Chang Wook menatap wajahnya dalam. Mencari garis yang mirip dengan Shi Yun. Ya, ada bagian-bagian yang mirip. Seperti pipi, dagu, hidung... senyumnya pun rasanya mirip. Tanpa sadar tangan Chang Wook membelai kepalanya. Jika dulu Shi Yun membuangnya sekarang pasti akan menyesal, tapi kalau tidak mengetahuinya pasti kaget dan kecewa tidak diberitahu sejak awal. Anak setampan dan secerdas ini.
"Tamtun, oli!" dia menunjuk hasil coretannya yang seperti benang terburai. Memegang ballpoint-nya saja salah.
"Iya. Bagus ya! Min Woo sudah bisa menggambar." puji Chang Wook haru dan rasanya tangannya ingin saja mengambil handpone untuk memberitahu Shi Yun. Dia tersenyum, lalu menunduk lagi. Chang Wook akhirnya meraih HPnya, namun hanya ia pakai untuk menjepret mengabadikan anak itu dari berbagai angle. Saat sedang tertawa lebar memperlihatkan giginya. Saat sedang serius menggambar. Dan saat memperlihatkan berbagai ekspresinya, nyengir, merengut atau datar. Bersamanya ia tampak betah.Konsentrasi keduanya buyar kala seseorang mendorong pintu dari luar. Dia adalah Dong Hun yang hendak melaporkan sesuatu kepada Chang Wook.
"Aigo... rupanya disini! Ibunya sedang sibuk mencari sambil hampir menangis, Hyung. Kau sengaja umpetin dia?" tanya Dong Hun.
"Enak saja umpetin. Dia tadi yang duluan nabrak aku. Dia sendirian tadi makanya aku ambil." Chang Wook kesal dituduh menyembunyikan.
"O, begitu. Sekretaris Cha, kasih tahu ibunya, Min Woo di ruangan sajang-nim. Suruh kesini!" perintah Dong Hun kepada sekretaris.
"Nde." sahut sekretaris Cha.
"Annyong... siapa ini? Lagi apa sama Sajang-nim?" Dong Hun menggodanya.
"Elliem.." Min Woo menjawab.
"O, sedang menggambar. Menggambar apa?"
"Oli..." lagi jawab Min Woo.
"Oli apa?" Dong Hun menatap Chang Wook.
"Yang ngerti bahasa dia hanya ibunya." tukas Chang Wook tidak mau pusing.
"Dasar ya, biar bagaimana juga anak ini keturunan chaebol. Tampang chaebol-nya tetap ada walau dipakein baju murah seperti ini. Harusnya Nn Park cepat menikah supaya anak ini terurus." oceh Dong Hun mengelus kepala Min Woo.
Chang Wook terdiam mendengar ocehan asistennya. Benar, kenapa Shin Hye tidak mencari suami saja? Dari pada harus banting tulang sendiri seperti itu.
"Mungkin pria akan berpikir untuk mau menikahi gadis yang sudah memiliki tanggungan seperti dia." seloroh Chang Wook.
"Iya, yang tidak tahu pasti berpikir Nn Park melahirkan diluar nikah. Menurutku dia itu malaikat tanpa sayap. Dia bisa meninggalkan komo-nya di panti jompo atau anak ini di panti asuhan dari pada harus banting tulang sendirian. Sebab mereka itu bukan saudara kandungnya. Tapi dia tidak melakukannya."
"Bagi seseorang yang tidak memiliki sanak saudara, memiliki saudara itu mimpinya. Jadi tidak masalah jika dia banting tulang menafkahi sebab disana kebahagiaan dan kepuasannya." sergah Chang Wook sok tahu.
"O ya, seperti itu, Hyung?"
"Keuroum. Tanya saja dia kalau kau tidak percaya."Pintu terdengar ada yang mengetuk, setelah Dong Hun berteriak mempersilakan pintu lalu terbuka. Sekretaris Cha mengantar Shin Hye.
"Nn Park sudah disini, Tuan."
"Masuk, Eonni!" perintah Dong Hun. "Lihat, anakmu sedang asik menggambar."
"Ah, terima kasih, Tuan! Saya meninggalkannya sebentar dia cepat sekali hilang dari pengawasan saya." ucap Shin Hye sambil segera memburu Min Woo.
"Sajang-nim yang menemukannya." beritahu Dong Hun.
"Gomasmidha, Sajang-nim!" Shin Hye membungkuk dalam pada Chang Wook.
"Kau memang meninggalkannya kemana, dia sampai lepas dari pengawasanmu?" tatap Chang Wook.
"Saya ke toilet sebentar, Sajang-nim. Kakinya masih terlihat berada di depan pintu. Tapi kejap berikut dia hilang, suaranya pun tidak terdengar lagi."
Chang Wook batal untuk mengomeli. Kebutuhan ke toilet itu sesuatu yang sangat manusiawi dan hak hidup setiap orang.
"Lain kali kalau seperti itu lagi, titipkan Min Woo pada sekretaris Cha. Berbahaya kalau terulang lagi." peringatnya.
"Nde, gomasmidha, Sajang-nim!" angguk Shin Hye. "Sayang, ayo kita pergi!" Shin Hye menghampiri buah hatinya.
"Mma... ellim oli!" dengan suka cita Min Woo menunjukan buah karyanya.
"Iya, bagus ya! Kita pindah ke tempat Min Woo saja menggambarnya yu!" Shin Hye mengambil ballpoint dari tangan Min Woo.
"An-de, Mma! Ighoyo..." anak itu menolak menyerahkan ballpoint yang direbut ibunya.
"Bawa saja dengan bukunya semua. Tidak usah dikembalikan." ujar Chang Wook menyaksikan hal itu.
"Nde, gomasmidha. Ayo kita pindah menggambarnya!" Shin Hye segera mengangkat tubuh Min Woo, kemudian buku dan ballpoint yang dipakai Min Woo menggambar dibawanya serta. "Min Woo bilang apa pada Sajang-nim?" tanyanya.
"Amida.. a-nim!" seru Min Woo yang sudah berada dalam gendongan ibunya.
"Iya, tidak boleh pergi-pergi lagi sendiri ya!" senyum Chang Wook.
"Baik, Sajang-nim! Kamsahamnidha." Shin Hye mancontoi anaknya. "Sekali lagi terima kasih banyak, Sajang-nim. Mohon maaf jadi merepotkan." Shin Hye membungkuk berkali-kali baru ia melangkah meninggalkan ruangan itu."Apa Hyung tidak penasaran mengenai hubungan dia dengan pewaris BM?" tanya Dong Hun setelah Shin Hye menutup pintu dari luar.
"Kau tidak punya inisiatif mencaritahunya? Biasanya kau akan melakukan meski tak kusuruh."
"Geurae. Akan kulakukan kalau kau sudah merestui. Aku sangat khawatir untuk melakukan penyelidikan sendiri tanpa ada dukungan seseorang." senyum Dong Hun.
"Cukup cari tahu hubungan antara mendiang ibu kandung anak itu dengan pewaris BM! Apa mereka menikah? Atau kakak sepupu Nn Park itu korban?"
"Nde."
"Dan kau lakukan itu diluar jam kerjamu. Artinya penyelidikanmu itu tidak boleh sampai mengganggu pekerjaan."
"Oke, bos!" angguk Dong Hun menyanggupi.Malam itu di dalam kamarnya Chang Wook tengah mengamati foto Min Woo di dalam ponsel, ketika benda itu berbunyi. Nama Shi Yun tampil sebagai id call.
"Shi Yun-ah! Yobseyo." ia segera menyahutinya.
"Nde, Chang Wook-ah. Aku tahu aku mengganggumu."
"Aniya amuthu. Aku sedang santai. Whe geudaeyo?"
"Kau tahu, sekarang Abeoji menyuruhku untuk segera ambil bagian di perusahaan. Tapi aku tidak seberani dirimu."
"Geuraeyo-ga?"
"Nde, aku perlu belajar dulu. Sebagai permulaan besok aku harus menggantikan wakil direktur bertemu denganmu serta jajaranmu untuk re-negosiasi kontrak kerja kita yang sudah berjalan bertahun-tahun itu."
"Iya, benar. Baguslah kalau kau yang akan datang. Aku akan menerima kalian dengan kedua belah tangan terbuka."
"Kau tidak akan pergi bukan?"
"Aku pasti menunggumu."
"Kau perlu menjelaskan secara detil padaku, sebab aku belum paham."
Chang Wook tersenyum. "Aku tunggu kau besok, Shi Yun-ah."
"Nde, gomowo."
Pembicaraan lalu terputus.Chang Wook menatap lagi foto Min Woo. Apa besok saja ia menceritakan soal anak itu kepada Shi Yun? Aniya. Bukan ide bagus. Sebaiknya tunggu penyelidikan Dong Hun tahap kedua saja, supaya tidak salah bertindak.
🌲Tim re-negosiasi BM datang sekitar pukul 10 pagi. Mereka diterima baik oleh tim DWC termasuk Chang Wook sendiri turut hadir. Masalah kelanjutan kerjasama 2 perusahaan ini penting untuk ia ketahui tentunya sebagai pemimpin. Pembahasan berlangsung hingga sore hari. Terpotong oleh makan siang. Shi Yun bersama timnya turut menikmati makan siang yang disediakan tim dapur DWC. Sambil menunggu rapat dilanjutkan Shi Yun diterima Chang Wook di ruangannya secara pribadi. Dan ia tertegun saat sedang berjalan di koridor menuju ruang direktur, ia berpapasan dengan seorang karyawati yang menggendong anak balita. Awalnya ia akan mengabaikan, tapi saat mengenali wajahnya ia menghentikan langkah. Begitu pula karyawati itu. Melihat bayangan direktur DWC berjalan bersama tamu pentingnya, ia jalan melipir tanpa berani mengangkat wajah. Bahkan ia menghentikan langkah kala mereka berpapasan memberikan prioritas kepada orang-orang penting itu. Tapi persis saat Chang Wook dan Shi Yun hendak berbelok, Shin Hye dikejutkan oleh sebuah panggilan.
"Shin Hye? Park Shin Hye?" Shi Yun menyebut namanya.
Bukan saja Shin Hye yang mengangkat wajah menatap orang yang memanggilnya, Chang Wook pun yang awalnya tidak memperhatikan, turut menoleh wajah tamunya. Lalu menatap pula pada orang yang dikenali Shi Yun tersebut.
"Oppa..." Shin Hye malah amat sangat terkejut.Tbc...
![](https://img.wattpad.com/cover/127393943-288-k752620.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Angel Without Wing
FanfictionPerempuan dengan seorang balita laki-laki yang selalu dibawanya ke tempat kerja itu, sama sekali tidak menarik perhatian Chang Wook pada awalnya. Tapi entah kenapa, belakangan sosok itu begitu kuat menarik simpatinya. Padahal tidak ada sesuatu yang...