Chapter 10 - Arranged Engagement and Try to accept it

5.2K 229 1
                                    

Aku tengah berada acara ulang tahun sepupuku, Rosaline. Acara ini di hadiri oleh seluruh anggota keluargaku tanpa terkecuali. Acara diadakan secara tertutup dan tak banyak dari rekan kerja ayahku yang datang karena memang hanya untuk kalangan tertentu. Aku mengenakan cocktail dress berwarna hitam dengan stripless dibelakangnya dan hiasan silver di bagian pinggang, leher, dan striplessnya.

Rambutku styling dengan big curls dan dibiarkan terurai

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Rambutku styling dengan big curls dan dibiarkan terurai. Aku mengenakan anting berlian dan satu gelang berlian untuk mempermanis penampilanku. Aku menyapukan makeup tipis dan lipstick berwarna pink coral nude. Jangan tanyakan menegenai Joseph. Sudah sebulan aku berusaha menghindarinya sejak kejadian di rumah sakit itu.

"Hai Carly" Sapa Marcia yang mengejutkanku. "Ugh, wow. Kau super cantik sekali lebih dari yang sedang berulang tahun.' Puji Marcia. "Terima kasih, Marcela. Kau juga sangat cantik." Ucapku memujinya balik. Bian datang menghampiri aku dan Marcia berada. "Wow, Carly. Kau benar-benar cantik sekali." Puji Bian yang matanya hampir keluar dari tempatnya. "Well, Bian. Terima kasih dan sebaiknya kau jangan memandangku seperti itu karena aku tak terbiasa dengan pandanganmu yang seperti itu." Ucapku yang membuat Bian dan Marcia tertawa. "Aku akan membuat anakku menyesal melewatkan wanita yang cantik sepertinya, Bian." Ucap Marcia yang membuat Bian tertawa penuh arti sembari menatapku. "Apa?" Tanyaku bingung. "Tidak, hanya saja. Aku tak menyangka Joseph akan melewatkan berlian sepertimu." Jawab Bian yang mendapatkan gelengang kepala dariku. "Bian, jangan mulai." Ucapku memperingatkan Bian.

"Maafkan aku, Marcia. Sepertinya Bian membutuhkan obat untuk berhenti dari halusinasinya. Aku dan Joseph tak akan pernah bisa bersama seperti yang dibayangkan oleh Bian atau dirimu, Marcia." Ucapku yang mengundang tatapan iba Marcia dan Bian. "Oh Carly sayang, apa yang membuatmu berpikir seperti itu?" Tanya Marcia sembari memegang lenganku. "Joseph sudah membuatnya sangat Jelas, Marcia. Dia membenciku." Jawabku yang membuat Bian menggelngkan kepalanya. "Dia tidak membencimu, Carly." Ucap Bian menimpali perkataanku. "Tidak, dia benar-benar membenciku, Bian." Ucapku yang membuat Marcia menghela nafas panjang seraya menatapku simpati. "Jika dia membencimu, kau tak akan hidup sampai sekarang, Carly." Ucap Bian yang membuatku mematung.

"Perhatian semuanya."Perhatian kami semua tiba-tiba tertuju ketika Gerald Winder, ayah James naikkeatas panggung. "Terima kasih untuk perhatiannya. Aku tak bisa menyimpankebahagiaan ini untuk diriku atau keluargaku saja. Aku mengambil kesempatan inikarena merasa sangat senang. Proposal anakku, James untuk bertunangan dengansalah satu putri dari Mr. Chace Theo Stetson Eisley akhirnya diterima." UcapGerald yang membuatku terkejut. Putri ayahku hanya dua, yaitu aku dan Clizia.Perasaanku benar-benar tak enak akan hal ini. "James, putraku memilih untukmelamar Carly putri Mr. Chace Theo Stetson Eisley. James, ayo naik keataspanggung, son." Lanjut Gerald mengundang anaknya ke atas panggung. Yang jugamembuatku mematung dan merasa tersambar petir yang hebat.

Marcia dan Bian menatapku dengan tatapan terkejut mereka. Aku menggelengkan kepalaku berulang kali sembari mengerutkan dahiku. Aku melihat James naik keatas panggung dan tersenyum kearahku. "Carly, aku benar-benar menyukaimu sejak pertama kali kita bertemu. Sikapmu yang baik dan ramah kepada setiap orang benar-benar meluluhkan hatiku. Kau sempurna dan aku merasa beruntung jika bisa memilikimu. Maukah kau menikah denganku?" Ucap James, melamarku dari atas panggung. Tiba-tiba lampu sorot di arahkan kepadaku. Aku menggelengkan kepalaku sembari menatapnya dan kemudian berbalik pergi menjauh meninggalkan ruangan dimana semua orang menatapku dan James yang melamarku.

Aku berlari menuruni anak tangga dan keluar dari gedung. Terdengar seluruh keluargaku berusaha menyusulku dan meneriakan namaku berulang kali. Tanpa sadar aku telah menangis dan menabrak tubuh seseorang. Aku mendongak, menatap wajah orang itu dengan air mata yang berlinang membasahi wajahku. Ia memandangku tanpa ekspresi. Aku menatapnya sesaat, kemudian aku berlari meninggalkannya begitu saja tanpa mengucapkan satu kata patah pun. Aku memasuki mobil sembari menangis. "Tom, keluar!" teriakku sembari menangis yang membuat Tom otomatis keluar.

"Tapi nona-" Sebelum selesai Tom bicara aku sudah mendorong tubuhnya menjauh dari pintu kemudi. Aku mengendari mobil dengan laju kecepatan diatas minimum. Sepanjang jalan aku hanya bisa menangis. Aku tak terima dengan pertunanganku yang diputuskan tanpa memberitahuku. Pada umumnya di keluargaku, jika ingin bertunangan itu memang didasari karena cinta. Kemudian, pihak lelaki akan mengajukan proposal ke keluarga wanita dan barulah pria itu bisa melamar sang wanita dan mengumumkan pertunangan mereka di muka umum. Sedangkan aku? Berjalan sebaliknya tanpa izinku dan tanpa rasa cinta.

Setiba dirumah, aku membanting pintu kamarku dan mengunci diriku didalam kamar. Aku mengurung diriku dan menangis sepuas-puasnya. Aku meletakan kepalaku dilututku sembari memeluk kakiku dan menangis sekencang-kencangnya. "Ally, buka pintunya sayang." Ucap Ibuku dibalik pintu kamarku. "Ally, maafkan daddy sayang." Ucap Ayahku."Ally, buka pintunya. Jangan seperti ini." Ucap Clizia. "Pergi!!" Teriakku sembari menangis. "Aku benci kalian!" Lanjutku sembari berteriak. "Ally tenanglah." Ucap Chris. "Ally, baiklah kami tak akan mengganggumu. Tapi, tolong jangan melakukan apapun yang membahayakan." Ucap Carlos. Aku mendengar perdebatan kecil, tapi kemudian suasana rumah menjadi sunyi sekali.

Aku mengurung diriku selama berhari-hari. Makan, minum, atau aktivitas lainnya selalu kulakukan dikamar dan aku benar-benar tak ingin melihat ataupun berbicara dengan mereka. Pintu kamarku tiba-tiba diketuk. "Ally sayang." Ucap ibuku terdengar dibalik pintu. Ibuku terdengar duduk dibalik pintu. Aku berjalan mendekat dan duduk mendengarkan perkataan ibuku. "Kau tahu, Nana juga dulu mengalami hal yang sama denganmu. Nana menikah dengan grandpa sama seperti kau dan James.

Tapi mereka bisa hidup bahagia. Grandpa mencintai Nana sepenuh hati sampai Nana melahirkan tante Anne dan Mommy." Ucap ibuku yang membuatku terkejut. "Apa kau tahu? Nana pernah bercerita bagaimana ia bisa jatuh cinta setelah menikah dengan grandpa. Kau ingat bukan? Grandpa suka sekali berdansa dan grandpa selalu mengajak Nana berdansa sampai Nana lelah. Hal itu membuat nana bahagia dan menggerutu secara bersamaan." Ucap ibuku sembari tertawa kecil mengingat kejadian yang pernah juga kusaksikan. Aku tersenyum kecil tanpa kusadari. "Apa kau tahu? Grandpalah yang paling menderita ketika Nana meninggal secara tiba-tiba karena serangan jantung." Ucap ibuku yang membuatku mematung ditempat.

"Mommy atau tante Anne, bahkan tak mampu mengusir kesedihannya atau mengobati sedikitpun rasa kesedihan grandpa." Lanjut ibuku yang mulai menangis. Aku berusaha menahan tangisku ataupun membuka pintu untuk memeluk ibuku. "Sampai Grandpa meninggal menyusul Nana 6 bulan setelahnya membuat mommy dan tante anne merasa sebagai anak yang buruk. Mommy hanya ingin kau bahagia, merasa dicintai oleh seseorang yang posisinya tak bisa mommy isi, Ally." Ucap ibuku lagi sembari tersedu-sedu. Aku bangkit dari dudukku dan membuka pintu. Benar, ibuku duduk dibalik pintu sembari menangis. "Mom.' Ucapku sembari memeluknya erat. "Maafkan aku, mom." Lanjutku sembari menangis bersama ibuku.

"Ally, maafkan mommy dan daddy." Ucap ibuku meminta maaf sembari menangis. Aku mengangguk mengiyakan sembari menghapus air mata ibuku. Aku mengajak ibuku bangkit dari duduknya dan mendapati ayahku sedang mentapku sembari dengan mata yang berkaca-kaca. "Dad." Ucapku berlari memeluknya. "Maafkan daddy, Ally." Ucap ayahku sembari membalas pelukanku dengan erat. Ibuku ikut memelukku dari belakang. "Hei, apa ini? Acara peluk-memeluk dan aku tak diajak? Biarkan aku ikut." Teriak Chris sembari ikut memeluk ayah dari belakang. "Aku ikut." Ucap Clizia lalu ikut memeluk ibu dari belakang. "Aku juga." Ucap Carlos sembari memeluk dari samping.

Aku mulai belajar menerima pertunanganku dengan James dan kabarnya pertunanganku akan diumumkan secara resmi bulan depan untuk sementara ini hanya beberapa kalangan yang tahun. Aku berbaikan dengan keluargaku. Mungkin, sudah saatnya aku move on dari Joseph. Aku juga berhak mendapatkan cinta, bukan? Aku juga berhak merasa dicintai oleh seseorang. Aku mengerti apa yang ibuku maksudkan. Keluarga atau orang tuaku tak akan mampu mengisi posisi itu. Setidaknya, James selalu berusaha membahagiakan. Bahkan, akhir-akhir ini ia sering menemuiku dan mengajakku keluar untuk sekedar makan siang, malam, dan menonton. Aku bisa lihat dia berusaha membuatku bahagia.

Badboy Gangsta CrushWhere stories live. Discover now