.08

492 81 10
                                    

"Hei, kau tidak penasaran soal senior kita yang mengulang kelas itu?"

Daehyun mengintip Youngjae yang sedang mengeringkan rambut dari balik catatan biologi yang sedang dia baca. Waktu sudah menunjukkan pukul setengah sebelas malam, tapi tak ada satupun dari mereka yang berniat untuk tidur. Kebetulan karena besok adalah hari Sabtu dan sekolah libur jadi mereka bisa puas begadang. Daehyun lebih memilih untuk menghabiskan waktu membaca catatan karena Senin nanti ada ulangan biologi sedangkan Youngjae kini sibuk dengan ponselnya, mengabari Ibunya karena kemungkinan dia bisa pulang ke rumah.

"Hm? Kau penasaran, ya?

Daehyun malah balik bertanya. Catatannya dia tutup dan lebih memilih untuk mendengarkan Youngjae. Tidak tahu kenapa, rasanya obrolan Youngjae selanjutnya akan terdengar lebih menarik. Youngjae mengangguk lalu menggantungkan handuk dan duduk di meja berlajar yang bersebelahan dengan Daehyun. Si manis penasaran bagaimana sosok seniornya itu.

"Aku hanya penasaran kenapa dia sampai bisa mengulang kelas padahal nilai-nilainya bagus," kata Youngjae. Tangannya terulur untuk mengambil Pocky di atas meja Daehyun.

"Kata Pak Yongguk absensinya kurang," jelas Daehyun, "Bingung aku kenapa dia hanya masuk kelas hampir sebulan sekali."

"Mungkin... ada beberapa kejadian yang membuatnya takut untuk masuk kelas?"

Daehyun memiringkan kepala, "maksudmu? Trauma atau phobia sepertimu?"

Youngjae mengangguk. Mengingat hampir semua orang berpotensi untuk mempunyai phobia atau trauma baik secara sadar atau tidak. Youngjae juga awalnya tidak sadar soal phobia yang dia punya.

"Mungkin saja. Tapi trauma atau phobia macam apa?"

Youngjae mengendikkan bahu lagi-lagi tangannya meraih Pocky milik Daehyun lalu memakannya dengan santai. Daehyun tidak protes, malah dia membuka bungkus keripik dan menyodorkannya pada Youngjae.

"Ah, Daehyun. Soal kemarin..."

Menaikkan sebelah alisnya. Daehyun seakan bertanya pada Youngjae dengan tatapan mata.

"Ehm... Soal terapi... aku ingin mencobanya lagi." Youngjae berujar pelan.

Ah, Daehyun mengerti. Youngjae sekarang sedang menantang dirinya sendiri untuk jadi lebih berani. Senyum tipis terukir di bibir Daehyun.

"Kau akan ke psikiater?"

Kepala Youngjae menggeleng pelan lalu dia menunduk dan menengadahkan tangan ke arah Daehyun.




"Apa kau keberatan kalau aku meminta bantuanmu agar aku bisa sembuh?"




Hening. Daehyun masih terus menatap Youngjae dan telapak tangannya bergantian. Sedangkan Youngjae sendiri sudah menggigit bibirnya pelan, menunggu reaksi dari Daehyun yang lama sekali menjawab pertanyaannya. Dia mau membuat Youngjae jadi gila karena terlalu lama menunggu apa?

"Oh, ayolah. Cepat jawab! Jangan buat aku malu!"

Tiba-tiba ada sentuhan hangat di telapak tangan yang dia ulurkan. Kepala Youngjae perlahan terangkat. Dilihatnya Daehyun yang menggerakkan jemarinya menari di atas telapak tangan Youngjae.

Menarik nafas dalam. Youngjae tercekat menahan teriakan yang akan keluar dari mulutnya. Bukannya menjawab, Daehyun malah menyentuh telapak tangan Youngjae saat dia belum siap. Tapi bukannya menghentikan gerakannya, sekarang Daehyun membiarkan telapak tangannya menempel pada Youngjae. Daehyun membawa Youngjae ke dalam sebuah genggaman tangan yang tidak begitu erat.

"Kalau segini rasanya bagaimana?"

Entah kenapa suara Daehyun terdengar lebih berat dan menggelitik di telinga. Youngjae menggeleng pelan, dia sudah cukup terbiasa ketika Daehyun menggenggamnya seperti beberapa waktu lalu. Sensasi kupu-kupu yang menggelitiki perutnya masih ada. Dia harus membiasakan diri.

「✔」DaeJae☆He and His PhobiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang