"Kau yakin pergi sekolah hari ini?"
Daniel memperhatikan Seongwoo yang sedang mengenakan seragamnya perlahan. Memasukan kancing baju satu persatu ke dalam lubang. Gerakannya dilakukan perlahan. Daniel tahu, Seongwoo masih ragu.
"Nanti... aku merepotkan orang lagi kalau tidak masuk...," ujarnya pelan.
Mengingat kemarin mantan ketua Osis dan teman sekelasnya (yang namanya dia tidak tahu) mendatangi kamarnya dan membujuk agar dia pergi ke sekolah. Seongwoo jadi merasa bersalah karena merepotkan mereka berdua.
"Jangan memaksakan diri, hyung."
Seongwoo mengambil sweater
hoodie biru dan memakainya dibalik jas sekolah abu-abu. Kemudian memakaikan hoodie itu ke kepala, menutupi wajahnya."Hyung, masih takut, ya?"
Daniel mendekati Seongwoo, menyingkap hoodie itu dari kepala Seongwoo perlahan. Menatap sepasang mata indah yang terlihat bagai kucing milik Seongwoo yang bergetar. Seongwoo mengerjap. Tatapan mata Daniel yang selembut permen kapas itu mana mungkin membuatnya takut. Tapi kalau tatapan orang lain―
"Kukatakan pada Kakek kalau kau belum bisa masuk," putus Daniel.
"Kalau aku tidak menghadapi ketakutanku, aku akan terus terjebak di sini, Daniel." Seongwoo menangkup pipi gembul Daniel dengan kedua telapak tangan halusnya. "Dan kau akan semakin tersiksa melihatku sakit setiap hari, benar?"
Tidak ada jawaban. Sepasang bibir itu bungkam tak membalas. Senyuman lembut Seongwoo terlukis, lalu didaratkan sebuah kecupan kecil di pipi. Seongwoo menarik lagi hoodie untuk menutupi kepala, menghalangi pandangan. Berjalan ke depan pintu kamar setelah mengambil tas dan memakai sepatu. Di sana Daniel mematung, melihat kucing kecilnya yang berjalan keluar kamar perlahan karena ragu.
"Aku akan memperhatikanmu dari jauh, Hyung. Semoga kau tidak bertemu dengannya."
❎
❎
❎
Youngjae buru-buru berlari melewati gerbang sekolah. Matahari sudah lama bangun mendahului padahal, tapi, dia sama sekali tidak menyadari. Salahkan siapa, ya, enaknya?
Menyalahkan tugas Pak Kyuhyun yang berhasil membuatnya terjaga sampai hampir subuh walau hanya menyalin jawaban Daehyun? Tidak bisa, itu salahnya.
Menyalahkan Daehyun yang pergi lebih dulu ke sekolah? Tidak bisa juga. Daehyun sudah berulang kali membangunkannya tadi pagi, seingatnya.
Oke, ini salah Youngjae sendiri.
"Ah! Sial!" rutuk kesal terdengar.
Tergopoh-gopoh kakinya berlari melewati koridor yang terlihat sudah sepi. Mungkin, bel sudah berbunyi sejak tadi dan dia jadi satu-satunya murid yang terlambat hadir di kelas.
Pintu kelas terbuka lebar.
Youngjae bersyukur Yongguklah yang menjadi wali kelasnya. Yongguk menyambut dengan senyum dan mempersilahkan Youngjae masuk. Dengan langkah lelah Youngjae berjalan ke arah tempat duduk sambil memelototi Daehyun yang terkikik padanya. Salah satu ekspresi Daehyun yang berhasil mengejutkan Youngjae.
"Sialan kau," bisik Youngjae.
"Aku sudah berusaha membangunkanmu. Protes apalagi?" tanya Daehyun pelan.
Youngjae bungkam dan hanya bisa mencebik lucu. Mengeluarkan buku tugas Daehyun dan mengembalikannya.
"Sebelum kelas selesai, saya ada pengumuman untuk kalian."
KAMU SEDANG MEMBACA
「✔」DaeJae☆He and His Phobia
Fanfic「FINISH」 Rahasia, masa lalu, trauma dan phobia. Semua orang pasti memilikinya, bukan? Dan hanya ada satu cara untuk menghadapinya. Memberanikan diri menghadapi ketakutan itu. DaeJae, slight BangHim and OngNiel (from Wanna One)