Chapter 35 - Please me

1.4K 43 3
                                    

Aku dan Joseph beranjak pergi ke kamar tidur setelah menyelesaikan makan malam kami. Pikiranku masih tertuju pada David. Aku masih penasaran kenapa ia bisa menyukaiku dan aku benar-benar tak bisa mengingat dengan jelas kapan aku pernah bertemu dengannya. Mungkin karena aku kehilangan ingatanku atau entahlah. "Mio Amore?' ucap Joseph yang membuatku tersadar dari lamunanku. "Ada apa?" Tanyanya sembari mengusap rambutku dengan sayang. Aku menggeleng sembari tersenyum tipis. "Tak ada apa-apa. Kau sudah selesai mandi?" Tanyaku tanpa sadar bahwa Joseph berdiri didepanku dengan handuk yang melilit di pinggangnya.

"Hmm" gumamnya seraya mengangguk. "Kenapa? Kau ingin aku mandi lagi bersamamu?' Ucapnya sembari menyunggingkan senyuman kecil dengan mata yang berkedip sebelah. "Dasar mesum." Ucapku sembari mendorongnya pelan menjauh dari hadapanku. Kemudian, buru-buru berlari masuk kedalam kamar mandi dan mengunci pintunya. "Kau sungguh berpikir bahwa pintu kamar mandi ini mampu menghalangiku, huh?" Ucap Joseph merasa kesal dari balik pintu. "Tidak juga, hanya saja lebih menyenangkan menggodamu seperti ini." Ucapku nyaring. Aku terkikik sembari melucuti pakaianku satu persatu.

Aku melangkah memasuki tempat shower dan jantungku langsung berdegup kencang saat pintu kamar mandi berhasil dibuka Joseph dengan paksa. Aku membalikan badanku ke arahnya sembari menutup bagian privatku. "Joseph!" ucapku tergagu dan merasa panik saat melihat Joseph kian mendekat. "J-joseph, kau mau apa?!" Tanyaku sembari berjalan mundur saat Joseph memasuki tempat shower. Joseph menyeringai sembari menatapku intens. "Melakukan yang seharusnya aku lakukan di malam pertunangan kita." Jawabnya langsung menghimpitku ke dinding dan melumat bibirku dengan agresifnya.

Ia menggendongku seraya menciumi leherku dan kembali melumat bibirku. Segalanya terjadi begitu cepat, membuatku pasrah dan menikmati permainan yang Joseph lakukan pada tubuhku. "Joseph, aku perlu mandi yang benar." Ucapku sembari mendesah nikmat dan mencengkram punggungnya dengan kuku-ku. Setelah mencapai fase klimax, Joseph perlahan menurunkanku lalu melumat bibirku lagi dengan lembut. "Keluar lah, aku akan membersihkan diriku." Ucapku dengan suara yang serak setengah berbisik. Joseph menggeleng sembari mencium keningku singkat.

"Aku akan mandi bersamamu. Biarkan aku membantumu membersihkan diri." Ucapnya yang perlahan mengusap lembut tubuhku dengan sabun mandi yang terdapat di shower ball. Sesekali Joseph mencium pundak dan leherku yang membuatku menggeliat seperti cacing yang kepanasan. Aku dan Joseph mandi bersama, seperti yang diinginkannya. Joseph mengambil handuk milikku dan mengeringkan tubuhku, lalu melilitkan handuk itu ditubuhku. Entah kenapa, aku merasa senang sekali dengan perlakuan kecilnya. "Tunggu disini." Perintahku padanya lalu dengan cepat mengambil handuknya. Joseph berdiri tanpa bicara apapun. Matanya terus melihatku lekat sekali membuat wajahku seketika memanas.

Ia membelai wajahku selagi aku sibuk mengeringkan tubuh dan dan rambutnya. "aku suka sekali melihat pipimu yang merona." Ucapnya yang membuatku hampir tersihir untuk menciumnya. Aku berusaha menahan diriku karena aku tahu pria di depanku akan dengan senang hati melayani aksiku sampai pagi, jika tak dihentikan. Aku segera melilitkan handuk di pinggangnya. Aku tersipu malu saat melihat miliknya yang sudah mulai menegang kembali.

Dengan cepat aku pergi ke wastafel milikku dan menggosok gigiku, berusaha menghindari kegiatan yang melelahkan namun benar-benar nikmat. Joseph mengikutiku dan berdiri disampingku sembari menggosok giginya dan merangkul pinggangku dari belakang. Aku berusaha sekuat mungkin menjernihkan pikiranku yang tengah berteriak menginginkan tubuhnya kembali. Selesai menggosok gigi aku mulai memakai skincare kulit wajahku satu persatu. Sedangkan Joseph sibuk memandangku dari kaca. "Joseph, keluarlah." Ucapku yang sudah tak tahan lagi karena merasa malu dipandanginya terus-menerus sembari mendorong Joseph menjauh.

"Aku tak mau." Rengeknya sembari memelukku dari belakang dan membenamkan wajahnya di pundakku dengan nada yang manja membuatku mendengus kesal. Disisi lain aku senang tapi disisi lainnya aku kesal karena aku tak bisa focus melakukan rutinitasku di kamar mandi dengan benar. Aku menghela nafas panjang dan memilih mengabaikannya. Setelah selesai dengan skincare wajah dan badanku. Aku bergegas ke walkin closet dan mengenakan gaun tidur satinku berwarna merah. Joseph mengikutiku ke walkin closet dan segera mengenakan celana tidur polos panjang satin berwarna merah yang terlihat kebesaran , tapi senada dengan gaun tidurku.

 Joseph mengikutiku ke walkin closet dan segera mengenakan celana tidur polos panjang satin berwarna merah yang terlihat kebesaran , tapi senada dengan gaun tidurku

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Telepon miliknya berdering membuat Joseph buru-buru keluar dari walkin closet dan mengambil teleponnya yang berada diatas nakas disebelah tempat tidurnya. Aku masuk berjalan keluar dari walkin closet dan melihat Joseph dengan ekspresi yang menakutkan. Ia berbicara dengan tegas, dingin, dan sangat mengintimidasi. Sangat berbeda sekali saat berbicara denganku. Meskipun ia sering meninggikan suaranya, memerintah seenaknya padaku tapi gaya berbicaranya benar-benar saat ia berbicara padaku. Aku rasa inilah Joseph yang sebenarnya.

Jika, kalian bertanya kepadaku. Kenapa aku tak memusingkan Joseph yang ternyata seorang mafia, gangster atau apalah itu. Itu sebenarnya karena sikapnya tak semenakutkan dari kenyataannya. Jangan salah sangka, awalnya aku pun merasa takut padanya saat tahu ternyata dia seorang mafia. Tapi, aku bisa apa? Pria tampan super seksi dan hot di depanku ini adalah tunangan sah ku dan aku sendiri tak bisa menjauh dari pesonanya. Kalian tahu? Seperti kutub utara yang bertemu kutub selatan.

Aku masuk kedalam selimut dan aku bisa mendengar Joseph menghela nafas kasar beberapa kali. Aku memilih mengunci mulutku rapat-rapat karena nampaknya mood Joseph benar-benar rusak. "Besok kita bicara kan ini di kantor." Ucap Joseph dengan tegas dan dingin sembari mematikan panggilan teleponnya. Joseph menghela nafas kasar seraya memejamkan matanya. Aku berbaring sambil menghadap ke arah Joseph yang tengah duduk dipinggir tempat tidur di sisinya. "Ada apa? Mau menceritakannya padaku?" Tanyaku dengan lembut yang membuat Joseph menoleh ke arahku sembari tersenyum paksa.

Ia masuk kedalam tempat tidur dan langsung merapatkan tubuhnya denganku dan memelukku erat. Aku membalas pelukannya dengan erat. Joseph mencium keningku lalu menempelkan dagunya di pelipis ku. "David, benar-benar keterlaluan. Ia menyekap anak buahku dan meminta kau sebagai ganti nyawa mereka." Ucap Joseph yang terdengar kesal. Mataku langsung membesar saat mendengar perkataan Joseph. "Dia terang-terangan menantangku dengan memintamu! Akan ku hancurkan segala yang dimilikinya besok! Tak ada yang boleh menginginkan ratuku!" ucap Joseph sembari menggertakan giginya dan memeluk dengan sangat erat.

Aku mendongak menatapnya dan ia menunduk menatapku. "Bagaimana, jika ia berhasil mendapatkanku?" tanyaku dengan perasaan takut saat terlintas pemikiran seperti itu. "Akan kubuat hidupnya seperti di neraka, sampai ia berani menyentuhmu." Ucap Joseph dengan tegas dan terdengar menakutkan. "Kau hanya milikku dan tak akan satu orang pun yang bisa menyentuhmu selain aku." Lanjut Joseph dengan posesifnya. Tanpa sadar sebuah senyuman kecil terukir di wajahku membuat Joseph mengecup keningku dengan lembut. Tak lama-aku terlelap dalam tidurku.

Badboy Gangsta CrushWhere stories live. Discover now