Chapter 34 - Learning

795 31 0
                                    

Kemarin pagi, aku mendapati banyak jawaban dari sekian banyak pertanyaan yang aku pertanyakan. Aku sudah membersihkan diriku dan begitu pula Joseph. Aku menatap cincin pertunanganku yang melingkar dijari manisku ditangan kiriku. Sebuah senyuman tak henti-hentinya terukir di wajahku sejak makan siang dengan Joseph tadi yang sangat menyenangkan. Siang itu, kami memasak bersama dan aku tak tahu sama sekali betapa jagonya Joseph memasak. Setelah sekian lama aku benar-benar bisa merasa bahagia yang selama ini aku inginkan akhirnya.

"Nona" Ucap Ella menyadarkanku dari lamunanku. "iya" ucapku sembari melihat kearahnya. "Apa nona membutuhkan sesuatu?" Tanya Ella yang membuatku teringat tujuanku ke dapur. "Ah, aku ingin membuatkan kopi untuk Joseph tapi aku tak tahu takarannya." Ucapku polos yang membuat Ella tersenyum. "Nona ingin saya ajarkan?"Tawar Ella padaku yang membuatku mengangguk antusias. Ella mengajariku cara membuat kopi yang sesuai dengan selera Joseph. Aku menyesap kopi yang baru aku buat. "Ummm" gumamku lalu mengacungkan jempol ku kepada Ella. "Aku akan bawa kopi yang satunya ke Joseph setelah menghabiskan kopi yang aku minum." Ucapku sembari meminum kembali secangkir kopi yang aku buat. Ella menunduk lalu mengundurkan diri dari depanku.

Aku buru-buru menghabiskan kopi yang aku buat dan membawa secangkir kopi buatanku lainnya ke ruang kerja Joseph. "Room service" teriakku dari seberang pintu sembari mengetuk pintu ruang kerjanya. "Masuk, Mio Amore." Sahutnya yang membuatku membuka pintunya. Aku mendapati Joseph sedang duduk di kursi kebesarannya di balik meja sibuk dengan laptopnya dan berkas-berkas yang berserakan di atas meja. "Joseph, aku membawakanmu kopi. Aku rasa kau membutuhkannya. Aku letakan di meja ini ya." Ucapku sembari menaruh secangkir kopi yang ku bawa diatas Coffe table terbuat dari kayu jati.

Joseph bangkit dari duduknya dan berjalan ke arahku lalu memelukku dari belakang. "Apa kau membuatnya sendiri, Mio Amore?" Tanyanya sembari mencium leherku. "Hmm, aku membuatnya sendiri. Ella yang mengajariku tadi." Jawabku sembari tersenyum dan mengelus lengannyan yang melingkar dipinggangku. "Duduk dan minumlah. Aku rasa kau butuh beristirahat sebentar karena sudah sedari tadi kau sibuk dengan pekerjaanmu." Sambungku yang membuat Joseph melepaskan pelukannya dan duduk di sofa. Joseph tiba-tiba menarikku, sehingga aku terduduk dipangkuannya. Membuatku tersipu malu karenanya.

"Apa kau ingin menikmati menikmati kopimu dengan aku di pangkuanmu?" tanyaku yang membuat Joseph menciumku singkat lalu mengambil kopinya. "Umm" gumamnya sembari mengangguk meminum kopi yang kubuat. "Mulai sekarang, aku hanya akan meminum kopi buatanmu saja, Mio amore." Ucapnya yang membuatku memeluknya dan membenamkan wajahku di pundaknya. "Kenapa?" ucapnya sembari meletakan kopi ke coffie table lalu memelukku yang berada di pelukkan nya. Aku menggeleng perlahan sembari tersenyum.

Joseph mencium pelipis ku sembari mengelus rambutku dengan sayang. "Awal bulan depan kita akan menikah. Apa ada yang ingin kau lakukan sebelum itu, Mio Amore?" Ucap Joseph dengan suara yang lembut. "Hmm" Gumamku sembari mengangguk. "Aku tahu pasti dalam tiga minggu ini. Aku ingin kita berkencan selayaknya pasangan pada umumnya." Kataku sembari menatap Joseph dengan lekat. "Kau ingin kencan makan malam di restaurant? Seperti itu?" tanya Joseph sembari menyelipkan rambut ku ke belakang telinga. Aku menggeleng, "Bukan yang seperti itu. Aku ingin berkencan seperti orang biasa pada umumnya. Makan di restaurant biasa, duduk di depan api unggun di bawah sinar rembulan sembari berpelukan seperti ini." Ucapku sembari mengeratkan pelukanku pada tubuhnya.

"Apapun keinginanmu akan aku penuhin. Kau benar-benar berbeda dari wanita lainnya dan itu sebabnya aku beruntung memilikimu." Ucap Joseph sembari mengecup singkap bibirku membuatku tersenyum menatapnya. "Aku akan membantu Elle menyediakan makan malam. Kau lanjutkan pekerjaanmu dan kita bisa membahas ini nanti." Kataku sembari mengecup bibirnya singkat dan bangkit dari pangkuan Joseph. Meninggalkan Joseph kembali ke pekerjaannya yang menunggunya sedari tadi. Aku pergi ke dapur dan membantu Ella menyediakan makan malam. Belajar memasak merupakan pelajaran sehari-hariku semenjak tinggal dirumah Joseph. Berusaha menjadi istri yang sempurna nantinya. Tak ada salahnya, bukan?

Hidangan makan malam sudah tersedia. Joseph muncul di ruang makan dan tampaknya pekerjaannya telah ia selesaikan. Aku duduk di sampingnya, dan mengambili beberapa lauk untuknya. "Terima kasih, Mio Amore." Ucapnya sembari tersenyum kepadaku. "Sama-sama."Balasku sembari membalas senyumannya dan memberikan piring yang berisikan lauk-pauk yang aku ambil. Joseph menyuapkan beberapa potongan sayuran dan kentang. Sembari menganggukan kepalanya menilai, ia menatapku dengan tersenyum "Kau benar-benar pandai memasak sekarang. Rasa yang kau hidangkan banyak berkembang, Mio Amore." Pujinya.

"Hmm, aku juga merasa seperti itu dan menjadi tak sabar untuk menguasai hidangan lainnya."Sahutku antusias. "Pelan-pelan saja, Mio Amore. Aku membawamu ke rumahku bukan untuk jadi koki untukku tapi menjadi Istriku. Lagipula, Elle bisa kehilangan pekerjaannya, jika kau berambisi mengambil alih profesinya dirumah ini." Ucap Joseph sembari tersenyum hangat. Aku bisa merasakan wajahku memanas karena tersipu malu mendengar perkataan Joseph, lalu menundukan wajahku sembari mememanyunkan bibirku. Joseph mencubit pipiku gemas, yang membuatku menatapnya kesal. "Sakit." Rengekku yang membuatnya malah tertawa kecil.

"Kau benar-benar membawa kebahagian untukku." Ucap Joseph menggenggam tanganku lalu mengecupnya lembut. "Ah, Mio Amore, besok Christina dan Marcia akan kemari untuk membawamu fitting gaun pernikahan. Maafkan aku tak bisa ikut bersamamu besok karena aku dengar David mengirim mata-mata ke kantorku dan aku harus segera menyelesaikan perkara ini." Lanjutnya. Aku menghela nafas panjang seraya mengangguk pasrah, berusaha memahami keadaannya. "Aku akan meneleponmu begitu selesai dan menjemputmu." Tambahnya yang mungkin menyadari aku tak senang meskipun mengiyakan perkataannya.

Badboy Gangsta CrushWhere stories live. Discover now