Cahaya matahari pagi menyapa mata Youngjae dengan ramahnya. Menggeliat di kasur dan enggan untuk beranjak dari sana. Si manis itu merasa ingin menikah saja dengan kasur karena berpikir kasur tidak akan pernah menyakitinya.
Oke. Itu hanya khayalan Youngjae semata. Menikah dengan kasur itu adalah mimpi yang tidak akan pernah menjadi nyata.
Akhirnya setelah sepuluh menit berperang dengan dinginnya udara pagi dengan selimut biru tebalnya, Youngjae berhasil bebas dari dekapan hangat kasur yang penuh cinta.
Oke. Ngawur.
Berkali-kali mengerjapkan mata hingga benar-benar terbuka lalu melirik jam analog yang menggantung indah di dinding. Baru pukul setengah enam pagi, tapi teman sekamarnya sudah tidak ada di kasur.
Telinganya mendengar suara air dari kamar mandi. Entah si pelaku sedang mandi atau melakukan ritual panggilan alam di pagi hari.
Kaki-kaki kecil itu menyentuh lantai. Youngjae berdiri lalu merenggangkan otot badan dan tenggorokannya. Mengeluarkan nada-nada yang indah yang mengundang aura menyegarkan di pagi hari.
Hal lain yang perlu diketahui dari Youngjae adalah dia memiliki suara tenor yang sangat indah dan stabil. Sejak kecil dia selalu berlatih menyanyi tanpa bantuan mentor dan sering meraih juara di lomba-lomba yang dia ikuti. Youngjae juga sudah memutuskan akan bergabung dengan paduan suara nanti.
Pintu kamar mandi terbuka dan Daehyun keluar dari sana. Hanya dengan selembar boxer tanpa mengenakan atasan. Tetesan permata mengalir jatuh dari rambut hitamnya yang basah. Konyolnya, kacamata masih bertengger di hidung Daehyun.
"Pagi."
Daehyun menyapa sambil mengeringkan rambut basah dengan handuk yang dikalungkan di lehernya.
"Kau mandi dengan kacamatamu?" tanya Youngjae. Dia tertawa geli.
"Ah." Daehyun menyentuh kacamatanya yang buram karena buliran air masih ada di sana. "Oh... lupa."
Hanya itu reaksi yang Daehyun keluarkan dan itu membuat Youngjae merasa kesal. Tanpa berbicara apapun lagi dia mengambil handuk lalu masuk ke dalam kamar mandi. Meninggalkan Daehyun yang sibuk dengan dunianya sendiri.
❎
❎
❎
Youngjae bertemu Daehyun lagi saat melewati ruang guru untuk membereskan berkas-berkasnya. Sepertinya Daehyun juga baru saja melakukan hal yang sama mengingat mereka pindah dalam waktu yang bersamaan.
Kakinya berjalan mendekati Pak Guru Bang-Bang Yongguk-yang akan menjadi wali kelasnya dan menyerahkan berkas-berkas miliknya. Berkas itu hanya dilihat-lihat sekilas lalu dimasukkan ke laci mejanya.
Yongguk memang tidak banyak bicara dan terlihat menyeramkan. Banyak murid yang tidak ingin mendekat pada guru olahraga meraka tersebut. Tapi Youngjae terlihat santai saja ketika berhadapan dengannya.
"Kau susul Daehyun. Dia sudah ke sini duluan tadi," ujar Yongguk lalu mengembalikan map milik Youngjae. "Tunggu di depan kelas 1-3."
"Baik, Pak."
Membungkuk sopan lalu berjalan pelan keluar ruang guru. Youngjae menghela nafas begitu tahu dia dan Daehyun akan berada di kelas yang sama. Yang berarti mereka akan lebih banyak menghabiskan waktu bersama lebih banyak.
Youngjae tidak suka itu.
Tidak, tidak. Bukannya Youngjae membenci Daehyun atau apa. Hanya saja dia masih mengingat kejadian kemarin malam saat Youngjae menangis di hadapan Daehyun. Dia takut Daehyun akan mengatakannya pada orang lain dan malah jadi Youngjae yang diolok-olok.
KAMU SEDANG MEMBACA
「✔」DaeJae☆He and His Phobia
Fanfiction「FINISH」 Rahasia, masa lalu, trauma dan phobia. Semua orang pasti memilikinya, bukan? Dan hanya ada satu cara untuk menghadapinya. Memberanikan diri menghadapi ketakutan itu. DaeJae, slight BangHim and OngNiel (from Wanna One)