Chap 23

765 123 4
                                    

Shin Hye ke ruangannya tapi tidak bisa melakukan apa-apa selain menangis. Melihat semua perlengkapan Min Woo, ia tidak dapat membendung air matanya. Begitu pula Min Woo sejak ajhumma merebutnya dari gendongan Shin Hye, dia terus menangis. Suara tangisnya bahkan sudah parau. Ajhumma tidak mampu menenangkannya. Akhirnya Shi Yun mengambilnya dari pangkuan ajhumma.
"O, Sayang! Min Woo ini di rumah Appa. Appa sudah beli mainan untuk Min Woo. Ayo kita lihat ke kamar." Shi Yun membawa ke dalam kamarnya.
Ibunya lekas menyusulnya. Sejak tadi wanita itu hanya diam menatap cucunya itu menangis. Sama sekali tidak memiliki sense of grandmotherhood. Ia tidak suka Shi Yun membawanya ke rumah mereka.
"Eommoni bilang, Eommoni tidak bisa menerimanya sekarang. Kau akan repot sendiri sebab seusia ini masih sangat merepotkan." dumel ibunya.
"Aku tidak akan merepotkan Eommoni. Kami akan segera pindah ke apartemen. Malam ini saja aku menumpang tidur disini." balas Shi Yun sangat kesal dengan sikap ibunya yang bahkan tidak mau menyentuh Min Woo. Seakan anak itu akan menularkan penyakit berbahaya.
"Ayahmu akan marah kalau kau meninggalkan rumah ini."
"Tapi aku juga tidak bisa tinggal disini jika Eommoni menolak cucu Eommoni." teriak Shi Yun sambil menutup pintu kamarnya melarang ibunya untuk turut masuk.
"Shi Yun apa yang kau lakukan ini?" ibunya marah.
"Mianhe, Eommoni! Aku hanya ingin berdua dengan anakku."

Min Woo tetap menangis meski Shi Yun sudah memberikan mainan. Ia menyuruh ajhumma untuk membuat susu, itu pun ditepiskan Min Woo.
"Min Woo minta biscuit, Ajhumma! Ambilkan sini."
Biscuit itu pun kembali ditepisnya.
"Jebal, jangan buat Appa marah pada Min Woo! Diam, Sayang! Jangan nangis terus, nanti Min Woo sakit." Shi Yun akhirnya frustasi.
"Mma... di-ni, Mma..." Min Woo terus memanggil-manggil ibunya dimana.
"Appa akan suruh Eomma kesini asal Min Woo diam!" Shi Yun meletakan telunjuknya di atas bibir, tapi juga tidak membuat balita itu berhenti menangis. Akhirnya Shi Yun memeluk tubuh Min Woo yang sudah tidak bertenaga untuk meronta seperti tadi.
"Appa sangat merindukan Min Woo! Dan biarkan Eomma hidup bebas tanpa memikirkan Min Woo. Eomma tidak akan pernah memiliki pacar kalau Min Woo terus bersamanya." ceracau Shi Yun nelangsa.
"Mma... Mma..."
"Kita nonton TV ya!"
Shi Yun sedaya upaya menenangkan buah hatinya dengan berbagai cara, tak urung Min Woo akhirnya berhenti menangis karena capek. Langit diluar sudah gelap. Shi Yun memberikan botol susu yang tadi ditepisnya, dan kali ini Min Woo mau mengisapnya. Di atas kasur ia terkulai lemah sambil mata memejam. Shi Yun mengelus rambutnya.
🌲

Saat bangun tidur tidak menemukan Shin Hye, Min Woo kembali menangis. Saat itu malam sudah sangat pekat. Shi Yun yang baru akan terpejam disamping buah hatinya, terbangun lagi. Mendengar suara tangisnya Abeoji mendatangi kamar Shi Yun. Tadi ia melihatnya anak itu sedang terlelap.
"Shi Yun-ah, kenapa anakmu?" teriaknya mengetuk pintu. Shi Yun segera membuka pintu.
"Nyari ibunya lagi, Abeoji." lapor Shi Yun putus asa. Tampak balita itu menangis di atas kasur.
"Min Woo bobo sama Halabeoji yu!" Berbeda dengan ibunya yang menolak, ayahnya justru sangat menerima anak itu.
Abeoji memburu Min Woo untuk menggendong, tapi anak itu menepisnya. Ia terus menghindar. Ia tidak mengenali lelaki tua itu.
"Ini Halabeoji, Sayang! Bukan siapa-siapa." Abeoji juga memaksa, ia pantang ditolak. Min Woo akhirnya tertangkap. Abeoji lalu membawanya keluar dari kamar. Ia membawanya melihat ikan di akuarium yang besar di rumah itu. Shi Yun membuntutinya.

Entah bagaimana malam itu mereka dapat tidur, tapi bangun tidur pagi itu tubuh Min Woo panas laksana terbakar. Shi Yun sudah pasti kaget tak kepalang. Ia segera melaporkannya kepada ayahnya.
"Min Woo demam, Abeoji. Apa yang harus kulakukan?"
Abeoji yang baru bangun keluar dari kamar untuk melihat Min Woo. "Coba beri obat penurun panas! Cari di tempat obat." perintahnya.
"Mungkin tidak ada obat penurun panas untuk anak, Abeoji."
"Suruh ajhussi sopir untuk membeli di apotek!"

Masalahnya Min Woo menolak meminumnya. Jangankan meminum obat, minum susu pun ia tidak mau. Ia terus menangis. Sama halnya dengan Shin Hye, bangun tidur itu tubuhnya terasa letih dan tidak bisa menahan tangis karena ingat Min Woo. Semalam pun ia tidur larut karena terus menangis teringat Min Woo. Terbayang kebiasaan mereka sebelum tidur. Bersama Komo Shin Hye menangis berdua. Dan ia lemas untuk pergi mandi pagi ini tanpa disibukan dengan mengurusi Min Woo seperti biasanya. Komo pun menolak sarapan. Tapi Shin Hye tetap pergi kerja, sebab akan semakin sedih jika hanya diam di rumah. Walau Chang Wook mengijinkan Shin Hye untuk tidak pergi kerja hari itu.

Kondisi Min Woo semakin siang semakin mengkhawatirkan. Sekarang disertai kejang. Dalam situasi panik itu Yoo Na datang ke rumah. Ibunya panik dengan kedatangan Yoo Na sementara ada Min Woo disana. Namun gadis itu tampak sudah mengetahui tentang bayi Shi Yun.
"Jadi apa yang akan Oppa lakukan sekarang?" tanya Yoo Na tidak suka tapi disisi lain ia tidak tega melihat kondisi Min Woo yang semakin lemah. Keringat membanjir di tubuhnya yang gemetar.
"Aku akan membawanya ke RS. Terserah kau mau ikut atau tetap disini?" tawar Shi Yun.
"Eommoni juga bilang apa? Kau akan sangat repot dengan mengambil anak itu." omel Eommoni tetap tidak bisa menerima kehadiran Min Woo.
"Ajhumma tolong siapkan bajunya yang kemarin baru kita beli!" teriak Shi Yun kepada pengasuh Min Woo.
"Biar aku yang siapkan, Oppa." Yoo Na mengambil inisiatif.
"Tasnya di dalam lemari, Yoo Na-ya!"
"Nde."
Eommoni geleng kepala melihat Yoo Na yang sama sekali tidak kaget bahkan bisa menerima keadaan Shi Yun yang telah memiliki anak.
Dan ia hanya menatap Shi Yun pergi diantar Yoo Na ke RS.

Kondisi Min Woo yang drop dan disertai kejang mengharuskannya dilakukan perawatan intensif. Tangannya yang kecil dan tidak mau diam tidak bisa menerima infus menyebabkan suster mencari tempat lain untuk menusukan jarum infus. Sakit karena tusukan jarum membuat Min Woo tambah menderita. Tangisnya tidak berhenti. Baru tidur karena dokter memberikan obat tidur supaya anak itu istirahat.
Shin Hye seperti yang dapat merasakan penderitaan Min Woo, di kantor tiba-tiba ia kehilangan fokus. Ia hanya diam melamun. Lalu hatinya tiba-tiba perih. Tapi ia segera menegarkan hati. Bahwa Min Woo baik-baik. Benaknya yang juga tidak bisa melupakannya ia pikir wajar sebab 2 tahun lebih selalu bersamanya, tiba-tiba hilang ia tidak siap.

Namun semakin lama Shin Hye semakin tidak bisa melupakan Min Woo. Ia merindukannya hingga membuat dadanya sesak. Apa sebenarnya yang terjadi? Apa benar semua baik-baik?
Sementara Min Woo kembali menangis setelah efek obat tidurnya lenyap. Hanya Shin Hye yang selalu dipanggil-panggilnya.
"Apa tidak sebaiknya Oppa panggil saja ibunya? Oppa kembalikan saja padanya! Berbahaya jika terus seperti ini. Aku bahkan sudah tidak tega melihat jarum infus menusuki tubuhnya." saran Yoo Na kepada Shi Yun yang tengah mengelus kening Min Woo yang basah oleh keringat.
"Kurasa Eommoni benar, dia terlalu kecil untuk Oppa pisahkan dari yang selama ini mengasuhnya. Oppa harusnya mendekatinya dulu sebelum mengambilnya seperti ini." lagi oceh Yoo Na.
"Yoo Na-ya..?" seru Shi Yun tanpa melirik.
"Mwo?"
"Kau tetap mau menerimaku meski tahu aku sudah memiliki anak?" tanya Shi Yun tanpa diduga.
"Tentu saja awalnya tidak mau. Tapi ibu anak itu sudah tiada. Aku sebetulnya bersedia jika harus mengasuh anakmu itu, Oppa." jawab Yoo Na juga tidak diduga.
"Jingja?" Shi Yun menatap wajahnya.
"Tapi terlebih dahulu dia harus mengenalku. Sekarang biar immo-nya itu dulu yang mengasuhnya sambil kita pelan-pelan mendekatkan diri padanya, Oppa. Kau tidak boleh memaksanya seperti ini."
Shi Yun masih lekat menatap wajah cantik itu. Yoo Na ia pikir tidak akan bisa sedewasa itu, tapi rupanya Yoo Na telah dewasa sekarang.

Tbc...

Angel Without WingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang