"Ally, apakah kau tahu? Aku merasa sangat sedih saat mengetahui dia mengidap penyakit leukimia. Hari itu setelah aku menyatakan cinta padamu terakhir kalinya. Ibunya meneleponku, memberitahukan kepadaku tentang penyakit yang diderita Michelle." Ucapnya Kali ini suara Jackson mulai bergetar dan air mata mulai menetes membasahi wajahnya. Aku mengelus punggung nya lagi, berusaha menguatkan dirinya. "Maafkan aku, Jack. Tak seharusnya aku bertanya tentang Michelle. Tak apa-apa kalau kau tak sanggup melanjutkan. Aku mengerti apa yang kau rasakan" Ucapku dengan perasaan yang menyesal. "Tidak, ally. aku sanggup. Aku berhutang penjelasan padamu." Tolaknya. Aku menggelengkan kepalaku tapi Jackson memaksa tetap ingin melanjutkan kisah Michelle. "Baiklah, aku tak akan menghalangi." ucapku pasrah seraya menghela nafas panjang. Bodoh, jangan paksakan dirimu, Jackson. Aku tak ingin melihat mu sedih seperti ini, ucapku di dalam hati.
"Aku yang tahu tentang keadaannya, langsung pergi ke Paris mendatangi dirinya. Tapi, ketika aku tiba di rumah sakit. Aku mendengar perdebatan di antara ia dan ibunya. Perdebatan tentang perasaan dirinya sebenarnya padaku. Aku tahu semuanya tapi yang membuatku merasa sakit hati, sedih, kecewa, dan juga menyesal adalah dia baru jujur padaku tentang perasaannya di detik-detik akhir hayatnya. Ia selalu bertindak seperti sahabat ku, berusaha menghibur ku yang tengah merindukan dirimu. Tapi disisi lain aku bisa melihat jelas kesedihannya saat ia melukis dirimu." Katanya dengan senyuman getir yang menghiasi wajahnya sesaat. "Bodoh sekali, mengapa Michelle bisa begitu bodoh mencintai aku yang tak pantas dicintainya." Sambungnya lagi sembari menangis.
Kali ini aku mengerti dengan jelas. Michelle telah mengambil hatinya Jackson. Ia telah mengisi hatinya Jackson tanpa Jackson sendiri sadari. Sebenarnya disini bukan tentang siapa yang bodoh ataupun siapa yang salah. Tapi, lebih tepatnya perasaan yang tidak bisa kita hindari. "Jack, sampai pada detik ini. Semua penjelasan yang kau katakan padaku. Aku bisa menyimpulkan suatu hal." Ucapku sembari mengelus punggungnya. "Aku minta maaf padamu, bahwa aku tak bisa membalas perasaanmu dulu. Kau sungguh pria yang sangat baik. Kau memiliki hati yang baik, Jack. Tidak salah kalau Mia dan Michelle menjatuhkan hatinya padamu. Dan apa kau tahu? Your Michelle already has your heart. In your heart there's no Carly anymore but Michelle." Sambungku yang membuat Jackson terdiam mematung ditempat.
Jackson menatapku dalam diamnya. Didalam tatapannya tidak menampakkan keterkejutan sama sekali setelah mendengar kata-kata dariku. Jackson tersenyum getir sembari menghela nafasnya panjang."Mungkin kali ini kau benar. Aku berusaha menampik kenyataan bahwa aku telah jatuh hati padanya. Tapi apalah arti dari perasaanku sekarang? Michelle telah pergi meninggalkanku tanpa aku bisa jujur padanya." Ucapnya sembari menangis. Jackson menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Tangisnya pecah saat aku memeluknya. Aku bisa merasakan kesedihan yang mendalam yang Jackson rasakan. Percayalah, aku pernah melaluinya tiga kali dalam hidupku saat Mia, Nana, dan Granpa meninggal.
"Michelle akan sangat bahagia, jika kau mengatakan padanya sekarang dan kemudian melanjutkan kehidupanmu, Jack. Aku yakin, ia tak ingin melihat mu yang seperti ini. Menyalahkan diri sendiri, tak akan ada gunanya,Jack." Ucapku. "Tapi,Ally-." Katanya yang ku potong. "Sttttthhh, ayo kita ke makam Michelle. Kau perlu menyatakan perasaanmu padanya dan aku juga perlu berterima kasih kepadanya." Ucapku sembari menghapus air mata Jackson dan tersenyum hangat. Aku dan Jackson berkendara sekitar 15 menit dari rumah Jackson. Jackson mengajakku pergi ke sebuah tempat pemakaman elit. Sebelum kami pergi, Jackson singgah sebentar ke sebuah toko bunga dan membeli sebuket bunga lily. Jackson berjalan mendahului ku, bisa ku lihat tubuh tegapnya mengarah ke sebuah batu nisan berwarna hitam marmer dan terlihat jelas ada terpajang foto seorang wanita dengan paras yang cantik, rambut pirang dengan mata kebiruan seperti batu safir.
"Hai Michelle, i'm come again with another a bucket of Lily.(Hallo, Michelle aku datang kembali dengan bunga lily lainnya.)" Ucapnya berusaha menahan air matanya jatuh lagi. "But, this time I'm bringing Carly here.(Aku membawa Carly kemari)" Lanjutnya. "Hai Michelle, senang bertemu denganmu. Maafkan aku, jika aku datang terlambat. Andai aku bisa bertemu secara langsung denganmu dulu dan menemukan Jackson lebih cepat. Aku merasa sangat yakin kau akan menjadi orang yang sangat menyenangkan bagiku. Terima kasih untuk lukisan ku yang kau buat. Aku sangat menyukainya. Benar-benar indah dan benar-benar aku." Ucapku sembari tersenyum. Aku memberikan waktu untuk Jackson berbicara dengan Michelle. Aku melihat Jackson menangis dan mendekap erat batu nisan Michelle. Kurasa Jackson tengah mengungkapkan apa yang ia simpan selama ini.
Setelah beberapa saat disitu, Jackson mendatangi dengan senyuman lega di wajahnya. "Apa kau merasa lebih baik?" Tanyaku sembari mengelus punggungnya. "Aku merasa jauh lebih baik setelah mengeluarkan apa yang aku rasa meskipun hanya ke batu nisannya saja." Ucap Jackson yang membuatku tersenyum kecil menatapnya. "Ayo, kita ke bar favoritku seperti yang aku janjikan. Aku benar-benar butuh minum sekarang." Ucapnya yang membuatku menggelengkan kepalaku. Kami beranjak pergi meninggalkan makam Michelle dan pergi ke Bar seperti yang dijanjikan oleh Jackson. Sepanjang perjalanan aku tak terlalu banyak berbicara, sesekali Jackson mengajakku bicara dan bercanda. Tapi entah kenapa aku tiba-tiba teringat tentang Joseph lagi dan lagi. Mobil yang dikemudikan oleh Jackson melaju dengan cepat. Namun tanpa kusadari, Jackson sudah sampai di Bar yang ia katakan.
YOU ARE READING
Badboy Gangsta Crush
Romance[WARNING 20+!!] Please be advised that this story contains mature themes and strong language. This story only for 20+! Please be smart reader!!! Beberapa Chapter akan di private nantinya. So, kalau mau baca semuanya harus follow dulu! Cerita ini pu...