku benar-benar tak ada tenaga lagi." Ucapku lemas. Ia membalikan tubuhku kearahnya dan memelukku erat sembari mencium keningku lama yang membuatku memejamkan mataku menikamti rasanya. Teleponku berdering yang membuatku sontak bangkit dari tidurku. "Mati aku." Umpatku panik. Aku menarik selimut dan melilitnya menutupi tubuhku. Aku tiba-tiba menjadi sibuk sendiri. Sedangkan Joseph hanya menikmati pemandangan aku yang panic sendiri. Aku langsung masuk kedalam kamar mandi dan melakukan ritual ku membersihkan diri. Rambutku belum sempat aku keringkan. Aku mengenakan bath robe ku dan berlari kecil ke walk in closet ku. Aku segera mengenakan undergarments dan sebuah dress.

 Aku segera mengenakan undergarments dan sebuah dress

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Terdengar suara pintu kamar yang digedor berulang kali

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Terdengar suara pintu kamar yang digedor berulang kali. "Ally! Buka pintunya!" teriak Ibuku. Aku melihat Joseph yang duduk santai sudah mengenakan pakaian lengkap, membuatku merasa sedikit lega dan tenang. Aku segera membukakan pintu kamarku. "Hai, mom. Hai, dad." Sapaku yang hanya memunculkan wajahku. "Apa yang kau lakukan, Ally?" Tanya Ibuku menyelidik. "Ah, tidak ada, mom. A-aku hanya baru selesai mandi." Jawabku yang tiba-tiba tergagu karena gugup. Ayahku mendorong pintu kamarku yang membuatku berjalan mundur. Ayah dan ibuku menerobos masuk kedalam kamar, membuatku berusaha menghentikan mereka. "Ally, apa yang kau lakukan tadi malam sampai tak makan ma-" Ucap ibuku yang tiba-tiba terhenti saat melihat tempat tidur Joseph yang acak-acakan dan Joseph yang tengah duduk di meja belajarnya.

"Ally sayang, kenapa ada Joseph di dalam kamarmu?" Tanya Ibuku lagi dengan ekspresi bingung di wajahnya. "Hallo Mr dan Mrs. Eisley, lama tak berjumpa. Tampaknya kalian berhutang penjelasan padaku dan keluargaku." Sahut Joseph datar tanpa ekspresi tapi terdengar benar-benar menakutkan. "Mom, apa kalian kenal Joseph?" Tanyaku sembari berjalan mendekat dan menatap mereka dengan ekspresi yang lebih bingung. "Ally, kami belum menceritakan kepadamu tentangnya karena dokter Lee meminta kami memberitahumu pelan-pelan tentang ingatan yang kau tak ingat sayang." Ucap Ayahku. Aku melipat kedua tangan ku bersedekap di dada lalu menghela nafas panjang. "Teruskan" ucapku yang meminta penjelasan lebih. "Sayang, sebenarnya Joseph adalah-" ucap ibuku berusaha menjelaskan "Aku adalah tunangan sahmu." Ucap Joseph menyela perkataan ibuku sembari berjalan ke arahku dan berdiri disampingku. Aku terkejut mendengar perkataannya dan menatapnya dengan mata yang membesar. "No way, ini bercandakan?!" Ucapku sembari berjalan mundur menjauh dari keberadaan mereka.

"Itu kenyataan yang harus kau terima." Ucap Joseph datar tanpa ekspresi sembari menatapku dengan tangan yang bersedekap di dada. "Ally, kenapa hanya ada satu tempat tidur yang acak-acakan?' Tanya ayahku menyelidik yang tengah menatap ke arah tempat tidur Joseph. Ibuku berjalan mendekati tempat tidur Joseph dan langsung menarik paksa lepas seprai yang tengah terpasang. Aku menatap kearah orang tuaku, mematung di tempat dan menelan salivaku berkali-kali.

"Ally, tolong jelaskan apa ini?" Tanya ibuku yang mengangkat sebuah seprei putih dengan noda darah yang tak kecil tapi juga tak juga besar yang telah mengering di atasnya sembari menatapku tajam. "Mrs. Eisley nampaknya kau sudah tahu dengan jelas noda apa itu." Celetuk Joseph yang membuatku menoleh ke arahnya dan menatapnya tajam dengan pandangan 'jangan katakan apapun' sambil menggelengkan kepalaku. Joseph memandangku menyeringai dan mengabaikan kode yang kuberikan. "Ally, jangan bilang kalian-" Ucap Ibu dengan lemas seraya menggelengkan kepalanya. "Kami sudah melakukannya." Jawab Joseph santai tanpa dosa.

Aku menepuk jidatku dan merutuki kesialan yang harus terjadi padaku pagi ini. "Ally" ucap ibuku lemas lalu perlahan jatuh pingsan. "Mom!!" "Sayang!!" teriakku dan ayah secara bersamaan. "Sayang bangunlah." Ucap ayahku sembari mengelus pipi ibuku tapi ibuku masih pingsan tak sadarkan diri. Karena tak ada respon dari ibuku ayah langsung mengangkat ibu dan menggendongnya. "Mom, bangunlah." Sembari memegang tangan ibuku. "Ally, kau ikut dengan daddy dan mommy kembali kerumah sekarang! Dan, kau Joseph, bawa orang tuamu menemuiku di rumahku malam ini." Perintah ayahku dengan tegas.

Ia terlihat jelas berusaha menahan amarahnya. "Aku dan keluargaku akan datang kesana malam ini." Balas Joseph dengan santainya tanpa ekspresi bersalah atau apapun itu. Aku akan Aku menoleh dan menatap nar-nar Joseph. "Ally, ayo pergi sekarang." Perintah Ayahku kemudian membawa ibuku keluar. aku berlari mengambil tasku yang berada di lantai disamping tempat tidur Joseph. Ketika aku berlari melewati Joseph, langkahku terhenti karena ia menjegal tanganku.

"Kau dan keluargamu sebaiknya malam ini datang sesuai permintaan ayahku atau aku bersumpah akan membuatmu menyesali perbuatanmu, jika kau berani tak datang." Ucapku memperingatinya sembari menatapnya tajam. Joseph menyeringai dan menarikku hingga aku menabrak dada bidangnya. Ia merangkul pinggangku dengan posesif sampai dadaku benar-benar menyentuh dadanya yang bidang "Aku suka sikap barumu yang sarkas dan juga berani. Sampai jumpa nanti malam, tunanganku." Ucapnya lalu menggigit bibir bawahku singkat. Aku mendorong tubuhnya sehingga tubuhku menjauh dari tubuhnya. "K-kau, ugh." Ucapku tak bisa berkata-kata dan merasa kesal lalu berbalik mengejar Ayahku yang mungkin sudah menungguku di dalam mobil.

Aku berlari masuk kedalam mobil. Sepanjang jalan ayah tak mengeluarkan satu patah kata pun "Sayang, kepalaku sakit sekali." Ucap ibuku yang sadarkan diri. Aku memberikan ayahku segelas air mineral dan kemudian diberikan kepada ibuku. "Minumlah dulu, kau pingsan membuatku merasa cemas, kau tahu?" Ucap ayahku lalu memeluk ibuku dan mengecup puncak kepalanya. Ibuku seakan tersadar akan sesuatu. "Ally, mana ally?" Tanya ibuku pada ayahku. "Aku disini mom." Ucapku yang akhirnya mengeluarkan suara tepat disamping ibuku.

Ibuku menghela nafas panjang. "Ally, aku tak pernah membayangkan hal ini akan terjadi secepat ini. Mommy belum siap sayang." Ucap ibuku bergetar. Aku memegang tangan ibuku dan menciumnya. "Mom, maafkan aku. Aku tak bisa menjelaskan kepadamu ataupun daddy apa yang aku perbuat. Aku tahu ini salah tapi aku tak bisa menghentikannya. Aku harap kalian mengerti." Sahutku. Ibuku menganggukan kepalanya, sedangkan ayahku hanya diam sembari menghela nafas panjang.

Badboy Gangsta CrushWhere stories live. Discover now