Kantor sudah sepi, lampunya banyak yang sudah dimatikan. Chang Wook keluar dari pintu lift bersama Dong Hun. Mereka habis melakukan beberapa persiapan untuk laporan ke kantor pusat. Mereka berpisah di basement. Chang Wook segera disambut sopirnya dengan mengambilkan tasnya, sedang Dong Hun menuju mobilnya sendiri yang terparkir agak jauh.
Saat keluar dari pintu basement, Chang Wook dikejutkan oleh seorang ibu muda yang menggendong anak dengan tas di depan belakangnya. Ibu muda yang pernah beberapa kali ia lihat di sekitar kantornya dan pernah pula terlihat memasuki kantor. Dengan tampilan yang kurang lebih sama."Ajhussi, apa kau lihat wanita yang menggendong anak yang berjalan di trotoar itu?" tanyanya dengan mata menatap keluar.
"Yang baru keluar dari kantor, Sajang-nim?" Ajhussi balik bertanya.
"Apa dia keluar dari dalam kantor kita, Ajhussi? Itu... wanita itu?" Chang Wook menunjuk ke trotoar.
"Ya, dia keluar dari dalam. Saya melihatnya."
"Apa kau yakin?"
"Biar saya selidiki besok, Sajang-nim." Ajhussi paham jika tuannya sangat penasaran. Dan pandangan Chang Wook tidak beralih dari wanita yang menggendong anak dengan tas di depan belakangnya yang sedang berjalan di trotoar tersebut.
🌲Pagi itu Chang Wook mendapat laporan bahwa kepala bagian rumah tangga tidak masuk karena sakit. Ia hanya tersenyum kecut menanggapinya. Akal bulus untuk mengelak dari tanggung jawab. Kekanakan sekali.
"Menurutmu dia betulan sakit, Dong Hun-ah?" tanyanya mencari pendapat lain.
"Aniyo. Mungkin dia sedang mencari pinjaman, Sajang-nim." senyum Dong Hun.
Chang Wook pun tersenyum. "Sekretaris Cha!" panggil Chang Wook.
"Nde, Tuan."
"Tolong panggilkan staf Kim Kojang-nim!"
"Baik, Tuan."
Tidak lama salah satu staf kepala bagian rumah tangga memasuki ruangannya dengan diantar sekretaris Cha.
"Tolong telepon Kim Kojang-nim, Tuan. Katakan dokter perusahaan akan aku suruh ke rumahnya untuk memeriksa. Kim Kojang jangan pergi kemana-mana." perintahnya.
"Baik, Tuan." staf bagian rumah tangga membungkuk dan siap berbalik.
"Disini saja teleponnya. Supaya aku juga bisa mendengar jawabannya." cegah Chang Wook.
"O, nde." Dia kemuadian mengeluarkan handpone dari saku jasnya lalu menekan nomer kontak atasannya tersebut. Tidak lama terdengar sahutan.
"Wheo, Song Jun-ah?" suara Kim Jae Dong.
"Nde, Kojang-nim. Apa Tuan belum pergi ke RS?" tanya Song Jun.
"Whe?"
"Sajang-nim hendak menyuruh dokter perusahaan untuk datang ke rumah Tuan, Kojang-nim."
"Mwo..?"
"Tuan diminta jangan kemana-mana."
"Kurang ajar, anak bau kencur itu! Ya sudah, aku datang sebentar lagi katakan padanya." teriak Jae Dong tak kepalang kesal akal bulusnya ketahuan.
"Bagaimana, Kojang-nim? Bukankah Tuan sedang sakit...?" stafnya sendiri bingung mendapat jawaban itu.
"Sudah tutup teleponnya, Tuan." senyum Chang Wook yang dapat mengira apa jawaban dari sebrang telepon. "Apa kata Kojang-nim?" tanyanya setelah sambungan telepon Song Jun terputus.
"Beliau bilang, beliau akan datang sebentar lagi, Tuan." angguknya baru paham dengan tujuan direktur menyuruhnya melakukan sambungan telepon.
"Guerae, kau boleh pergi. Gomowoyo!"
"Nde, aguesmidha, Sajang-nim." dia membungkuk lantas berlalu.
Chang Wook mengurut kepalanya yang pening.Kepala bagian rumah tangga datang ke kantor dengan wajah masam. Ia marah sebab niatnya mengelak dari direktur muda itu kepergok bulat-bulat. Ia juga marah pada stafnya yang telah melakukan sambungan telepon kepadanya. Tapi saat menemui Chang Wook rautnya berubah. Dipelipisnya ditempel plester penurun panas. Supaya bohongnya tidak terlalu memalukan.
"Mianhamidha, Sajang-nim. Saya baru bisa datang. Awalnya saya sudah ijin sakit." angguknya.
"Nde, itu yang kudengar dari staf-mu, Kojang-nim. Makanya aku khawatir jadi akan kusuruh dokter perusahaan untuk memeriksa Anda."
"Sungguh tidak perlu, Tuan. Setadinya saya hanya butuh istirahat di rumah."
"Nde, silakan istirahat di rumah, setelah laporan Anda selesai. Aku pun perlu membuat laporan hasil pemeriksaanku ke kantor pusat makanya semua laporan harus selesai hari ini." Chang Wook memberi alasan kenapa kesannya memaksa meminta revisi laporan bagian rumah tangga.
"Supaya Anda bisa lekas istirahat di rumah, aku minta hasil revisi yang kemarin itu. Hanya itu saja yang kuinginkan, Kojang-nim."
"Nde, baiklah."Jae Dong mau tidak mau harus melaporkan apa yang sesungguhnya terjadi. Pengeluaran ganda yang ditemukan pada trimester I dan II, bukan kesalahan pengetikan. Memang ia merekayasanya. Sebab anggarannya ia pakai secara pribadi. Namun bukan untuk dikorupsi melainkan akan diganti diakhir tahun bila cair tunjangan manajerial. Tapi karena terdesak harus membuat laporan di trimester II, akhirnya ia merekayasanya seperti itu.
Chang Wook dan Dong Hun yang sudah menduga, menghela napas dalam. Sedangkan Jae Dong tampak seperti sakit sungguhan. Antara malu dan merasa terhina.
"Anda tahu sanksi yang bisa diberikan kepada pelaku korupsi?" tatap Chang Wook.
"Saya tidak bermaksud untuk korupsi, Sajang-nim. Saya hanya meminjam untuk saya kembalikan diakhir tahun." elak Jae Dong.
"Setelah ketahuan bulat-bulat seperti ini, Anda masih mengelak, Kojang-nim?" Chang Wook jengkel.
"Anda bisa buktikan di akhir tahun nanti."
"Tapi Anda sudah membuat laporan rekayasa, apa ini bukan salah satu indikasi Anda mengarah kepada tindakan pencucian uang, Kim Kojang-nim?" tatap Chang Wook lekat.
Jae Dong speacless. Alasan apa pun mental karena memang semua bukti mengarah kepada tindakan itu.
"Jika saja Anda bisa mengatakannya dengan jujur kepadaku, bahwa ada anggaran yang kau pinjam secara pribadi, aku malah lebih bisa menerima, Kim Kojang-nim. Sebab dengan demikian Anda punya itikad baik untuk mengganti diakhir tahun. Dari pada kau merekayasa laporan." tambah Chang Wook. Jae Dong diam.
"Baiklah, Kim Kojang-nim. Aku tidak akan laporkan ini sebagai tindakan pencucian uang. Aku akan laporkan sebagai anggaran yang terpaksa Anda pinjam dan jaminannya adalah tunjangan manajerial. Namun aku tidak ingin melihat Anda lagi di posisi yang sama dengan sekarang di tahun depan. Sementara itu, dalam menghabiskan sisa jabatanmu hingga akhir tahun tersebut, aku akan mengawasi Anda dengan ketat. Bagaimana bisa diterima, Kim Kojang-nim?" putus Chang Wook membuat sekujur tubuh kepala bagian rumah tangga itu lemas. Tapi ia tidak bisa apa selain mengangguk dan berucap terima kasih. Setelah itu ia melangkah lunglai menuju ruangannya.Baru saja anak muda itu memecatnya. Anak muda yang baru menduduki jabatan direktur bahkan belum genap satu bulan. Sementara dirinya sudah mengabdi di kantor itu dan kantor pusat lebih dari 25 tahun. Mungkin anak itu masih sebesar Min Woo, ia sudah mendedikasikan segenap hidupnya untuk kemajuan Wook Yong dan anak cabangnya. Lalu sekarang, apa katanya tadi? "Aku tidak ingin melihat Anda lagi untuk posisi yang sama dengan sekarang di tahun depan."
Kepala Kim Jae Dong, kepala bagian rumah tangga itu mendidih. Ia merasa sangat dihina dan diremehkan oleh anak kecil yang tidak tahu apa-apa tentang membangun Wook Yong Dan Dae Wook. Kurang ajar, Ji Chang Wook!
🌲"Namanya Park Shin Hye, dia staf pembantu di bagian rumah tangga, Sajang-nim." lapor ajhussi sopir saat mereka akan menuju pulang.
"Mwo..? Staf rumah tangga?" Chang Wook melotot.
"Dia seorang single parent. Makanya dia bekerja sambil membawa anak."
"Jadi dia setiap hari bekerja sambil membawa anak, Ajhussi?" Chang Wook luar biasa kaget.
"Usia anaknya 2 tahun, Sajang-nim. Di dekat tempat mencuci di dapur ada box bayi tempat ia menidurkan bayinya."
Chang Wook sekarang speacless. Apa-apaan ini? Ada salah satu karyawati yang membawa anak bekerja di kantornya kenapa dibiarkan? Bagaimana dengan sistem pengawasan kantor ini? Kepala Chang Wook sangat berat. Pantas Abeoji menyerahkan Dae Wook kepadanya, rupanya sekacau ini kondisi di dalamnya. Manajernya yang bekerja seenak udel tanpa mematuhi disiplin pegawai. Tindak korupsi hampir disetiap departemen. Sekarang ada pula pelanggaran fatal yang dilakukan karyawan kelas bawah. Dari mulai kepala departemen hingga tukang cuci, mereka membuat pelanggaran. Dan tidak ada tindakan tegas untuk mengatasinya. Jadi apa saja kerja direktur terdahulu? Apa hanya membubuhkan tanda tangan dan menerima sejumlah fasilitas mewah? Pantas jika perusahaan ini mengalami banyak kemunduran. Chang Wook menghela napas.Tbc...
KAMU SEDANG MEMBACA
Angel Without Wing
FanfictionPerempuan dengan seorang balita laki-laki yang selalu dibawanya ke tempat kerja itu, sama sekali tidak menarik perhatian Chang Wook pada awalnya. Tapi entah kenapa, belakangan sosok itu begitu kuat menarik simpatinya. Padahal tidak ada sesuatu yang...