"Ottokhe?" desak Shi Yun.
"Mau saja, Shin Hye-ssi! Shi Yun Oppa nanti yang memenuhi semua kebutuhan kalian. Kau, Komo dan tentu saja Min Woo." sambar Yoo Na dari ambang pintu. Semua mata kemudian menuding gadis cantik itu. Yoo Na melangkah sambil membagikan minuman kaleng kepada semua orang di ruangan itu. Kecuali Min Woo.
"Kamsahamnidha." angguk Shin Hye menerima jatah minuman kaleng bagiannya.
"Mungkin nanti Shi Yun Oppa pun akan memindahkan tempat tinggal kalian ke apartemen. Supaya kau tidak perlu mengontrak. Begitu kan, Oppa?" tatap Yoo Na kepada Shi Yun.
"Kalau kau mau menerima tawaranku." tambah Shi Yun.
Shin Hye tidak segera menjawab. Ia menatap Min Woo yang mulai memejamkan mata dalam dekapannya.Haruskah ia menerima tawaran itu? Apa sebenarnya maksud Shi Yun dengan memindahkannya ke apartemen dan menyuruhnya berhenti bekerja? Semata karena Min Woo, atau ada maksud lain? Tapi maksud lain apa? Konyol jika dirinya punya pemikiran, Shi Yun mengharapkannya menjadi pengganti Min Young. Astaga! Pemikiran apa itu? Sangat gede rasa. Tidak mungkin dirinya lebih menarik bagi Shi Yun dari pada nona cantik ini. Disamping itu Shi Yun sangat mencintai Min Young. Dia hanya menganggapnya sebagai adik. Sedangkan keinginannya untuk menghidupi Komo, hal yang wajar. Karena bagaimana pun Komo adalah mertuanya. Shin Hye terdiam lama. Chang Wook dan Ju Won turut tidak sabar menunggu jawabannya.
"Bagaimana, Shin Hye-ssi?" ulang Yoo Na.
"Biar aku pikirkan dulu, Nona. Masalah ini tidak mudah aku putuskan. Aku harus membicarakannya dengan Komo terlebih dahulu." putus Shin Hye akhirnya membuat Chang Wook dan Ju Won menahan napas.
"Baiklah kalau begitu. Tapi kau harus memberikan jawabanmu paling lambat saat Min Woo pulang dari sini." pinta Shi Yun. Shin Hye tidak menjawab.Keputusan yang sulit. Ia tentu saja tidak mau meninggalkan DWC, sebab ia bahagia bekerja di kantor itu. Meski hanya karyawan level bawah. Ia benar-benar bahagia bisa mendapatkan uang dari hasil keringatnya sendiri. Dan sejak muda ia terbiasa mencari nafkah sendiri. Sekarang hanya dengan mengasuh, ia tak ubah seperti seorang istri simpanan yang hanya menerima dinafkahi. Rasanya ia tidak mau begitu. Ditambah pula, jika ia tidak berangkat lagi ke kantor DWC sudah pasti ia tidak akan memiliki lagi kesempatan bertemu dengan direkturnya. Nah, lho! Apa yang terjadi? Kenapa Shin Hye berat meninggalkan Chang Wook? Jadi yang benar, berat meninggalkan pekerjaan atau direktur kantor tempatnya bekerja...???
Shin Hye mengelus kening Min Woo yang masih ditancapi jarum infus. Tadi dia sempat melaporkan sakit kening yang ditancapi jarum itu. Dia juga memperlihatkan tangan dan kakinya yang membiru bekas jarum infus yang gagal masuk pembuluh darahnya.
"Igho-yo, Mma... apho!" lapornya.
"Sakit? Yang mana lagi yang sakit?" Shin Hye memeriksa tangannya kiri kanan.
"Igho..." Min Woo menunjuk pula kakinya.
"Aigo... kasihan, bayi Eomma! Tapi sekarang akan lekas sembuh, sebab ada Eomma. Eoh?"
Min Woo mengangguk, lalu matanya mulai teler. Sebab ia capek. Shin Hye mengelusnya.Jika melihat kondisi Min Woo seperti itu memang ia siap tidak pergi kerja lagi, supaya anak itu terurus. Tapi setelah Min Woo sembuh nanti, ia pasti akan merasa bosan. Sebab biasanya ia sibuk bekerja membanting tulang.
Di sofa kamar kelas VVIP itu, Shi Yun, Chang Wook dan Yoo Na terdengar mengobrol tentang perusahaan mereka. Dan Ju Won seperti dirinya jadi pendengar. Hingga akhirnya ia mendahului pamit. Sebab langit pun sudah mulai gelap. Melihat Ju Won pamit, Chang Wook pun mengikuti berdiri.
"Kau tentunya masih akan disini, Shin Hye-ssi?" tanyanya.
"Nde, saya masih harus disini, Sajang-nim! Terima kasih Anda telah berkenan mengantar tadi!" angguk Shin Hye kepada Chang Wook.
"Ya sudah, tetap temani Min Woo disini! Aku pulang dulu, Shi Yun-ah. Semoga Min Woo lekas sembuh. Aku tidak tega melihatnya berbaring seperti itu disini. Berbaring di kantorku masih jauh lebih baik walau juga suka membuatku iba." seloroh Chang Wook.
"Nde, gomowo kau sudah menengoknya!" Shi Yun turut berdiri.
"Kau masih akan temani Shi Yun, Yoo Na-ya?" tatap Chang Wook kepada Yoo Na.
"Aku pulang sebentar lagi, Oppa." tukas Yoo Na.
"Oke, aku duluan kalau gitu."
"Nde, sampaikan salamku untuk, Eommonim!" pesan Yoo Na.
"Oke. Aku pergi!" setelah itu Chang Wook melangkah ke pintu meninggalkan kamar itu.Sekarang di kamar itu tinggal ber-4 dengan Min Woo.
"Oppa pulang saja! Biar aku sendiri disini." ucap Shin Hye menuding Shi Yun.
"Bagaimana bisa aku meninggalkan kalian berdua, padahal aku yang membuat Min Woo berada disini."
"Tidak apa, Oppa pulang saja. Kalau hanya berdua denganku, Min Woo jadi merasa di rumah."
"Biar Oppa menginap disini, supaya kalian nanti bisa bergantian menunggui." usul Yoo Na.
"Oppa sebaiknya tidur di rumah, besok pagi baru kesini lagi. Aku sudah terbiasa terjaga untuk menjaganya." Shin Hye tetap tidak mau ditemani Shi Yun.
"Ya sudah, aku pulang. Tapi nanti saja, setelah agak malam."
Shin Hye setuju.
🌲Bersama Shin Hye walau baru semalam Min Woo menunjukan perkembangan signifikan untuk kesembuhannya. Bahkan pagi-pagi sudah terdengar suaranya cerewet bertanya ini itu. Dan infusnya sudah bisa dilepas.
"Uyu.. Mma?"
"Min Woo mau susu? Sebentar, Sayang ya! Eomma bikinkan dulu."
"Amani..." pintanya.
"Nde."
Ia juga lahap mengisap susu. Tapi ia tetap takut saat melihat Shi Yun yang datang lagi pagi-pagi itu.
"E... sudah dilepas infusnya!" senyum Shi Yun.
"Mma... Eomma!" Ia memanggil Shin Hye.
"Ini, Eomma." Shin Hye segera menghampiri.
"Utowo, Mma..."
"Itu Min Woo Appa.."
"Aniya..." wajahnya hampir menangis dan tangannya melingkari leher Shin Hye minta digendong.
"Appa hanya akan duduk disini." Shi Yun tidak berusaha mendekati. Ia mengambil tempat duduk di dekat pintu.
"Aniya..." Min Woo tidak mau lepas dari tubuh Shin Hye akhirnya.
"Min Woo Appa pergi lagi nanti." ucap Shin Hye sambil tak urung menganggkat tubuh balita lucu itu yang tampak mulai segar lagi wajahnya. Shin Hye menggendongnya seperti keinginan Min Woo.
"Appa bawa mainan buat Min Woo." Shi Yun mengacungkan bawaannya untuk merayu buah hatinya.
"Aniyo..." Min Woo pun tetap tidak terayu.
"Jadi mainannya Appa kasih ke siapa kalau Min Woo tidak mau?" tanya Shi Yun.
"Uta-nim." jawab Min Woo lantang.
"Uisa-nim?" Shi Yun senang mendapat respon dari anaknya. "Uisa-nim dikasih mainan?" senyum Shi Yun.
Min Woo cemberut menanggapi ocehan ayahnya.
"Jangan marah sama Appa!" hardik Shin Hye lembut.
"Iwo, Mma." Min Woo malah makin cemberut.
"Jangan benci pada Appa!" lagi peringat Shin Hye seraya mengusap keningnya.
"Appa pergi lagi kalau gitu." ancam Shi Yun pula.
Namun dari pintu terlihat dokter dengan suster memasuki kamar.
"Uta-nim!" teriak Min Woo.
"Annyong! Sudah sembuh sekarang, anak cakep. Mau dokter periksa?" lelaki muda berjas putih itu menyentuh keningnya.
"Aniyo. An-de, Uta-nim!" Min Woo memeluk leher Shin Hye dan menyembunyikan wajah disana. "An-de!" tepisnya lagi.
Nampaknya dia trauma. Shin Hye memeluk dan mengelus punggungnya.Menurut dokter kondisi Min Woo semakin membaik dan siang itu sudah diijinkan pulang. Shi Yun segera mengurus administrasinya. Ia lalu mengantarkan Min Woo dengan Shin Hye ke rumah sewaan mereka di dalam gang. Shi Yun terpaksa mengembalikan Min Woo kepada Shin Hye. Dan saat di dalam perjalanan, Shi Yun mempertanyakan hal yang pernah ia tanyakan sebelumnya kepada Shin Hye. Yakni : maukah Shin Hye meninggalkan pekerjaannya untuk fokus mengasuh Min Woo.
Sekali lagi Shin Hye tidak dapat langsung menjawab. Ia membisu untuk beberapa jenak.
"An-de, Mma!" tiba-tiba jawab Min Woo.
"Apa yang jangan?" Shin Hye menatap mata buah hatinya yang lekat kepadanya.
"Tamtun, di-ni? Ellim?"
"O... Min Woo ingin mengambar lagi dengan Sajang-nim?" senyum Shin Hye paham dengan celoteh anak itu. Seketika ia tahu harus menjawab apa kepada Shi Yun.Tbc...
KAMU SEDANG MEMBACA
Angel Without Wing
FanfictionPerempuan dengan seorang balita laki-laki yang selalu dibawanya ke tempat kerja itu, sama sekali tidak menarik perhatian Chang Wook pada awalnya. Tapi entah kenapa, belakangan sosok itu begitu kuat menarik simpatinya. Padahal tidak ada sesuatu yang...