Shin Hye berjalan sambil tidak bisa menahan air mata. Kemarin ia masih memiliki harapan akan bertahan, tapi hari ini harapannya sudah pupus. Sebelum tiba di pantry, ia membasuh wajah terlebih dahulu menyamarkan matanya yang sembab. Min Woo seperti yang mengerti ibunya baru mendapat kenyataan pahit, ia langsung meminta ibunya untuk menggendongnya.
"Otte?" tatap Kim Ajhumma.
"Aku diberi waktu 2 hari untuk memutuskan, Ajhumma. Jika tetap mau disini aku harus meninggalkan Min Woo di rumah. Tapi jika tidak bisa meninggalkan Min Woo, artinya aku harus pergi dari sini." beritahu Shin Hye sambil tidak dapat menahan air matanya. Min Woo dalam dekapannya menatap wajah ibunya lalu ia turut menangis sambil balas memeluknya.
"Gwenchana, Eomma gwenchanayo! Min Woo kenapa menangis?" Kim Ajhumma mengusap punggung balita itu.
Tapi Min Woo makin keras menangis. Shin Hye akhirnya memeluknya semakin erat. Bibirnya mengecup rambut buah hatinya berulang laki.
"Aniya, bukan salah Min Woo. Eomma lebih baik tidak usah pergi kerja daripada harus meninggalkan Min Woo. Tidak, Sayang! Eomma tidak akan meninggalkan Min Woo, eoh?" Shin Hye menenangkan buah hatinya.
"Ande, Mma!" sedunya.
"Iya, Eomma tidak akan pergi tanpa Min Woo. Sebab Min Woo buah hati Eomma. Eomma akan selalu dengan Min Woo."
Kim Ajhumma membuang muka melihat pemandangan itu. Matanya terasa perih. Ia bisa merasakan kepedihan itu.Di ruangan direktur, Dong Hun menyerahkan lembar kertas yang berisi data Shin Hye.
"Ini dia CV tukang cuci yang membawa anak itu, Sajang-nim." lapornya. Chang Wook segera menerimanya, lalu membaca apa yang tertera disana.
"Jadi dia belum menikah, Dong Hun-ah?" liriknya kepada Ahn Dong Hun dengan wajah kaget.
"Itu juga yang ia tulis di daftar riwayat hidupnya menurut arsip di personalia. Tapi ada seorang anak yang menjadi tanggungannya." tambah Dong Hun.
"Sebentar, aku tidak paham. Kalau mengaku tidak menikah, aku ngerti. Mungkin dia janda. Tapi kalau belum menikah tapi memiliki anak... apa dia melahirkan seorang anak tanpa menikah?" tatap Chang Wook penuh curiga.
Dong Hun mengedikan bahu. Chang Wook menatap lagi berkas itu. Seperti pengakuannya tadi tanggungannya adalah kakak ipar dari ibunya dan seorang balita.Chang Wook jadi mengingat setiap jawaban yang diberikannya tadi. Pantas tidak ada yang bertanggung jawab atas anaknya itu jika ia lahir diluar nikah. Dan fakta ini membuat Ji Chang Wook hanya bisa menggeleng.
"Aigo, Dong Hun-ah! Benar-benar kacau karyawan disini. Tidak manajer tidak bawahan, semuanya sama. Bikin pening." dumel Chang Wook menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Lalu apa yang kau lakukan padanya tadi?"
"Aku menyuruhnya membuat pilihan. Tinggalkan anaknya di rumah atau tinggalkan kantor ini."
"Dia memilih yang mana?"
"Aku beri waktu dia 2 hari untuk memikirkannya."
"Pasti dia akan kesulitan memutuskan. Sebab tentu bukan keinginannya juga bekerja sambil direpotkan anak. Pasti karena dia tidak punya pilihan, Hyung."
"Iya. Tapi membawa anak ke tempat kerja juga sangat berbahaya. Sebab dapur bukan area bermain anak. Apa lagi sekecil itu."
"Nde. Sungguh kasihan."
🐠Kim Kojang, kepala bagian rumah tangga, marah mendengar Shin Hye dipanggil Chang Wook dan diberi pilihan untuk meninggalkan Min Woo di rumah atau meninggalkan kantor. Kekesalannya yang kemarin belum pupus dihatinya, sekarang ditambah lagi masalah Shin Hye. Jika kemarin ia tidak bisa melawan karena memang dirinya yang salah, tidak untuk kali ini. Apa salahnya bekerja sambil membawa anak? Sepanjang pekerjaannya itu tetap beres. Ok, memang ada aturan yang melarang tidak boleh membawa anak ke tempat kerja. Lalu, jika keadaan tidak mendukung hal itu, apa seorang ibu harus mati? Kenapa harus kaku memaknai aturan yang dibuat masih oleh manusia? Padahal aturan Tuhan saja masih sering dilanggar. Kim Kojang muntab. Siang itu, dihari kedua setelah pemanggilan Shin Hye oleh direktur, ia menuju ruang direktur dengan memendam kemarahan.
"Aku ingin bertemu dengan, Sajang-nim. Apa dia ada di dalam?" tanyanya kepada sekretaris Cha dengan sikap kaku. Cerminan kekesalannya.
"Sajang-nim? Ada, tapi sebentar. Silakan Kojang-nim menunggu dulu!" wanita anggun itu menuju pintu. Setelah di dalam beberapa detik, ia mempersilakan kepala bagian rumah tangga masuk.
Kim Kojang melangkah ke dalam, Chang Wook sudah menunggunya.
"Silakan duduk, Kim Kojang-nim!" perintahnya mempersilakan setelah mendapat anggukan dari lelaki paruh baya itu. Ia sendiri kemudian keluar dari kursinya. Duduk di sofa, santun menerima tamu.
"Apa ada sesuatu yang ingin disampaikan, Kojang-nim?" tanyanya setelah duduk.
"Ini tentang Nn Park yang bekerja di bagian dapur, yaitu tukang cuci."
"Nde, ada apa dengan dia?"
"Kudengar, Anda memanggilnya. Dan Anda menyuruh dia pergi atau meninggalkan anaknya di rumah?"
"Betul."
"Tolong dipikirkan lagi, Sajang-nim! Selama ini dia bekerja sambil membawa anak, pekerjaannya beres dan tidak ada staf yang terganggu dengan keberadaan anak kecil itu. Tapi bila dia Anda pecat, pekerjaan ini satu-satunya sumber penghasilannya."
"Dia bisa meninggalkan anaknya di rumah selama dirinya bekerja bukan?" tukas Chang Wook santai.
"Dengan menjadi tukang cuci di dapur, menurut Anda berapa penghasilan dia? Apa cukup untuk menggaji pengasuh anak dan menghidupi 2 orang tanggungan termasuk dirinya?"
"Apa itu masalahku, Kojang-nim?" tatap Chang Wook.
"Tentu saja karena dia bekerja di perusahaan ini."
"Bukankah itu masalah pribadinya?"
"Dia itu hidup sebatang kara, Komo yang dimilikinya juga bukan komo kandung."
"Aku tahu karena aku telah melihat catatan data pribadinya. Tapi yang menjadi masalah disini, dia melanggar aturan dengan membawa anak ke tempat kerja. Apa Anda tidak tahu aturan itu?"
"Pengecualian untuk dia, Sajang-nim. Jika saja Anda tahu kehidupannya seperti apa, Anda pun tidak akan tega. Itu makanya saya membiarkannya membawa anak. Karena dia harus tetap hidup demi anak dan komo-nya." suara Kim Kojang mulai meninggi.
"Jika dia tidak mampu, kenapa tidak diatitipkan di panti jompo dan panti asuhan saja kedua tanggungannya itu."
"Ommana... Sajang-nim. Tak kusangka sekeji itu pemikiranmu." Kim Jae Dong sangat terkaget.
"Karena perusahaan juga punya aturan, Kojang-nim. Apa jadinya jika perusahaan sebesar DWC ketahuan membiarkan karyawatinya bekerja sambil membawa anak? Bukan hanya Komisi Perlindungan anak yang akan berurusan dengan kita, namun juga Komisi Perlindungan Pekerja. Apa Anda tidak tahu itu?" Chang Wook pun tak kalah kesal.
"Selama 2 tahun ini semuanya baik-baik saja, Sajang-nim."
"Jangan pikir akan tetap baik jika dibiarkan. Sebab ini sangat fatal. Anda pikir dapur aman untuk anak kecil? Bahkan untuk para pekerja saja anda prosedur operasional-nya."
"Jadi akan tetap Nn Park Anda suruh pergi dari perusahaan ini?"
"Ya, kalau dia tidak bisa meninggalkan anaknya di rumah."
"Terserah apa yang akan kau lakukan, Sajang-nim. Namun Nn Park bekerja bertanggung jawab terhadapku, kau sungguh tidak menghargaiku. Seharusnya kau membicarakannya terlebih dahulu bersamaku untuk memecatnya. Bukan main panggil saja dan bicara langsung dengan yang bersangkutan. Dan aku keberatan dengan pemecatanmu terhadap staf-ku. Selama aku masih diposisiku ini, aku akan tetap membiarkan Nn Park bekerja dibawah pengawasanku. Jika terjadi hal yang tidak diinginkan, aku siap bertanggung jawab untuk itu, Sajang-nim!" cerocos Kim Jae Dong sungguh berani. Chang Wook speacless dibuatnya. Dan ia akan bicara ketika kepala bagian terdengar menyambung ocehannya.
"Karena saat ini dia staf-ku, jadi aku yang memutuskan. Dan untuk selanjutnya kau pun harus meminta ijin terhadapku untuk berurusan dengan staf-ku yang lain. Sampai nanti posisiku berakhir di akhir tahun."
"Kau sangat membela dia, Kojang-nim? Ada hubungan apa diantara kalian?" tohok Chang Wook teramat kesal.
"Kau pikir kami punya sekandal? Pertanyaan Anda sangat murahan, Sajang-nim. Aku hanya ber-empati dengan nasibnya. Kau kenalilah dia, maka kau akan berpikir sepertiku. Jangan berburuk sangka." Jae Dong tersinggung.
"Jika kau ingin beramal, salah tempat, Kojang-nim. Karena ini perusahaan."
"Lihatlah semua pekerja level bawah lebih dalam, Sajang-nim! Supaya Anda tidak arogan memimpin perusahaan itu."
Sekali lagi Chang Wook speacless mendengar ucapan bawahannya.Tbc...
![](https://img.wattpad.com/cover/127393943-288-k752620.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Angel Without Wing
FanfictionPerempuan dengan seorang balita laki-laki yang selalu dibawanya ke tempat kerja itu, sama sekali tidak menarik perhatian Chang Wook pada awalnya. Tapi entah kenapa, belakangan sosok itu begitu kuat menarik simpatinya. Padahal tidak ada sesuatu yang...