"Hipnoterapi?"
Daehyun mengangguk lalu menyuapkan nasi goreng kimchi ke dalam mulutnya yang masih penuh. Dia dan Youngjae sedang makan siang kantin. Sejak kejadian beberapa waktu lalu, Daehyun terus menempel pada Youngjae. Takut-takut kalau akan ada yang mengganggu Youngjae, seperti Daniel misalnya.
"Aku sudah pernah mencobanya dan tidak berhasil," ujar Youngjae.
Beberapa hari setelah kejadian bertahun-tahun lalu itu, Youngjae mendapatkan perawatan rutin dari dokter juga psikolog. Berkali-kali menjalani berbagai macam terapi termasuk hipnoterapi, tapi hasilnya nihil.
Coret hipnoterapi dari daftar Daehyun.
"Sudah mencoba terapi yang lain?" tanya Daehyun lagi.
Nasi goreng kimchinya sudah habis. Dia lanjut memakan roti yang dibawa di sakunya. Youngjae yang baru saja makan satu piring sudah kenyang melihat porsi makan Daehyun yang luar biasa.
"Terlalu takut untuk mencoba."
"Ketakutan itu yang harus kau lawan."
Youngjae tertawa kecil. Memang benar yang dikatakan Daehyun kalau dia harus berani melawan ketakutannya. Harus memikirkan orang-orang yang merindukan Youngjar yang dulu. Ah, sudah bertahun-tahun dia tidak memeluk Ibu dan Ayah. Bagaimana perasaan mereka sekarang? Mungkin mereka merindukan saat-saat Youngjae menggenggam tangan mereka dulu.
"Kau benar. Aku harus memberanikan diri."
Daehyun mengangguk lagi. Terlintas di kepalanya sebuah ide, mungkin bukan ide yang terlalu bagus, tapi, tidak ada salahnya mencoba sesuatu yang baru, kan?
"Mau coba?"
Tangan Daehyun terulur, memberikan satu jarinya pada Youngjae untuk di sentuh. Youngjae menjulurkan telunjuknya, perlahan menyentuh ujung telunjuk Daehyun agak ragu.
Ujung jari mereka bersentuhan. Youngjae merasakan ada yang aneh, seperti listrik yang mendadak menyengat ke kepalanya. Hanya dengan ujung jari yang bersentuhan saja dia sudah jadi seperti itu, apalagi kalau―
Daehyun membuka telapak tangannya, memberi isyarat agar Youngjae menggenggamnya. Ragu, tapi entah apa yang membuat ujung telunjuk Youngjae bergerak menyusuri telapak tangan lembut itu. Jari Daehyun tidak panjang, kukunya pendek dan ujung jarinya bulat-bulat lucu. Juga hangat.
Youngjae membuka telapak tangan, menempelkannya di atas telapak Daehyun. Hanya menempel, tidak menggenggamnya. Itupun dia lakukan dengan ragu-ragu.
Menundukkan kepalanya, entah kenapa perasaan aneh itu muncul lagi. Hangat tangan Daehyun menjalar ke seluruh tubuhnya. Ingin Youngjae lepaskan, tapi enggan.
Daehyun menatap Youngjae dari balik kacamata tebalnya. Keringat menetes dari dahi pemuda manis itu.
"Youngjae―"
"Hai, kalian sedang apa?"
Tanpa izin, tiba-tiba Jaebum datang dan duduk bersama mereka di kursi yang tersisa. Youngjae sontak melepaskan tangannya dari Daehyun dan kembali menyendokkan makanannya ke dalam mulut.
Daehyun berdecak malas. Berdiri lalu mengangkat nampannya.
"Aku kembali ke kelas," katanya.
"Eh, tunggu aku," ujar Youngjae, "Himchan-hyung dimana?"
"Oh, sedang menghampiri seorang siswa di asrama bersama Minhyun-sunbae. Siswa itu agak tidak bermasalah dengan pelajaran, hanya sering tidak masuk kelas."
"Oh, ya? Siapa?" Youngjae memakan suapan terakhirnya.
"Siapa, ya, namanya.... marganya aneh sih. Gong atau Hong gitu aku lupa."
KAMU SEDANG MEMBACA
「✔」DaeJae☆He and His Phobia
Fanfiction「FINISH」 Rahasia, masa lalu, trauma dan phobia. Semua orang pasti memilikinya, bukan? Dan hanya ada satu cara untuk menghadapinya. Memberanikan diri menghadapi ketakutan itu. DaeJae, slight BangHim and OngNiel (from Wanna One)