.10

425 79 5
                                    

Usianya masih tujuh tahun saat Daehyun dibawa ke rumah Kakeknya. Masih belum mengerti kenapa kemarin Ayah dan Ibunya bertengkar hebat hingga sang Ayah menangis. Yang tertanam di otak, Ibunya yang jahat karena sering memukulinya. Mungkin Ayah menangis karena sedih melihat dia terus tersakiti.

Entahlah.

Otaknya masih terlalu kecil untuk mencerna semua hal yang terjadi.

Sosok pertama yang dia lihat pertama kali adalah Kakek yang menyambut kedatangannya dengan sebuah pelukan hangat. Berkata kalau Daehyun akan tetap baik-baik saja di rumah besar ini. Begitulah, Daehyun kecil percaya pada kata-kata itu. Percaya kalau dia akan baik-baik saja di sana. Bersama Ayah dan Kakeknya.

Dua tahun kemudian Daniel masuk dalam kehidupannya, tepat sehari setelah Ayah Daniel meninggal dunia.

Sebenarnya, Daehyun tahu kalau dia mempunyai seorang sepupu, tapi mereka belum pernah bertatap muka satu sama lain karena kegiatan orang tua mereka yang sibuk dan jadwal sekolah mereka lumayan padat―mereka ditempatkan di sekolah dasar yang berbeda dulu. Jadi setelah sekian lama, mereka baru bertemu saat menginjak kelas empat sekolah dasar.

Kesan pertama Daehyun pada Daniel adalah anak manja. Dimata Daehyun, sepupunya itu terlalu cengeng karena sering menangis saat ditinggalkan oleh Ibunya. Daniel selalu dengan cepat menolak apa yang tidak dia ingin lakukan dan akan menangis jika dipaksa melakukannya. Contohnya kecilnya seperti saat Kakek mendaftarkan mereka les Matematika. Daehyun dengan cepat menerima keputusan sang Kakek, sedangkan Daniel mati-matian menolak dan menangis kencang.

Terlalu manja, menurut Daehyun.

Beda pandangan Daehyun terhadap Daniel, berbeda pula dengan cara Daniel memandang Daehyun.

Daniel kecil selalu kagum pada Daehyun yang terlihat sangat dewasa walau mereka berada di usia yang sama. Meskipun dia pernah mengalami kejadian tak menyenangkan sewaktu kecil, Daehyun tetap terlihat tegar di balik punggung yang bahkan lebih mungil dari Daniel. Daehyun adalah sosok yang Daniel jadikan panutan.

Sosok Daniel kecil selalu mengejar Daehyun dari belakang. Mencoba menyetarakan diri agar mereka berdua bisa berteman.

Daniel selalu mengaggumi Daehyun.

"Perkenalkan, namanya Ong Seongwoo. Mulai sekarang dia akan tinggal bersama kita."

Daniel tersenyum senang ketika melihat sosok anak laki-laki yang kira-kira berusia lebih tua berdiri di samping sang Kakek. Senyum tipis yang terlukis di wajahnya tak bisa menutupi getaran ketakutan yang dia rasakan. Terlebih ketika matanya melirik ke arah Daehyun yang masih saja diam tanpa reaksi.

"Kenapa Seongwoo harus tinggal bersama kita, Kek?" tanya Daniel.

"Panggil dia hyung, Daniel," tegur sang Kakek. "Banyak alasan kenapa dia harus tinggal di sini. Kakek belum bisa menceritakannya."

"Oh, begitu?" Daniel menganggukkan kepala. "Seongwoo-hyung!"

Kakek mengangguk, mengusap punggung Seongwoo agar dia maju menyapa Daniel dan Daehyun.

"Salam kenal, Daniel, Daehyun. Mohon bantuannya―ah!"

Seongwoo terkejut ketika Daniel tiba-tiba memeluknya sangat erat, tapi kemudian dia tertawa kecil saat merasa kalau Daniel menggumam.

"Aku merasakannya. Kalau hyung sama sepertiku," bisik Daniel.

Daehyun mendengus geli ketika melihat pemandangan di depannya. Tanpa berkata, bahkan tanpa menyapa Seongwoo, Daehyun bangkit dan berjalan menuju kamarnya di lantai dua.

「✔」DaeJae☆He and His PhobiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang