"Silakan dipikirkan, Anak muda! Aku pergi." melihatnya diam kepala bagian rumah tangga segera berdiri lantas melangkah tanpa memberi hormat sebagai tatakrama kepada atasan. Tadi kala datang ia masih anggap Chang Wook atasannya, tapi sekarang ia melihat direktur muda itu sebagai anak muda yang belum mendapat banyak pengalaman hidup.
Di pintu ia berpapasan dengan Dong Hun yang akan memasuki ruangan. Dong Hun langsung mengangkuk memberi hormat sambil memberinya jalan. Ia hanya menoleh sekilas lantas berjalan lurus meninggalkan tempat itu. Dong Hun yang tadi sempat menguping di balik pintu segera menghampiri bos-nya.
"Whe geudaeyo, Hyung? Dia kudengar marah karena membela tukang cuci itu?" tanyanya penasaran. Berani benar memarahi bos demi membela bawahan. Yang salah juga anak buahnya.
"Nde. Dan dia akan menentangku dengan tetap membiarkan tukang cuci itu berada di dapur bersama anaknya." tukas Chang Wook lesu.
"Aigo... daebak! Posisinya kepala bagian saja sudah berani seperti itu, bagaimana jika dia kepala departemen." Dong Hun geleng-geleng. "Kau terlalu longgar padanya, Hyung. Harusnya kau langsung turunkan dia dari jabatannya tidak perlu menunggu hingga akhir tahun."
"Dia punya hutang yang harus dia bayar dari tunjangan jabatannya di akhir tahun, Dong Hun-ah."
"Ah, benar. Itu dia masalahnya. Sepertinya dia marah karena masalah kemarin, Hyung."
"Iya, itu juga yang kupikirkan. Dong Hun-ah, coba kau periksa latar belakang tukang cuci itu. Melihat kepala bagian marah untuk membelanya, kenapa aku jadi curiga terhadap mereka berdua." lirik Chang Wook.
"Persis begitu yang terpikir olehku tadi, Hyung. Nn Park tidak menikah tapi memiliki anak, apa ini ada hubungannya dengan Kim Kojang." angguk Dong Hun. "Apa anak itu sebetulnya anak Kim Kojang hasil hubungan gelap?" bisik Dong Hun sambil lirik kiri kanan. "Sebab untuk seorang tukang cuci, dia itu sangat cantik bukan?"
"Cari tahu selengkap mungkin sedetil mungkin, Dong Hun-ah. Jika perlu pergi juga ke tempat tinggalnya. Tanya tetangganya tentang dia." Chang Wook jadi gerah. Kalau yang dicurigai Dong Hun benar, ia tidak akan menunggu akhir tahun untuk mengusir mereka berdua dari kantornya.
🌲Shin Hye tersenyum mendengar kabar yang disampaikan atasannya, adalah dia tidak jadi dipecat. Karena atas bujukan Kim Kojang kepada direktur. Ia sampai memeluk dan menciumi Min Woo yang sedang tidur di dalam box. Anak itu bahkan tidak makan dan nyusu dengan baik sejak dirinya dipanggil direktur kemarin. Seperti yang paham saja. Mungkin feeling. Semua orang di dapur turut senang mendengar hal itu. Dan sebagai ungkapan rasa syukurnya ia bekerja dengan sangat giat.
Saat pulang di dalam bus Shin Hye banyak bicara dengan Min Woo yang tidak tidur. Ia senang bila sudah diajak bicara seperti itu. Ditujukan lampu yang kerlap-kerlip, lampu lalu lintas yang warna warni.
"Kalau merah apa artinya ayo? Eomma sudah pernah kasih tahu Min Woo." tanya Shin Hye.
"Top." jawabnya dari dalam gendongan ibunya.
"Pintar, kalau hijau?"
"Tobal..." jawabnya lagi.
"Kalau kuning?"
"Aman..."
"E, pintarnya jagoan Eomma! Sudah tahu lampu lalu lintas." Shin Hye mencium pipi buah hatinya.
"Mma... oli!" telunjuk kecilnya menunjuk ke lampu taman yang berbentuk bintang.
"O iya... byeori!" Shin Hye tersenyum. "Min Woo harus cepat bobo sekarang ya. Eomma mau buat kimchi untuk Kojang Halabeoji. Kita harus berterima kasih pada Kojang Halabeoji." ceracau Shin Hye sambil membelai kepala Min Woo.
"Odang Alaoji." sahut Min Woo.
"Iya. Halabeoji sangat baik pada kita, jadi kita harus berterima kasih."
"Amida..."
"Kamshahamnidha.."
Mereka berdua terus mengobrol sampai bus berhenti di pemberhentian yang mereka tuju. Lantas Shin Hye turun dengan bawaannya yang repot. Tapi hatinya bahagia.
🌲Chang Wook jadi tidak berhenti memikirkan kepala bagian rumah tangga dan stafnya, tukang cuci. Jika dipikir-pikir benar apa yang dikatakan Dong Hun. Bisa jadi memang seperti itu. Tukang cuci cantik itu berhubungan gelap dengan kepala bagian hingga memiliki anak. Lalu untuk turut menyayangi anak itu si pencuci sengaja membawa anaknya ke kantor supaya bisa bertemu setiap hari dengan ayahnya itu. Cara menyembunyikan yang cukup cerdik dan cantik. Dengan demikian siapa yang akan menduga bayi itu anak kepala bagian rumah tangga. Tapi lelaki itu bisa tetap menyayanginya tanpa dicurigai. Yang bodoh tukang cuci itu. Mau-maunya diperlakukan hina sedemikian rupa. Tapi orang miskin memang mudah dibodohi. Dengan dalih bekerja, walau sebagai tukang cuci mereka dapat saling bertemu setiap hari. Makanya semua staf rumah tangga kompak men-skip keadaan itu, dan mereka lolos dari pelarangan. Tapi semua itu tidak akan Chang Wook biarkan lama-lama. Ia tetap akan bertindak tegas walau harus memecat kepala bagian songong itu.
Tapi sebentar, ia tidak boleh bertindak gegabah berdasarkan asumsi saja. Ia harus memiliki bukti valid, bahwa memang ada sekandal di bagian rumah tangga antara kepala bagian dengan bawahannya. Tapi tiba-tiba terngiang ucapan kepala rumah tangga padanya :
Lihatlah semua pekerja level bawah lebih dalam, Sajang-nim! Supaya Anda tidak arogan memimpin perusahaan ini.
Chang Wook merebahkan tubuhnya ke sandaran kursi. Ia benar-benar tidak akan mengampuni mereka berdua jika dugaannya tepat. Bila dilihat-lihat wanita muda itu memiliki paras yang cantik walau hidupnya malang. Dia memiliki mata yang indah dan bibir menggoda. Mustahil kepala bagian tidak menyukainya. Chang Wook jadi penasaran untuk melihat bagaimana dia bekerja sambil mengasuh anak. Untuk melindunginya kepala bagian rumah tangga mengatakan dia tetap bisa bekerja dengan baik. Chang Wook tiba-tiba bangkit dari duduknya.
Tapi saat membuka pintu ia berpapasan dengan Dong Hun yang akan memasuki ruangannya.
"Eodigayo, Sajang-nim?" tanya Dong Hun mundur.
"Mau keluar sebentar. Apa kau mau melapor tentang hasil penyelidikanmu, Hun-ah?" Chang Wook penuh harap.
"Aigo... sudah kuduga, kau begitu tidak sabar. Tapi sayangnya belum." tukas Dong Hun seraya melangkah masuk melihat Chang Wook berbalik lagi ke ruangannya.
"Apa begitu sulit menyelidiki tukang cuci saja, Hun-ah. Hingga harus lama?" Chang Wook duduk di sofa.
"Sabar dulu, Sajang-nim. Banyak hal menarik tentang dia ternyata. Dan aku tidak akan menceritakannya dulu kepadamu, Hyung. Nanti saja setelah lengkap. O ya, aku ingin memperlihatkan ini pada Hyung. Silakan dipelajari lagi barangkali aku salah." Dong Hun memberikan sebuah draf. Chang Wook tanpa suara menerimanya.Karena Dong Hun tengah dalam tugasnya melakukan penyelidikan diam-diam, Chang Wook turun dari ruangannya sendiri. Kantor seperti biasa sudah sepi kala ia melangkah pulang. Dan biasanya dirinya hampir berbarengan dengan tukang cuci itu bila meninggalkan kantor. Sekarang pun pasti dia masih ada sebab Chang Wook pulang lebih cepat dari biasanya. Ke pantry ia mengayunkan langkah.
Dapur sudah sepi, lampunya sudah dimatikan. Hanya lampu pantry yang masih menyala. Chang Wook melangkah mendekatinya, tapi langkahnya tertahan di balik pintu saat telinganya menangkap suara anak kecil dan ibunya mengobrol disuasana yang senyap.
"Ayo berhitung lagi, hana... du..."
"Ana... du... te..." suaranya lucu meniru ibunya.
"Ne... daseos... yeoseos..."
"Ne... tatus... yotus... i'ob... odol.."
"Yeolhan... yeoldu..."
Suaranya bersahutan dengan ibunya. Chang Wook melongokan wajah. Ingin jelas dengan yang sedang mereka kerjakan. Rupanya sedang melipat tissue. Memasukan tissue yang sudah dilipat ke dalam wadah, lalu wadah yang sudah penuh terisi yang mereka hitung.
"Olte... Mma." beritahu Min Woo menatap wajah ibunya.
"Iya, sudah 13. Berarti satu lagi. Lalu kita pulang."
"Ibe ata... Mma!" mendengar kata pulang dia jadi merengek minta pulang cepat.
"Iya, Eomma bilang juga kita akan cepat pulang."
"Allio..." dia mulai rewel. Nampaknya sangat mengantuk dan dingin.
"Satu lagi kok. Tunggu sebentar ya!"
"Alli... Mma!" Dia mulai menarik baju ibunya.
"Min Woo, Eomma gendong ya! Biar kita selesaikan dulu pekerjaannya. Aigo... beratnya anak Eomma. Makannya pinter sih. Selalu habis." ceracau Shin Hye seraya mengakat tubuh mungilnya. Min Woo tampak menguap. Lalu sambil menggendong buah hatinya, dia menyelesaikan pekerjaannya yang hampir selesai.
Chang Wook dibalik pintu menghela napas. Kepalanya menunduk menatap lantai, lalu mengintip lagi perjuangan ibu muda itu yang membuat dadanya tiba-tiba pepat.Tbc...
KAMU SEDANG MEMBACA
Angel Without Wing
FanfictionPerempuan dengan seorang balita laki-laki yang selalu dibawanya ke tempat kerja itu, sama sekali tidak menarik perhatian Chang Wook pada awalnya. Tapi entah kenapa, belakangan sosok itu begitu kuat menarik simpatinya. Padahal tidak ada sesuatu yang...