Chap 4

901 124 9
                                    

Tapi ketika ia mempertanyakan kepada sekretarisnya, wanita itu malah mengernyit dalam.
"Apa di kantor kita ada karyawati yang suka membawa anak, Cha Kyongri-nim?" tanyanya.
"Karyawati yang suka membawa anak, Sajang-nim? Sepertinya tidak ada."
"Kau yakin?"
"Nde."
"Sudah berapa lama kau bekerja disini?"
"Ini tahun ke-3 saya, Tuan."
"Langsung posisimu disini?"
"Tidak. Selama 2 tahun saya staf di tim sumber daya, Tuan."
Chang Wook mengangguk lantas melangkah lagi memasuki ruangannya.
Mungkin matanya salah melihat. Tidak mungkin di kantor sebesar ini dibiarkan ada karyawan yang bekerja sambil membawa anak. Sangat beresiko.

Agenda hari itu, Chang Wook mendengar presentasi dari salah satu kepala departemen. Mengenai laporan kinerja dan pertanggung-jawabannya. Yang pertama ia tunjuk untuk melakukan presentasi tersebut adalah departemen keuangan yang paling beresiko untuk melakukan penyelewengan.
Dia sudah datang ke meeting room saat staf keuangan masih mempersiapkan diri, bahkan kepala departemennya sendiri masih di ruangannya yang nyaman, dengan balkon dan pemandangan kota Seoul yang indah. Masih gemetar untuk melakukan presentasi.

Biasanya kegiatan ini dilakukan setahun sekali oleh tim audit dari kantor pusat. Tapi apa-apaan baru juga trimester 2 sudah diminta laporan pertanggung jawaban. Masalahnya di akhir tahun itu mereka para manajer mendapat tunjangan manajerial, sebelum para auditor datang biasanya hutang piutang terhadap kas kantor sudah diselesaikan dari tunjangan tadi. Nah, kalau ditohok seperti ini, bagaiamana pertanggung-jawaban itu akan dibuat? Kepala departemen keuangan berusia setengah abad itu tidak bisa tidur semalaman.

Tapi apa pun yang terjadi presentasi tetap harus dilakukan, sebab direktur baru meminta itu. Jika ia menolaknya, justru akan membuatnya curiga.

Chang Wook mengetuk-ngetukan jarinya pada meja menandakan ia sudah mulai tidak sabar.
"Masih berapa lama lagi aku harus menunggu? Coba salah satu beritahu bos kalian!" perintah Chang Wook semakin tidak sabar.
"Nde, saya datang, Sajang-nim. Maaf membuat Anda menunggu lama. Saya kembali mengecek persiapan berkas laporan yang akan Anda lihat nanti." pria dengan kepala pelontos itu setengah berlari memasuki meeting room.
"Baiklah. Silakan dimulai presentasinya, Nam Isa-nim"
Chang Wook lalu menyilangkan kedua tangannya di dada bersiap mendengar pemaparan kepala tim keuangan.

Chang Wook tidak main-main dengan ucapannya untuk melihat kinerja bawahannya. Setelah selesai dengan pemaparan laporan, dia juga memeriksa bukti-bukti atas laporan tersebut. Pengecekan bukti inilah yang memakan waktu hingga seharian itu ia berkutat hanya dengan tim keuangan. Ia begitu teliti. Sebab ia tidak ingin ada celah untuk penyalahgunaan anggaran.

Tim keuangan pulang lebih lama dari jam kerja. Saat langit sudah gelap mereka baru keluar dari kantor. Yakni sekitar pukul 8 malam. Chang Wook lebih malam lagi. Sebab ia masih mempelajari apa yang didapatnya dari laporan keuangan disertai bukti realisasinya.

Pada jam itu Shin Hye sedang menidurkan Min Woo sambil membuka handpone-nya. Melihat informasi lowongan kerja. Komo juga sudah tidur di kamarnya. Ketika dilihatnya peluang yang sangat kecil baginya dari setiap persyaratan yang diminta perusahaan pencari pekerja, ia menghembuskan napas berat. Ditatapnya foto Min Young yang ia bingkai dan ditempel di dinding kamar. Foto mereka berdua.
"Eonni, Min Woo sudah besar sekarang. Sudah bisa panggilku Eomma. Dia sangat pintar sama sepertimu. Tapi aku tidak tahu apa aku bisa tetap membesarkannya...?" air mata Shin Hye tanpa dapat ditahan deras berjatuhan.
"Dua tahun ini semuanya baik-baik saja, tapi kedatangan direktur baru di tempat kerjaku sangat mengkhawatirkan, Eonni. Kepala bagian mengatakan aku harus bersiap mencari pekerjaan baru jika ketahuan aku membawa Min Woo ke kantor." Shin Hye menghapus air matanya.
"Aku betah bekerja disana, aku tidak ingin meninggalkannya. Tapi seperti yang kau tahu kepada siapa Min Woo harus kutitipkan jika aku bertahan tetap bekerja disana? Gajiku hanya cukup untuk menghidupi kami bertiga, aku tidak mampu untuk menggaji pengasuh anak bila Min Woo tidak kubawa serta ke tempat kerja." Shin Hye terisak. Ia begitu bingung. Ia ingin mengadukan hal itu kepada seseorang, namun ia tidak memilikinya selain foto sepupunya itu. Komo bukan orang yang tepat untuk mendengar segala keluh kesahnya. Sebab Komo dengan kondisinya yang tidak dapat melihat sempurna, sudah merasa sangat membebani Shin Hye.
"Mianhe, Eonni! Aku mengeluh. Padahal aku sudah berjanji padamu apa pun yang terjadi akan aku hadapi. Sesulit apa pun itu. Sebab ada Tuhan bersamaku. Aku tidak akan menyerah, aku akan terus berjuang untuk Komo dan Min Woo." Shin Hye menghapus air matanya. "Kau tidurlah dengan damai! Jangan dengarkan keluhanku. Tetap jaga Komo dari surga sana selama aku tinggalkan. Selamat malam, Eonni." Shin Hye menurunkan tangannya yang memegangi foto Min Young. Ia lalu mengeringkan wajahnya dengan telapak tangan, kemudian membaringkan tubuh di samping Min Woo. Dipeluknya tubuh kecil itu. Wangi aroma tubuhnya membuat segenap kekhawatiran sirna di hatinya. Apa pun yang terjadi ia akan berjuang untuk buah hatinya itu. Sebab Tuhan telah menitipkan dia padanya, pasti Tuhan akan memberikan jalan keluar dari segala kesulitan yang dihadapinya.
🌲

Chang Wook masih melakukan evaluasi kepada bawahan-bawahannya. Di hari terakhir giliran departemen umum yang membawahi bagian rumah tangga yang melakukan presentasi. Bagian rumah tangga menjadi konsentrasi direktur baru. Karena menurutnya di bagian inilah penyerapan anggaran tak kalah banyak. Biaya makan minum pegawai, biaya operasional seperti bahan bakar untuk armada keluar masuk barang. Kemudian operasional kartor itu sendiri. Rekening listrik, air, telepon... sampai laundry serta alat dan bahan pembersih. Pemusnahan dokumen, membuang sampah... banyak sekali tek-tek bengek yang sangat gampang untuk direkayasa.

Dan dari hasil pemeriksaan Dong Hun yang dilakukan dengan sangat cermat dan teliti selama 2 hari, ia menemukan beberapa kejanggalan. Oleh alasan itulah kepala bagian rumah tangga, Kim Jae Dong, dipanggil lagi untuk menjelaskan kesenjangan tersebut. Dan bukan main marahnya lelaki paruh baya itu.
"Jadi maksudmu, aku dicurigai telah melakukan korupsi, Tuan Dong Hun?" tatapnya tampak marah.
"Ji Sajang-nim yang meminta Anda kembali menghadap untuk meminta penjelasan Kojang-nim atas beberapa hal yang beliau temukan dari hasil pemeriksaan tersebut, Kim Kojang-nim." tukas Dong Hun tak kalah kesal. Bukannya introspeksi diri malah marah. Apa salahnya tinggal menjelaskan jika memang sudah bekerja sesuai aturan.
"Kau pikir aku takut untuk berhadapan dengan bosmu? Yang tak kusukai disini adalah kau, baru menjadi asisten pribadi saja sudah sok paling bagus bekerja. Baik, aku akan jelaskan semua kepada bosmu jika kau tidak paham dengan laporan yang telah kubuat. Berlagak sekali." Dia marah-marah tidak jelas.
Dong Hun membiarkannya saja. Orang stres. Batin pemuda itu.

Tapi kala berhadapan dengan Chang Wook, dia ketakutan setengah mati. Kepalanya bahkan tidak dapat tegak, ia terus menunduk. Tidak berani menatap mata sang direktur.
"Laporan Anda pada trimester II ini ada beberapa yang tak kupahami, Kojang-nim. Antara lain kebutuhan bahan bakar. Di trimester I sudah terlaporkan pembelanjaan hingga kebutuhan trimester II, jadi ada stok bahan bakar. Disini kenapa ada lagi jumlah untuk barang yang sama dalam jumlah dan peruntukan yang sama pula. Mohon penjelasannya, Kojang-nim." tatap Chang Wook sembari memperlihatkan draf laporan yang dibuatnya.
"Apa Sajang-nim mengijinkan jika saya periksa lagi? Barangkali kami salah mengetik." pintanya dengan wajah pucat.
"Baik. Jika begitu ada beberapa item yang harus Anda periksa lagi, Kojang-nim. Bahan bakar, alat dan bahan pembersih, Laundry silakan dicek lagi! Aku minta klarifikasinya secepatnya." Chang Wook mengijinkan.
"Nde, akan kami cek secepatnya, Sajang-nim. Kalau begitu saya mohon diri."
"Nde." angguk Chang Wook.
Lelaki itu lantas membungkuk dan meninggalkan ruang direktur.

Di ruangannya ia membanting beberapa berkas yang ia pungut dari atas meja dengan begitu marah. Kurang ajar! Sudah sesamar itu masih saja ketahuan.
Sebenarnya dia punya berapa pasang mata?

Tbc...

Angel Without WingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang