Chap 29

1.2K 138 9
                                    

"Mworaguyo, Oppa?" tak terkira Shin Hye kaget meski telah menduganya.
"Chang Wook mengaku padaku, dia jatuh cinta padamu." tegas Shi Yun.
"Maldoandwe!" tepisnya.
"Kenapa tidak? Dia terpesona olehmu karena ketulusanmu mengasuh Min Woo."
"Tentu saja aku akan mengasuh bayi yang ditinggalkan ayah dan ibunya. Dan aku akan berjuang keras untuk menghidupinya."
"Ketulusan itu yang telah Chang Wook lihat padamu. Baginya kau seperti malaikat tanpa sayap, meski bagiku pun sama. Seperti yang tadi kau katakan, Tuhan itu maha segala. Ketika kau telah berkorban tanpa pamrih, tanpa berharap apa pun dan pada siapa pun, maka Tuhanlah yang membalas semua kebaikanmu. Dengan balasan yang jauh lebih besar dan lebih indah. Ayah dan ibu Chang Wook tidak seperti orang tuaku. Ayah dan ibu Chang Wook, orang tua bijak yang melihat orang dengan kebeningan hatinya. Bukan dengan keserakahan. Dan aku mendukung keinginan Chang Wook, Shin Hye-ya."
"Stop, Oppa! Jangan katakan lagi apa pun. Kalau pun apa yang Oppa katakan betul, aku tetap tidak percaya. Sampai aku mendengar ungkapan itu keluar dari bibir yang bersangkutan langsung. Kau tidak harus mempromosikan Sajang-nim padaku."
"Aku tidak mempromosikannya. Chang Wook sudah cukup menggiurkan para gadis tanpa harus kupromosikan. Gadis normal maksudku. Kecuali gadis tidak normal, bisa jadi menolaknya." sindir Shi Yun diakhir kalimatnya.

Tapi Shin Hye tidak tersindir, sebab di relung hatinya yang paling dalam, ia pun tidak bisa menolaknya. Menolak pesona seorang Ji Chang Wook. Yang benar saja? Tapi pengalaman Min Young tentu tidak boleh dikesampingkan, betapa pun Shi Yun pun dengan sangat tulus mencintainya. Selalu ada jurang pemisah antara kaumnya dengan kaum para chaebol yang tidak mudah dijembatani, sebab ini kehidupan nyata bukan kisah Cinderella. Meski juga tetap ada kehidupan nyata serupa kisah dongeng 1001 malam.
🌲

Setelah mendengar dari Shi Yun tentang Chang Wook yang diam-diam menaruh hati padanya, Shin Hye menjadi tidak mau bertemu dengan Chang Wook. Bukan karena apa, tapi karena malu. Dirinya merasa sangat tidak layak dan ngelunjak. Sungguh tidak tahu terima kasih, setelah sang direktur berbaik hati kepadanya, ia harus pula menerima ungkapan sayangnya. Setelah diberi hati minta jantung namanya. Maka Shin Hye bahkan enggan untuk gentayangan di koridor khawatir bertemu Chang Wook dengan tidak sengaja.

Min Woo sudah mulai meninggalkan mainannya sebab lebih suka menggambar sekarang. Shi Yun membelikannya buku gambar dan pensil warna. Ia mengorat-oret kertas putih polos di depannya dengan pensil warna. Karena Shin Hye tidak mengajarinya seperti Chang Wook, ia berinisiatif mendatangi sendiri ruangan Samchun agar mengajarinya menggambar. Shin Hye tengah menyusun dokumen di rak arsif kala Min Woo melangkah meninggalkan lantai sambil membawa buku gambarnya. Ia menuju ruangan direktur. Chang Wook yang tengah menugaskan sesuatu kepada Dong Hun memicingkan mata melihat anak itu sedang menuju kearahnya.
"Dong Hun-ah, kau lihat itu! Min Woo kayaknya akan kesini." ucapnya seperti akan didatangi orang penting saja. Excaiting.
Dong Hun langsung menoleh ke pintu yang terbuka.
"Aigo... benar. Dia minta diajari menggambar lagi kayaknya, Hyung. Tangannya seperti memegang buku gambar." senyum Dong Hun.
"Iya, mungkin dibelikan ibunya. Ah, aku suka anak itu."
Sementara Min Woo sudah akan sampai di pintu, sekretaris Chang Wook segera mencegatnya. Ia kaget Min Woo keluyuran sendiri.
"Sayang, mana Eomma?" tanyanya.
"Tamtun, di-ni?" Min Woo malah balik tanya.
"Biarkan saja masuk, Sekretaris Cha. Dia mau kursus gambar." teriak Dong Hun.
"Oh, nde."
"Tamtun..." teriak Min Woo kepada Chang Wook.
"Aigo... anak manis! Masuk, Sayang!" sambut Chang Wook.
"Ellim, olli do, Tamtun." Min Woo mengacungkan buku gambarnya sambil melangkah ke dalam.
"Oke, sini!" Chang Wook keluar dari kursinya, lalu membimbing Min Woo ke sofa.
"Setengah jam lagi rapatnya dimulai, Sajang-nim! Kau malah akan menjadi guru gambar play grup." usik Dong Hun geleng kepala.
"Suruh mereka menungguku 15 menit lagi." perintah Chang Wook tidak mau diganggu. Ia mulai mendudukan Min Woo disofa, akan mulai mengajari.
"Aigo.. sudah punya buku gambar Min Woo sekarang. Siapa yang beli? Eomma?" tanyanya saat Min Woo memberikan buku gambarnya.
"Appa." jawab Min Woo sambil bersiap untuk diajari. Matanya hanya menatap pada buku gambar di tangan Chang Wook.
"O, Appa! Kita buka bukunya, mulai membuat garis melengkung diatas, garis melengkung dibawah..." Chang Wook mulai membuat oretan pada lembaran kosong.
"Thookie..." teriak Min Woo menebak gambar yang tengah dibuat Chang Wook.
"Majayo. Anak pintar...! Coba Min Woo yang buat sekarang."
Chang Wook menuntun tangan Min Woo membuat apa yang digambarnya. "Iroghe..." ucapnya.
"Iloge..." dia pun membeo.
"Iroghe..."
"Iloge..." mulutnya membeo lagi.
"Tarik kesini... ini ekornya... ini matanya.... gambar apa ini?"
"Mulgogi." teriaknya.
"Iya. Coba Min Woo gambar sendiri!" Chang Wook melepaskan tangannya membiarkan balita itu melakukannya sendiri.
Min Woo kemudian mangorat-oret sendiri sekehendak hatinya.
"Sudah tiba saatnya rapat, Sajang-nim!" beritahu Dong Hun.
"Kau duluan pergi!"
"Tamtun, ighoyo..." Min Woo memanggilnya, meminta Chang Wook menuntunnya lagi membuat gambar. Sebab jika tangannya sendiri yang membuat, gambarnya tidak berbentuk.

Alhasil Chang Wook kembali duduk membuat gambar mengajari Min Woo. Waktu yang ia bilang 15 menit, sudah lebih sejak tadi.
"Ighoyo, cha..." soraknya saat Chang Wook menggambar mobil. "Othin, Tamtun!" pujinya dengan mata berbinar dan wajahnya sangat bahagia. Chang Wook jadi semakin suka tetap bersamanya. Dong Hun sudah meninggalkannya, ia tidak peduli. Biar anak buahnya itu yang mengurus rapat.
Di ruang arsif, sekali lagi Shin Hye kehilangan Min Woo seperti ketika ia tinggalkan ke toilet.
"Astaga, kenapa aku tidak menyadari dia pergi? Kau benar tidak melihatnya, In Jung-ah?"
"Aku baru saja datang, kukira Eonni juga tidak ada di ruangan ini."
"Tolong bantu aku, eoh! Cari dia... aku akan melihatnya ke ruang direktur. Sekali dia pernah ke sana, mungkin sekarang kesana lagi." pinta Shin Hye sudah langsung curiga.
"Nde." angguk In Jung.
Shin Hye sudah langsung melesat pergi.

Dan memang benar, Min Woo ada di ruang direktur kala ia bertanya kepada sekretaris Cha.
"Min Woo ada di dalam. Masuk saja! Saya harus pergi ke meeting room." perintahnya seperti terburu-buru untuk pergi.
"Nde, kamsahamnidha, Kyongri-nim!" angguk Shin Hye.
Sebelum mengetuk pintu ia menghela napas dalam. Entah kenapa dadanya jadi berdebar tak tentu. Ini bukan pertama kali dirinya memasuki ruang direktur, tapi kali ini ada debar aneh yang tak jelas maknanya, sejak Shi Yun mengatakan Chang Wook menaruh hati kepadanya.
Shin Hye mengusap dada menenangkan hatinya, baru jarinya mengetuk pintu.
"Masuk!" teriak dari dalam, suara Chang Wook.
Shin Hye kemudian mendorong pintu pelahan. Tampak Min Woo tengah tengkurep di sofa melihat Chang Wook yang membuat gambar di depannya. Chang Wook sendiri menekuk lutut di lantai untuk mensejajarkan tubuh dengan bocah lucu itu.
"Permisi, Sajang-nim!" Shin Hye bersuara.
Begitu asiknya menggambar keduanya tidak peduli kepada yang datang.
"Eomma... ellim Tamtun!" mendengar suara ibunya Min Woo baru menoleh dan seketika bangkit sambil menunjuk gambar yang sedang dibuat Chang Wook.
"Eoh, Shin Hye-ssi!" toleh Chang Wook pula lalu menyelesaikan gambarnya. "Nah, sudah selesai gambar kereta apinya." serunya.
"Do.. do.. Tamtun!" pinta Min Woo lagi.
"Sama Eomma gambarnya sekarang, Sayang ya! Min Woo jangan selalu ganggu Sajang-nim. Maaf, Sajang-nim!"
Mendengar Min Woo ingin dibuatkan gambar lagi, Shin Hye segera memburu buah hatinya lalu dibereskan buku gambarnya.
"Samchun rapat dulu sekarang. Min Woo gambarnya sama Eomma dulu. Besok kita menggambar lagi ya!" jelas Chang Wook pula seraya mengambil jas lalu mengenakannya.
"Tamtun di?" tanya Min Woo menatapnya seperti hendak pergi.
"Rapat, Sayang. Ayo, Min Woo ikut Eomma." Shin Hye segera menggendongnya. "Sajang-nim, tolong jangan membuat janji lagi dengannya, dia mencari sendiri saat saya tidak menepatinya." pinta Shin Hye.
"Biar, dia tidak minta yang aneh-aneh kok, hanya menggambar." senyum Chang Wook santai.

Tbc...

Akhir'y readers, selesai PR menumpuk author...
Alhamdulillah, dlm mobilitas author yg cukup tinggi kmrin, Alloh SWT tetap m'beri author kesehatan sehingga semuanya selesai sesuai rencana.

And now... time to writes more ff!

Angel Without WingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang