Chap 26

1.2K 133 16
                                    

"Aku rasa, aku tidak bisa berhenti bekerja dan hanya mengasuh Min Woo, Oppa. Mianhe!" jawab Shin Hye akhirnya.
"Wheo?"
"Tanpa bermaksud mengecilkan bantuan dari Oppa, bahwa untuk mendapat pekerjaan itu dulu setelah aku menemukan banyak kesulitan. Aku ditolak dimana-mana saat melamar kerja sambil membawa anak. Satu-satunya yang memberiku kesempatan kala itu adalah DWC. Meski pekerjaan yang diberikan padaku sebagai tukang cuci. Aku menerimanya karena aku harus hidup dan membesarkan Min Woo. Kala itu meski ada ijazah sarjana di tasku, aku tidak mengeluarkannya dan memperlihatkan kepada mereka. Yang penting mereka mau menerimaku. Sekarang posisiku lebih baik, setelah pergantian direktur dan sajang-nim rupanya sangat memperhatikan keselamatan setiap karyawannya. Bahkan aku pun ditawari posisi lebih tinggi lagi saat tim personalia mengetahui tentang pendidikanku. Tapi aku belum memikirkannya. Sebab tempatku sekarang terasa sangat nyaman. Mohon Oppa dapat memahami hal itu." jelas Shin Hye memaparkan keengganannya menerima tawaran Shi Yun.
"Tapi tidak sehat bagi perkembangan mental Min Woo jika kau selalu membawa-bawanya ke tempat kerja. Pergaulan dia bukan disana." sanggah Shi Yun.
"Benar, tapi itu tidak akan berjalan selamanya. Dan di kantor, aku berusaha untuk membuatnya seperti di rumah. Sajang-nim juga sengaja memindahkanku ke ruangan itu supaya Min Woo jauh dari hingar bingar kantor. Dan setiap weekend aku pun membawanya ke taman anak, supaya dia punya teman yang sebaya. Aku berusaha memenuhi hak-haknya, Oppa."
"Baiklah, aku tidak punya pilihan selain menyetujuimu, Shin Hye-ya. Walau kuberi ajhumma untuk mengasuhnya di rumah, Min Woo pasti tidak akan mau kau tinggalkan bekerja. Tapi mulai sekarang, setiap weekend aku akan datang ke rumahmu biar Min Woo kenal padaku. Dan sebaiknya kalian pindah ke apartemen!" pinta Min Woo.
"Tentang tempat tinggal aku tidak akan membangkang kepada Oppa. Hanya tempat itu harus memudahkan Komo yang fungsi penglihatannya sudah tidak normal lagi, Oppa!"
"Nde, aku tahu. Ya sudah, aku akan carikan apartemen yang banyak dihuni oleh lansia supaya Eommoni punya teman nanti."
"Dan mudah diakses oleh kondisinya."
"Iya, aku tahu."

Maka itulah kesepakatan yang tercapai. Shi Yun hanya akan mencarikan tempat tinggal, tidak bisa membuat Shin Hye berhenti dari pekerjaannya.
Mi Woo meski tampak menikmati berada di dalam kendaraan mewah ayahnya, tapi tetap tidak mau kenal kepada Shi Yun. Tetap tidak mau menjawab bila ditanya ayahnya itu. Rautnya pun tetap cemberut bila sekalinya mau menjawab.
"Chang Wook Samchun bilang, Min Woo suka menggambar sama Samchun. Gambar apa?" tanya Shi Yun.
Min Woo yang duduk sambil bersandar di dada Shin Hye, buang muka.
"Appa tanya Min Woo, gambar apa sama Sajang-nim?" Shin Hye menjadi penyambung seraya mengelus rambutnya.
"Olli."
Karena ibunya yang bertanya baru ia mau menjawab.
"Olli...? Apa itu olli?" ulang Shi Yun suka menggoda.
"OLLI..!!!" Min Woo berteriak gemas.
"Eish.. jangan teriak-teriak!" hardik Shin Hye meletakan telunjuk di atas bibirnya.
"Appa tidak tahu olli itu apa?" Shi Yun juga terus memaksa.
"Olli... iloghe..." dan meski kesal Min Woo juga tetap menjawab sambil kali itu tangannya bergerak diudara melukis sesuatu.
"Ah, Appa tidak mengerti gambar apa itu?"
"Min Woo membuat byori, Appa." Shin Hye menterjemahkan untuk Shi Yun, sebelum anaknya semakin kesal.
"Oh, byori! Sama Chang Wook Samchun, Min Woo gambar bintang?" tanya Shi Yun lagi. Min Woo cemberut. "Memang Min Woo bisa gambar bintang?"
"Ito..." jawab Min Woo dengan nada tinggi.
"Isho...? Wah... daebak! Keren jagoan Appa."
"Aniyo." tepis Min Woo.
"Aniyo, whe?"
"Iwo... Appa. Iwo..." lagi-lagi jawab Min Woo sambil teriak. Tapi bibir Shi Yun tersenyum lebar mendengar mulut kecil itu akhirnya menyebutnya Appa. Meski sambil marah-marah.
"Appa akan diam kalau gitu. Tidak akan tanya lagi." ujar Shi Yun.
"An-de." desis Min Woo yang justru memancing ayahnya untuk bertanya lagi.
"Andwe? Appa harus bertanya lagi kalau gitu?"
"Aniyo, an-de!" teriak Min Woo lagi menandaskan.
"Min Woo baru sembuh teriak-teriak terus, nanti sakit lagi deh." peringat Shin Hye.
"An-de, Mma! Aniyo." tepisnya cepat.
"Jangan teriak-teriak makanya." lanjut Shin Hye.
"O, itu mobil apa ya? Lihat, besar sekali." Shi Yun menunjuk keluar. Min Woo seketika mengangkat kepalanya yang bersandar di dada Shin Hye.
"Cha mwo, Mma?" tanyanya pula penasaran.
"Mobil servis bus. Nanti kalau ada bus yang mogok di tengah jalan, diangkut kesitu."
"Bus?"
"Iya, yang Min Woo suka naik kalau mau ikut Eomma ke kantor."
"Amutil?"
"Iya."
"Amutil eon-de, Mma?"
"Min Woo ingin ke kantor?"
"Ne, amutil alle, Eomma!"
"Besok, eoh? Asal Min Woo sudah betul-betul sehat. Eh, Min Woo sudah bisa panggil Eomma, tidak lagi... Mma." senyum Shin Hye.
"Bisa karena waktu bobo di rumah Appa, semalaman panggil-panggil Mma...Mma terus. Lama-lama jadi bisa sebut eomma ya?" tatap Shi Yun.
"Eomma." Min Woo mengulang kata yang baru bisa disebutnya dengan jelas. Shin Hye mengecup wajahnya gemas.

Bagaimana tidak merasa akan gila dijauhkan darinya. Min Woo sangat lucu dan menggemaskan. Jangankan menurutnya yang mengurusinya sejak bayi merah, orang yang baru melihatnya pun akan langsung suka padanya. Pada wajahnya yang tampan, sikapnya yang menggemaskan dan kecerdasannya yang mengagumkan. Shin Hye bahagia bisa memeluknya lagi.
🌲

Hari itu Min Woo digendong Shin Hye lagi ke kantor. Tampaknya dia malah akan bosan jika di rumah terus, karena dia sangat excaiting saat bangun pagi itu dan Shin Hye memandikannya. Terlebih waktu dia diajak naik bus. Wajahnya ceria dan mulutnya bernyanyi-nyanyi bahagia. Sampai di kantor ia mendapat sambutan dari Kim Kojang yang menyengaja datang ke ruangannya dan tentu saja Chang Wook. Kim Kojang tahu ia dirawat di RS dan belum sempat menengok, sudah bertemu lagi di kantor.
"Sudah sehat, syukurlah! Kojang Halabeoji tidak sempat menengok. Tapi senang melihat Min Woo sudah ngantor lagi." seloroh lelaki tua itu mengelus kepalanya.
Kim Kojang datang bersama Han Ajhumma dan teman-teman Shin Hye dari dapur. Mereka tahu cerita Min Woo yang dibawa paksa oleh ayahnya, yang sebelumnya tidak mengetahui dia telah memiliki anak. Kisah yang sangat dramatik. Dan mereka geleng kepala dibuatnya. Siapa nyana jika balita itu adalah chaebol.

Chef datang membawa pudding kesukaan Min Woo yang sengaja dibuatnya mendadak. Pudding jagung dan pepaya. Sung Min bahkan sengaja pula membawa balon. Ruang arsif itu jadi seperti kelas Taman Kanak-kanak. Penuh warna dan ramai pengunjung. Chang Wook melihat dari ruangannya tersenyum sambil geleng kepala.
"Tampaknya Shi Yun tidak berhasil menyuruhnya hengkang dari sini, Dong Hun-ah." komentarnya.
"Nn Park?"
"Nde. Shi Yun menyuruhnya untuk fokus saja mengasuh Min Woo." senyumnya lagi. Entah kenapa ia menyukai hal itu.
"Dan kau senang, Hyung?" tohok Dong Hun.
"Biasa saja. Aku hanya merasa tidak harus kehilangan karyawanku." elak Chang Wook.
Tapi Dong Hun melihat senyum Chang Wook seperti bila hatinya amat bahagia. Garis senyum pada matanya tampak dalam, menyatakan jika senyumnya itu ekspresi dari hatinya yang amat gembira.
"Kisah hidup Nn Park jika diangkat ke dalam film pasti box office. Kisah hidup Min Woo dari saat sekarang sampai nanti kembali ke pelukan ayahnya, persis dengan cerita putra mahkota yang hilang. 'Crown Prince Lost'-cerita rakyat Yordania." oceh Dong Hun theatrikal.
"Itu makanya, kalau terlalu banyak nonton drama tv. Hidupmu penuh dengan drama." ejek Chang Wook mencibir.
"Tapi dalam cerita rakyat Irlandia, ada juga kisah seorang raja jatuh cinta kepada tukang cuci istananya sendiri. Cerita itu tak kalah dramatik. Waktu kuliah dulu aku pernah ikut pementasan drama musikal tentang kisah itu. Tidak jadi rajanya, tapi jadi teman dekat tukang cuci itu. Peranku kurang lebih tukang kebun, Hyung." cerita Dong Hun lebih ngayal. Chang Wook terbahak mendengarnya. Tidak sadar tengah disindir.

Tbc...

Well, readers! Sdh m'dekati ending ni.
Unt chap berikut sth ini, klo tdk ada notifikasi pd wattys readers, arti'y author kunci.

Angel Without WingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang