.01

1K 118 23
                                    

Kaki yang berlapiskan sepatu sneakers itu diketuk-ketukkan ke lantai dengan cepat. Sepasang mata bulat memperhatikan jarum jam yang terus bergerak. Seharusnya sejak jam tiga tadi si pemilik mata bulat itu bertemu dengan seseorang. Tapi sudah setengah jam berlalu dan orang yang dia tunggu sama sekali belum datang.

Yoo Youngjae adalah namanya. Wajahnya terlihat manis walaupun dengan ekspresi sebal yang terpampang di sana. Dia sudah sangat lelah karena perjalanan jauh dan barang bawaan yang cukup banyak.

"Oh, ayolah!"

Rasanya Youngjae ingin membanting koper pink di sampingnya.

"Kemana kau ketua asrama bodoh!"

Suaranya saat mengumpat terdengar begitu keras hingga menarik perhatian beberapa penghuni asrama yang sedang berlalu-lalang di sana. Youngjae tidak peduli dengan hal itu pastinya. Dia hanya ingin segera diantarkan ke kamar dan bertemu dengan kasur. Secepatnya.

Lima menit berselang. Seorang pemuda berjalan menghampiri Youngjae dengan sebuah buku yang diapit di ketiaknya. Hm, iya, di ketiaknya. Untungnya, pemuda itu wangi.

"Kemana saja kau, Jaebum? Aku sudah menunggumu lama!" Kekesalan Youngjae ditumpahkan pada pemuda bernama Jaebum itu. "Kau memang lelet dari dulu."

Jaebum rasanya ingin menggetok kepala Youngjae dengan buku bekas apitan ketiaknya. Tapi terurungkanlah niat jahatnya karena melihat Youngjae sudah terlalu lelah dan tidak ingin berdebat banyak dengan teman masa kecilnya itu. Tidak akan habis-habis nantinya.

"Aku baru saja mengecek kamar, Youngjae-ah."

Jaebum membuka buku bersampul biru dan sebuah pena dari saku kemejanya. Mencari nama Youngjae yang baru saja dia masukan di daftar penghuni asrama.

"Jadi ada kamar dimana aku bisa tidur sendirian?" tanya Youngjae.

"Tidak ada," jawab Jaebum cepat.

Jaebum menutup buku dan mengembalikan pena ke dalam sakunya. Jawaban yang terdengar ringan itu membuat Youngjae ingin sekali menendang Jaebum dan menghancurkan kepalanya. Padahal minggu kemarin sebelum Youngjae memutuskan untuk pindah sekolah dan masuk ke asrama, Jaebum menjanjikan akan mencarikan kamar untuk bisa Youngjae tinggali sendiri.

"Jaebum, kau tahu kan kalau aku..."

"Maafkan aku Youngjae. Ternyata ada hal tak terduga terjadi."

Belum juga Youngjae selesai mengeluh, Jaebum sudah memotong omongannya lebih dulu. Hal tak terduga apa yang membuat seorang Im Jaebum yang diketahui Youngjae adalah orang yang tegas itu melanggar janjinya.

Tangan Youngjae menyilang di dada seakan ingin cepat meminta penjelasan dari Jaebum. Dengan segera Jaebum menjelaskan padanya agar tidak berlangsung pertengkaran di antara mereka.

"Jadi begini..." Jaebum terlihat seperti monyet ketika menggaruk kepalanya, "...kamar yang kau minta sebenarnya sudah kusediakan. Tapi dua hari yang lalu kepala sekolah menghubungiku dan memintaku menyediakan kamar untuk cucunya..."

Hm, Jaebum menelan ludah ketika melihat wajah Youngjae yang berubah semakin masam. Tapi mau bagaimana lagi, ini permintaan kepala sekolah dan Jaebum tidak bisa menolahnya sama sekali.

"Dan kau menempatkannya di kamarku. Nice, Jaebum," keluhnya.

"Tenang saja, Jae. Dia tidak akan melanggar batas privasimu. Aku yakin itu," kata Jaebum mencoba meyakinkan dan menenangkan Youngjae.

Hanya menghela nafas yang bisa Youngjae lakukan saat itu. Dia sudah malas berkata-kata.

"Ya sudah. Cepat antarkan aku."

「✔」DaeJae☆He and His PhobiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang