Chap 12

877 133 5
                                    

Berhari-hari Chang Wook tidak berhenti memikirkan tentang Min Woo yang adalah anak kandung Shi Yun. Sulit untuk percaya, tapi ada bukti kongkrit yaitu pernyataan resmi dari RS tentang ayah dan ibu kandung anak yang diadopsi dan diasuh Shin Hye tersebut. Jika mau dikatakan berkas yang dibawa Dong Hun adalah rekayasa, RS itu bisa dituntut. Namun jika dengan berani mengeluarkan fakta itu, artinya memang benar itu adanya. Lalu apa yang telah terjadi terhadap Shi Yun...?

Mereka teman saat di SMA. Meski tidak sangat akrab namun juga tidak jauh. Yang pasti Chang Wook tahu karakter Shi Yun. Pria cool yang tidak mudah jatuh cinta. Ia ingat bagaimana kerasnya usaha si cantik Im Yoo Na menarik perhatiannya. Dan ia tak bergeming. Yoo Na yang merupakan gadis chaebol dambaan para chaebol teman mereka, termasuk Chang Wook, masih tidak menarik perhatiannya. Dan itu membuat Yoo Na teramat jengkel.
"Menurut Oppa, apa Shi Yun Oppa itu normal?" suatu ketika Yoo Na mengadu padanya. Saat mereka sedang di perpustakaan dan Shi Yun sedang asik membaca tanpa peduli sekeliling.
"Wheo?" tanya Chang Wook melirik Shi Yun disudut sana dan Yoo Na disampingnya.
"Apa benar buku Biologi itu lebih cantik dari pada aku, Oppa?" rajuknya.
Chang Wook menarik ujung bibirnya. Shi Yun memang keterlaluan. Cowok lain sangat ingin didekati kejora sekolah mereka ini, dia sengaja dihampiri tidak menghiraukan.
"Kau jangan memaksa kalau dia tidak mau. Masih ada yang menghendakimu." tukas Chang Wook santai.
"Nde, banyak. Salah satunya pasti Oppa!" tunjuk Yoo Na manja.
"Majayo. Tinggal kau yang mau, aku sudah mau. Dari pada ngejar-ngejar yang tidak mau." aku Chang Wook.
"Sierro. Tidak menantang lagi kalau Oppa langsung bilang mau. Aku ingin yang agak menantang."
"Aku ralat kalau begitu. Aku tidak mau padamu, Im Yoo Na-ssi."
"Kau sudah bilang mau tadi. Teng-teng... tidak bisa dirubah."
Chang Wook tersenyum lebar.

Menyenangkan mengobrol dan becanda dengan gadis secantik Yoo Na dari pada melototin buku melulu. Seperti itulah karakter Shi Yun. Tapi Chang Wook tidak bersamanya lagi, setelah lulus SMA Chang Wook langsung pergi ke Amerika melanjutkan kuliah disana. Hingga ia berhasil menembus Bank Dunia dan berkarya disana selama 5 tahun. Di tahun terakhir menjelang kepulangannya ke Korea, mereka malah bertemu di New York. Shi Yun sudah menginjak tahun ke-2 disana. Ia menuntut ilmu sembari mengelola salah satu anak cabang perusahaannya. Sedangkan Yoo Na pure kuliah, yang menurut pengakuannya akan segera pulang. Diperkirakan tahun inilah Yoo Na kembali ke tanah air.

Melihat keakraban Yoo Na dengan Shi Yun di Amerika, Chang Wook mengira mereka telah menjadi pasangan kekasih. Namun fakta tentang seorang anak berusia 2 tahun yang disinyalir merupakan anak kandung Shi Yun sangat menyentak. Apa benar Shi Yun pernah menikah? Atau dia hilap lalu gadis yang dikencaninya hamil? Dan mungkin dia tidak tahu atau tahu tapi keluarganya melarang? Tapi jika tidak tahu bagaimana akan keluar ijin adopsi yang ditandatangani pihak keluarganya...?? Ahh.... kepala Chang Wook rasanya mau pecah memikirkan teka-teki itu. Mana yang benar? Shi Yun seorang pecundang atau semua diluar sepengetahuannya alias ia dibohongi? Siapa pemegang kunci rahasia seorang Yun Shi Yun? Apakah gadis tukang cuci itu...?

Chang Wook harus sangat hati-hati mengambil kesimpulan. Pengalaman sebelumnya, dugaannya salah total tentang anak si pencuci yang semula ia kira anak hasil hubungan gelap tukang cuci dengan kepala bagian. Yang ada mereka berdua bagai malaikat. Dan Chang Wook tak terkira merasa malu.

Sesuai yang diperintahkannya kepada Kim Kojang, hari itu Shin Hye dipindahkan ke bagian arsif.
"Kau tahu, Shin Hye-ya? Sajang-nim aku pergoki tengah mengintip Min Woo dari ruang makan. Aku yakin dia sedang mengintip walau tidak mau mengaku. Dan setelah itu dia menyuruhku untuk memindahkanmu ke bagian arsif. Dia bilang dapur terlalu berbahaya untuk anakmu." cerita Kim Kojang di tempat baru Shin Hye.
Shin Hye yang tengah merapikan barangnya, mengurai senyum.
"Taengitha, Kojang-nim. Aku sangat berterima kasih kepada Anda dan Sajang-nim. Aku tinggal bekerja dengan giat untuk membalas semua kebaikan Kojang-nim dan Sajang-nim." ucap Shin Hye penuh syukur.
"Ya, semoga kau betah disini. Min Woo juga betah."
"Iya, terima kasih banyak, Kojang-nim!" Shin Hye membungkuk dalam. Min Woo sedang tidur dalam box bututnya yang ia bawa dari dapur, tapi Kim Kojang menghampirinya lalu mengelus rambutnya sebelum berlalu.

Tempat itu memang lebih tenang bahkan relatif sepi dari pada dapur. Disana juga tidak sesibuk di dapur. Setelah merapikan ini itu Shin Hye malah ngelangu. Tidak banyak yang harus dipelajarinya dari petugas lama. Bersamanya Shin Hye malah lebih banyak mengobrol. Ia yakin, saat ini ia sedang menerima kebaikan direktur saja. Sebab di bagian arsif itu tidak perlu banyak petugas. Satu orang pun seperti selama ini adalah cukup. Sang Maha Pemurah tengah menunjukan kemurahannya. Padahal kemarin direktur begitu menginginkan ia pergi, tapi sekarang memberi tempat itu.

Shin Hye tengah mempelajari cara pencatatan disana, saat terlihat bayangan Chang Wook menghampirinya. Sebelum sampai ke mejanya segera ia berdiri dan membungkuk setelah Chang Wook tiba dihadapannya.
"Bagaimana? Tempat ini lebih tenang bukan dari pada di dapur?" tanyanya.
"Nde, kamshahamnidha, Sajang-nim!" angguk Shin Hye.
"Mana dia? Apa sedang tidur? Oh... sedang tidur." Chang Wook melongok box bayi di belakang Shin Hye. "Berapa lama biasanya dia tidur?"
"2-3 jam, Sajang-nim. Bagaimana dia bermain sebelum tidur. Kalau sangat cape biasanya tidurnya lama, kalau tidak terlalu cape tidak terlalu lama."
"Bagaimana dia mendapat kebutuhan seperti imunisasi?" lanjut Chang Wook penuh minat.
"Saya membawanya ke dokter saat libur, Sajang-nim."
"Apa ada klinik buka saat hari libur?"
"Ada klinik yang memberikan pelayanan 24 jam di dekat tempat tinggal kami, Sajang-nim."
"Syukurlah kalau semua hak dia kau penuhi. Meski harus sambil membawa-bawanya ke tempat kerja. Jika ada apa-apa kau bilang padaku! Aku tidak ingin sesuatu yang tidak dikehendaki terjadi pada dia." tunjuk Chang Wook pada Min Woo.
"Nde, jeongmal kamshahamnidah, Sajang-nim!" Shin Hye menunduk dalam.
Ada apa dengan direktur? Kenapa jadi begini penuh perhatian kepada Min Woo?

Chang Wook berlalu dari ruang arsif. Harus pelan-pelan jika ingin mengorek informasi dari tukang cuci. Lalu kalau akhirnya dirinya tahu semua tentang rahasia Yun Shi Yun, apa yang akan ia lakukan? Chang Wook terdiam di kursinya sambil tangan menopang dagu. Mengembalikan anak itu kepada ayahnya? Bodoh! Sudah jelas Shin Hye sudah mengadopsinya. Tapi sungguh tidak tega melihat anak itu harus hidup menderita karena Shin Hye yang mengadopsinya tidak mampu memberi penghidupan yang lebih dari yang diberikannya.

Chang Wook sebenarnya hanya ingin tahu, apa Shin Yun mengetahui jika dirinya telah memiliki anak? Itu saja. Sayangnya Shi Yun berada jauh, jika saja dekat ia bisa pertanyakan hal itu langsung. Kalau memang tahu, kenapa harus membuangnya? Aniya. Itu adalah urusan Shi Yun. Chang Wook memejamkan mata.
🌲

Sejak pindah ke bagian arsif, jam pulang Shin Hye normal. Sama dengan yang lain. Min Woo malah bingung langit masih terang ibunya sudah beres-beres seperti hendak pulang.
"Diya, Mma?" tanyanya saat ibunya sedang memakaikan jaket kepadanya.
"Jiebe.. kajja!" seru Shin Hye.
"Ibe, Mma?"
"Nde, jiebe-ragu. Min Woo mau pulang tidak?"
"Nde, ibe-ayo!" pekiknya pula tersenyum.
Karena keluar kantor sesuai dengan jam pulang, Min Woo tidak tidur, matanya lirak lirik melihat karyawan yang rame menuju pintu keluar. Pemandangan seperti ini baru baginya. Pulang rame-rame, biasanya ia meninggalkan kantor disaat sudah sepi dan langit sudah gelap. Chang Wook  menatap lembut Shin Hye yang hendak pulang berjalan menuju lift. Karena ruangan mereka berada dilantai yang sama, jadi ia bisa melihat setiap Shin Hye datang dan pulang.

Tbc...

Angel Without WingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang