"Semua ini berawal dari kakak sepupuku."
❎
❎
❎
Youngjae Point of View
❎
❎
❎
Aku adalah anak tunggal di keluarga Yoo. Anak laki-laki yang di dapatkan dengan susah payah oleh Ayah dan Ibuku setelah bertahun-tahun menunggu. Kandungan Ibu sangat lemah sehingga saat hamil Ayah selalu berada di samping Ibu untuk menjaganya dan ketika aku lahir, aku selalu menjadi kebanggaan mereka.
Itulah cerita yang aku dengar ketika aku sudah berusia tujuh tahun. Ketika itu aku bertanya kenapa semua permintaanku dikabulkan oleh mereka. Iya, semua. Mainan mahal, jalan-jalan keluar negeri, dan semua kemauanku yang lain. Memang keluargaku bukan orang susah, sih.
"Kau beruntung memiliki orang tua seperti mereka."
Itu yang aku dengar dari teman-temanku yang selalu mengeluhkan soal orang tua mereka yang pelit karena tidak mau membelikan mereka mainan. Padahal seharusnya mereka bersyukur saja atas apa yang sudah mereka dapatkan. Setidaknya, mereka punya orang tua dan saudara yang berada di sisi mereka. Bukan orang tua yang selalu sibuk seperti orangtuaku.
Sebagai anak tunggal, tentunya aku sangat menginginkan sosok kakak atau adik yang bisa menemaniku. Bermain dan melakukan hal menyenangkan bersama-sama.
Dan akhirnya permintaanku dikabulkan.
Saat berusia sepuluh tahun, aku dipertemukan dengan sepupuku untuk pertama kalinya. Sosok laki-laki dewasa yang menarik semua atensiku dengan senyuman hangat dan telapak tangan besar yang mengelus kepalaku.
Kim Seokjin—atau dia memintaku untuk memanggilnya Jin—adalah anak dari kakak laki-laki Ibu. Sepupu yang memiliki perbedaan usia enam tahun dan kini sedang menempuh tes perguruan tinggi.
Kata Ayah, Jin sangat pintar karena bisa lulus SMA di usianya yang masih muda. Aku tidak terlalu mengerti tentunya, karena aku masih berada di kelas lima SD dan belum mengerti apa itu perguruan tinggi. Jadi aku hanya mengiyakan kata-kata Ayah.
Sejauh yang aku kenal, Jin adalah sosok yang sangat baik. Dia selalu membawakan makanan ketika bermain ke rumah, mengajakku pergi jalan-jalan ketika kami sama-sama ada waktu senggang dan kadang mengantar-jemputku ke sekolah.
Dia memenuhi sosok Kakak yang selalu aku inginkan.
Aku sangat senang ketika Ayah berkata kalau aku akan tinggal bersama Jin di apartemennya sementara waktu karena orangtuaku harus pergi selama sebulan untuk mengurus perusahaan mereka yang sedang bermasalah di Jepang. Tentu saja aku tidak diperbolehkan untuk ikut karena absen sekolah sudah terlalu banyak bolong.
"Aku akan menjaganya. Aku kan sangat menyayangi Youngjae," ujar Jin pada Ayah dan Ibuku yang terlihat sangat khawatir.
"Aku tidak akan nakal! Aku janji!" seruku sambil menggenggam tangan Jin erat.
Jin tersenyum lalu mengacak rambutku yang tadinya di tata rapi oleh ibu. Mendengar kata-kata Jin membuat orangtuaku tersenyum lega. Berkali-kali mengucapkan terima kasih pada Jin dan dengan tenang meninggalkanku bersamanya.
❎
❎
❎
KAMU SEDANG MEMBACA
「✔」DaeJae☆He and His Phobia
Fanfiction「FINISH」 Rahasia, masa lalu, trauma dan phobia. Semua orang pasti memilikinya, bukan? Dan hanya ada satu cara untuk menghadapinya. Memberanikan diri menghadapi ketakutan itu. DaeJae, slight BangHim and OngNiel (from Wanna One)