Chapter 31 - Long story

810 34 0
                                    


"Malam itu, aku benar-benar sadar bahwa aku tak lagi mencintai Zefanya dan hatiku benar-benar telah kau curi. Senyumanmu selalu melekat di pikiranku, suaramu dan wajahmu selalu menghantui mimpi-mimpiku. Aku seakan gila dan hilang kendali saat mendengar kau tak menginginkanku lagi malam itu. Aku benar-benar merasa tak berdaya. Aku tak sanggup kehilanganmu, makanya malam itu aku mengklaim dirimu sebagai milikku di hadapan banyak orang dan secara live. Aku bersedia menerima konsekuensi apapun yang kau lakukan padaku setelah itu. Tapi, seakan Tuhan menjawab doa-doaku, kau membalas ciumanku dan menerima setiap perlakuanku padamu. Dari situ aku tahu kau masih menyukaiku dan aku tak mau melepaskan hal itu." ucapnya sembari memegang wajahku dengan lembut.

"Aku benar-benar tergila-gila akan dirimu. Kau tahu, aku rasanya ingin melepas dirimu menjauh dari setiap pria yang kau sentuh, bahkan dari keluargamu sendiri. Tapi, aku tahu itu hal yang salah jadi aku masih bisa mengendalikannya. Aku benar-benar bisa berpikir dengan normal setelah mengklaim kau milikku dan menyelesaikan masalah pertunanganmu dengan James. Hari itu aku datang untuk menjemputmu. Namun sikapmu benar-benar membuatku hilang kendali sampai harus membawamu paksa ke apartemenku dalam keadaan pingsan. Aku hanya meninggalkanmu satu jam ke ruang kerjaku dan kau sudah hilang bagai ditelan bumi." Ucapnya sembari mendekat dan mengecup keningku agak lama.

"Aku lupa kau wanita yang pintar dan jago bela diri. Setelah itu berbulan-bulan lamanya aku berusaha melacakmu dan keluargamu enggan memberitahukan keberadaan dirimu. Bahkan, mengancamku akan membatalkan pertunangan ini. Aku seperti Joker yang kehilangan Harley Quinn di Suicide squad begitupula denganku. Aku sadar cintaku ternyata sangat dalam." Ucapnya yang membuatku entah kenapa mulai melunak setelah mendengarkan ceritanya.

Joseph menghela nafas kasar lalu menggenggam tanganku dan menciumnya. "Hari itu aku pergi ke Paris untuk beberapa urusan. Aku terkejut saat tahu Zefanya mengikutiku dan ia tiba-tiba menciumku secara tiba-tiba di Bar itu. Sialnya, kau berada disitu melihatku dengan Zefa berciuman. Aku hampir kehilangan akal sehatku dan menampar Zefa pada saat itu. Ketika aku melihat Jackson berdiri disampingmu. Aku tak bisa menahan dirimu pergi dengan Jackson dan aku bertambah gila saat melihatnya menyentuhmu." Ucapnya sembari berusaha memejamkan matanya menenangkan dirinya.

"Aku seharusnya mendengarkan perkataan Bian untuk tak mengejarmu. Tapi, karena keegoisanku untuk tak bisa melepaskanmu. Sehingga, segala cara aku gunakan untuk mendapatkan dirimu kembali termasuk merebut paksa kau dari mobil Jackson yang membuatmu hampir meregang nyawa dan koma. Aku benar-benar hancur sehancur-hancurnya saat tahu kau dan keluargamu menghilang selama dua tahun tak terlacak. Aku bahkan tak bisa tidur dengan nyenyang dan selalu memimpikan wajahmu yang berlinang air mata menatapku kecewa." Ucap Joseph sembari kembali menangis. Aku memeluknya dan menghela nafas panjang. Aku benar-benar tak tahu harus bereaksi seperti apa.

"Jiwaku kembali ke tubuhku saat dua minggu lalu kau muncul di kamar asrama. Orang-orangku langsung memberitahuku dan aku bergegas menemuimu. Sebenarnya, aku dihentikan oleh Bian untuk sesaat untuk mengganti pakaian kerjaku ke kasual agar kau tak terkejut ataupun curiga. Aku mendengarkan perkataannya, sungguh." Ucap Joseph yang membuatku sedikit merasa gemas tapi aku masih berusaha memproses segalanya.

"Aku benar-benar ingin memelukmu hari itu tapi ketika aku mendengar kau sama sekali tak mengenaliku, dan faktanya kau sama sekali tak memperdulikanku membuatku seperti ditembakan peluru berulang kali. Aku menahan diriku untuk tak marah ataupun memelukmu. Tapi, lagi-lagi aku benar-benar hilang kendali saat melihatmu mengenakan dress merah itu. OMG, membuatku tergoda dan kesal disaat yang bersamaan karena kau tak mau mengatakan kau akan pergi kemana dengan penampilan yang sangat cantik begitu." Ucapnya yang membuatku menghela nafas sembari menggelengkan kepalaku dan menutup kedua mataku.

"Aku hanya akan pergi makan malam dengan keluargaku." Ucapku yang akhirnya membuat Joseph menatapku dengan senyuman kecil di wajahnya. "Andai aku tahu, aku juga tak akan melepaskanmu." Ucapnya yang membuatku menatapnya tak percaya. "Maaf, Mio Amore. Tapi, untukku melepasmu hari itu benar-benar mustahil dan yah, kau tahu apa yang terjadi aku menangkapmu dan selalu menangkis setiap seranganmu. Kemudian kita melakukan seks yang terhebat yang pernah aku alami dalam hidupku sekarang. Belum tahu nanti." Ucapnya yang membuatku tiba-tiba tersipu malu.

Joseph membelai wajahku dengan lembut dan mengecup kedua pipiku lembut. "Aku senang tubuhmu mengenaliku meskipun ingatanmu tidak saat itu. meski kau pagi-pagi panic dan orang tuamu menangkap basah apa yang telah kita lakukan. Aku tak pernah menyesalinya karena pada akhirnya aku tahu itu akan membawamu semakin dekat menjadi milikku seutuhnya dengan cara yang diinginkan oleh semua orang. Keluargamu bahagia, keluargaku bahagia, kau dan aku bahagia." Ucapnya sembari menyentuh hidungku dengan jari telunjuknya.

"Aku minta maaf karena tak bisa berpartisipasi dalam persiapan pertunangan beberapa hari sebelum hari pertunangan kita karena aku harus mengurusi David yang berusaha menculikmu. Aku bersumpah aku tak akan menyimpan apapun lagi darimu semenjak kau pingsan di hari pertunangan kita berhari-hari lamanya." Ucap Joseph sembari memberi tanda dua di tangannya yang membuatku tersenyum kepadanya. "Mio Amore, kau adalah belahan jiwaku. Untukmu aku bahkan rela menampar wanita dengan tanganku sendiri. Tolong maafkan aku" sambungnya seraya memelukku erat.

Aku mengangguk mengiyakan, "Aku memaafkanmu, tapi tak ada lagi hal yang kau sembunyikan dariku? Janji?" Ucapku sembari mengangkat jari kelingking ku. "Janji" Sahutnya sembari menautkan jari kelingkingnya di jari kelingking ku. Aku tersenyum menatapnya. "Kita belum mematraikan janjinya." Ucapnya yang membuatku mengerutkan dahi ku. "Matraikan dengan ciuman agar sah." Ucapnya lalu mengecup bibirku singkat. "Sekarang sudah sah." Lanjutnya yang membuatku dan Joseph tertawa kecil.

Aku menguap dan mulai menutup mataku perlahan. Aku tak sanggup lagi melanjutkan pembicaraan dengan Joseph. "Good night, Mio Amore. I love you so bad." Ucap Joseph sembari mengecup keningku. Dan setelahnya aku sudah tidur terlelap tanpa tahu apa-apa lagi. Setidaknya malam itu masalah kami selesai begitu saja tanpa adu mulut yang panjang. Air mata yang mampu menjelaskan betapa sakit dan menderitanya aku dan Joseph rasakan. Satu hal baru yang aku pelajari adalah cinta akan bertahan bila dikomunikasikan dengan baik. Tak ada egoisme dan amarah yang campur tangan ke dalamnya.

Badboy Gangsta CrushWhere stories live. Discover now