Chapter 37 - New Side

745 33 2
                                    

Aku membuka mataku perlahan, aku mendapati diriku terlelap di atas sofa di kamar tidur sendirian. Sejak tadi aku menunggu kedatangan Joseph yang akhir-akhir ini bertambah sibuk karena David banyak memberikan dirinya waktu yang sulit. Beberapa kali aku mendengar Joseph mengumpat kesal karena beberapa anak buahnya terluka akibat baku tembak dengan orang-orang yang membantu David melarikan diri terus menerus.

Drtt... Drtt... Drrtt
Telepon genggam ku bergetar. Aku mengambilnya dan mendapati satu pesan masuk. Aku membuka dan aku langsung merasakan lemas ditubuhku. Kepalaku terasa pusing dan hak terakhir yang aku tahu. Aku hilang keseimbangan dan tak sadarkan diri.





"Nona? Syukurlah anda sudah sadarkan diri." Ucap Ella cemas sembari membantuku untuk duduk. "Apa yang terjadi, Ella?" Tanyaku kebingungan. "Nona, anda tidak sadarkan diri sudah hampir satu hari. Tuan Joseph sangat panik saat menemukan nona tak sadarkan diri." Jawab Ella yang membuatku diam dalam seribu bahasa. Aku panik sesaat teringat akan hal terakhir yang membuatku tak sadarkan diri.

"Ella, handphone ku!" Pekikku yang membuat Ella terkejut melihatku panik. "Ada apa, nona?" Tanyanya dengan cemas. "Handphone ku, Ella! Handphone ku berada dimana?!" Tanyaku lagi sembari berusaha bangkit dari tempat tidur. Dengan tubuhku yang terasa masih lemas, aku berusaha menemukan telepon genggam milikku.

"Nona, tenanglah." Ucap Ella berusaha membantuku berdiri. "Handphone milik nona, di bawa oleh tuan." Sambung Ella yang membuatku tambah merasa sangat lemas. "Kemana perginya Joseph, Ella?" Tanyaku sembari mencengkram erat tangan Ella. "Nona, saya tak tahu tuan Joseph pergi kemana Yang saya tahu, tuan panik saat menemukan nona tak sadarkan diri dan langsung menghubungi dokter dan tuan Bian." Jawab Ella dengan tenang. "Nona, tenanglah. Tuan Joseph pasti akan kembali nanti. Ia memintaku menemani nona dan juga untuk mengabari tuan, jika nona sudah sadarkan diri." Tambahnya.

Aku tak tahu, apa yang tengah aku takutkan sekarang. Yang pasti aku harus segera bertemu dengan Joseph segera. "Ella, tolong kabari Joseph segera. Beri tahu padanya aku sudah sadarkan diri." Pintaku dengan ekspresi yang aku amat yakin Ella pun tahu aku tengah merasa tak tenang. Ella pun mengangguk mengiyakan lalu segera pergi meninggalkan diriku sendiri didalam kamar sendirian.

Aku menatap ke arah jam kecil yang berada diatas nanas disebelah ku. Jam menunjukkan pukul 11 malam. Jantungku tak henti-hentinya berpacu dengan cepat memikirkan nasib Jackson yang berada di tangan David. Entah ini cobaan dari Tuhan atau memang aku tengah dilanda ketidakberuntungan. Aku khawatir, jelas aku khawatir. Hal terakhir yang ku ingat tentang Jackson bahwa ia berada didalam mobil yang kami tumpangi sendirian. Aku ingin tahu keadaannya setelah aku mengingat semuanya tapi hasil yang kudapatkan selalu nihil dan ketika aku tahu keberadaannya, Jackson malah berada ditangan David.

Aku ingat jelas David memintaku datang sendirian kesebuah alamat yang ia kirimkan lewat pesan singkat yang juga berisikan video dirinya dan Jackson yang keadaannya benar-benar parah tak sadarkan diri. Beberapa lama kemudian, pintu kamar terbuka dan sontak aku menatap kearah pintu yang memunculkan Joseph dengan baju putih yang sudah tak bersih lagi bercampur dengan noda darah.

Seketika panik yang melihat pakaian Joseph, aku tanpa sadar sudah berlari kearahnya. Mendekapnya dengan erat. "Joseph" ucapku sembari membenamkan wajahku ke dadanya. "Kau tak apa? Kau kenapa?" Tanyaku menatapnya lalu menyentuh wajahnya dengan kedua tanganku. "Apa kau terluka?" Tambahku sembari menyentuh tubuhnya mencari apa ada luka dibagian tubuhnya.

Joseph terpaku menatapku tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Laku secara tiba-tiba, ia menarik tubuh dan memelukku dengan sangat-sangat erat. "Aku tak apa-apa,Mio Amore." Katanya lembut penuh kasih sembari membelai rambutku perlahan. "Kau tak berbohong kan?" Tanyaku berusaha menyakinkan diriku sendiri bahwa Joseph benar tak apa-apa. "Hmm" gumamnya sembari tetap memelukku. "Kau sudah baikan, Mio Amore? Kau tak tahu betapa khawatirnya aku saat menemukan dirimu tak sadarkan diri." Ucapnya yang membuatku tambah memeluknya. "Maafkan aku sudah membuatmu khawatir Joseph. Aku tak bermaksud begitu." Balasku dengan perasaan yang tak enak telah membuatnya khawatir.

Saat aku memejamkan mataku dalam pelukannya, aku teringat akan Jackson yang membuatku melepaskan pelukan Joseph dari tubuhku seketika. Joseph menatapku dengan bingung, namun tak lama ia menghela nafas panjang seakan mengerti mengapa aku bertindak seperti itu. "Aku tahu, kau mengkhawatirkan keadaan Jackson, Mio Amore. Tenanglah, ia sudah tak apa-apa. Ia sudah aman bersama Bian." Katanya dengan nada yang tenang, namun entah mengapa aku menangkap tatapan sedih dimatanya Joseph.

"Sungguh?" Tanyaku memastikan. Ada rasa bersalah yang tak terhankan didalam hatiku. Aku tahu, Joseph pasti merasa kecewa dan sedih, mengetahui tunangannya masih memperdulikan seseorang yang memiliki masa lalu denganku. Aku sangat yakin, ia sudah tahu mengenai hubunganku dan Jackson. Aku hanya tak mengerti, mengapa ia tak memberikan komentari apa pun mengenai hubungan ku dan Jackson atau bertanya mengapa aku masih peduli. Bahkan, yang membuatku tambah tak mengerti mengapa ia langsung menolong Jackson yang ia tahu jelas bahwa mungkin saja Jackson menjadi saingan cintanya.

"Aku tak pernah berbohong padamu, Mio Amore." Jawabnya tenang dengan ekspresi yang datar. Aku berusaha membaca perasaan Joseph tapi tak berhasil. Aku perlahan berjalan mendekat lagi kepadanya, lalu menatapnya dengan lekat. Perlahan tanganku menyentuh dadanya yang bidang, kemudian bergerak naik keatas menuju wajahnya, lalu melingkarkan tanganku ke lehernya. Aku menatap matanya lalu menatap kearah bibirnya Joseph hanya diam di tempatnya, namun seakan mengerti apa yang aku lakukan. Ia perlahan pun mendekatkan wajahnya ke wajahku.

Ia mencium bibirku dengan lembut. Ciuman kali ini benar-benar lembut, yang membuatku menikmati manisnya bibirnya yang bercampur dengan rasa mint. Ciuman lembut yang kami lakukan benar-benar membuatku merasa candu dan ingin lebih dan lebih lagi dari Joseph. Tanpa sadar, Joseph memelukku dan menggendongku, membuatku melingkarkan kakiku di pinggangnya dengan tangan yang masih melingkar di lehernya.

Joseph membawaku keatas tempat tidur. Perlahan dengan lembut ia melepaskan pakaianku satu persatu. Begitu pula dengan nya, seakan tak sadarkan diri tanganku bergerak melepaskan pakaiannya satu persatu. Menyusuri setiap inci tubuhnya yang kekar. Joseph mulai menciumi leherku kebawah sembari sesekali menciumi bibirku dengan lembut. Sungguh, aku tak tahu apa yang aku lakukan. Tapi yang jelas, aku hanya ingin menciumnya, menyentuhnya, bersatu dengannya dengan tubuhku. Aku ingin ia tahu bahwa aku milikinya dan ia milikku.

Joseph kembali menciumi bibirku dan aku tiba-tiba berhenti membalas lumatan nya. Yang membuat Joseph menatapku dan mengernyitkan dahinya. "Ada apa?" Tanyanya dengan suaranya yang serak nan seksi. Aku menggeleng sembari tersenyum lalu mendekatkan bibirku ke telinganya. "I love you and I'm only yours." Bisik ku padanya lalu mengigit telinganya lembut yang membuat Joseph bereaksi tiba-tiba ganas seakan aku adalah makanannya. Ia menyunggingkan senyum nakal dengan mata yang mulai menggelap. Malam ini untuk kali pertamanya aku merasakan seks yang benar-benar aku nikmati dan entah mengapa terasa benar. Tanpa paksaan, tanpa rasa takut, tanpa rasa lelah. Aku menemukan sisi baru dalam diriku yang baru aku tahu dan hanya ada jika Joseph berada disisiku.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Sep 19, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Badboy Gangsta CrushWhere stories live. Discover now