Melihat ibunya berbaring Min Woo mengambil botol susunya lagi lalu mengikuti Shin Hye berbaring di sebelahnya sambil menyedot botol susunya. Shin Hye mengelus rambutnya sambil benaknya memikirkan Shi Yun. Siapa yang akan ditemuinya itu? Dan apa yang akan dilakukannya? Apa Ju Won? Apa kabarnya mantan kekasihnya itu? Shin Hye kehilangannya sejak Min Woo lahir. Jika saja Ju Won masih bersamanya pasti dia pun akan menyayangi Min Woo. Tapi tepat langkah yang diambilnya, sebab jika tetap bersamanya Ju Won tidak akan tega terhadap Min Woo sekaligus tidak akan bisa melawan kedua orang tua Shi Yun yang notabene majikan ayahnya. Jika tetap bersamanya Ju Won ada pada posisi yang sulit.
Di kantor DWC Chang Wook jadi tidak habis memikirkan Shin Hye yang tumben bolos bekerja. Sebab menurut laporan dari tim dapur, selama di dapur Shin Hye rajin hadir kecuali anaknya sakit. Ketidakhadirannya kali ini pasti ada hubungannya dengan Shi Yun. Mungkin Shi Yun menemuinya dan terjadi sesuatu diantara mereka sehingga Shin Hye tidak pergi bekerja.
"Menurut orang dapur, ada seorang pria tampan dan bertampang chaebol membawa Nn Park ke dalam mobil mewahnya saat turun dari bus tadi." jelas Dong Hun yang pergi ke dapur untuk bertanya langsung.
"Ah, pasti Shi Yun." ucap Chang Wook.
"Shi Yun? Pewaris BM itu? Ayah biologis anak adopsi Nn Park?" kernyit Dong Hun.
"Iya. Tanpa sengaja mereka bertemu disini kemarin. Shi Yun memang sedang mencari-carinya. Mencari-cari ibu kandung anak adopsi Nn Park tepatnya."
"Aigo... Hyung! Kau pula penyebab pertemuan mereka. Kau pasti bagai pahlawan bagi Tn Yun Shi Yun. Disaat dia sangat kebingungan mencari-cari orang."
"Dong Hun-ah, apa kau sudah mencari tempat yang tepat untuk posisi Nn. Park?"
"Kita belum tahu disiplin ilmu dia saat di perguruan tinggi itu apa, Hyung. Jadi personalia belum memutuskan."
"Dimana saja yang penting sesuai dengan kualifikasinya." Chang Wook tidak sabar.
"Ya sudah, nanti kalau Nn Park sudah masuk kita putuskan." tukas Dong Hun.
Entah kenapa Chang Wook jadi begitu mengkhawatirkan Shin Hye. Ia tidak merasa tenang Shi Yun akhirnya menemukan Shin Hye.
🌲Hari itu Chang Wook merasa lega melihat Shin Hye keluar dari lift menggendong Min Woo seperti biasa. Jadi kemarin mereka habis melakukan apa? Apa Shi Yun sekarang tahu bahwa istri yang dinikahi tanpa restu orang tuanya itu telah tiada? Fakta yang teramat menyakitkan. Rasanya ingin saja kakinya melangkah ke ruang arsif guna bertanya kepada Shin Hye apa yang mereka lakukan kemarin. Tapi menyadari dirinya yang tidak akrab dengan Shin Hye, membuat Chang Wook hanya memandangi pintu ruang arsif. Andai saja Min Woo kembali berlari-lari sendiri di koridor, ia akan menangkapnya lagi supaya punya alasan untuk mendekati ibunya dan bertanya apa yang terjadi kemarin? Tapi itu tidak terjadi, Min Woo tampak tenang di tempatnya bermain di kaki tempat tidurnya dilantai yang dialasi karpet.
Hari itu semuanya berjalan seperti biasa. Shin Hye dan Min Woo tenang seperti tidak terjadi apa-apa. Chang Wook meski sangat penasaran juga hanya memendamnya dalam hati.
Mengenai pemindahan posisi Shin Hye juga masih dalam tahap pembicaraan oleh tim personalia. Shin Hye dipanggil untuk diminta keterangan juga diminta beberapa persyaratan yang dibutuhkan. Tapi sayangnya, untuk saat ini Shin Hye belum bisa memenuhi persyaratan yang diminta.
"Apa alasannya?" tanya Chang Wook kepada kepala personalia.
"Nn Park mengatakan berkas-berkasnya belum siap, harus dicari dulu, Sajang-nim. Jadi sementara belum bisa dipindahkan." lapor kepala personalia.
"Ah, dasar. Memang dimana semua itu ia simpan?" dumel Chang Wook. "Ya sudah, tak apa kalau memang begitu."Akhirnya Shin Hye tetap di posisinya sekarang. Tapi ya sudah, mungkin ia lebih nyaman disana. Chang Wook tidak mau terlalu pusing.
Hari itu ia kedatangan si cantik Im Yoo Na, membuatnya tidak bisa meninggalkan ruangannya.
"Aigo... kantormu, Sajang-nim, keren sekali!" pujinya memutar pandangan.
"Kau ini tidak ada kerjaan di kantormu, Yoo Na-ya? Bisa jalan-jalan diluar jam kerja." sindir Chang Wook.
"Oppa... kau ini galak sekali! Tidak suka aku temui?" Yoo Na menjawab kesal.
"Bukan tidak suka, kemarin kau bilang sibuk. Makanya aku tanya." Chang Wook kaget sendiri. Bukan maksudnya untuk menyinggung perasaan tamunya walau juga tidak terlalu suka jam kerjanya terganggu oleh kehadirannya.
"Kau mau minum apa? Biar sekretarisku ambilkan!" tawarnya kemudian.
"Apa pun asal yang hangat. Diluar dingin sekali."
"Kopi?"
"Coklat saja, Oppa."
"Nde." Chang Wook meneriaki sekretarisnya.Mereka tengah asik mengobrol berdua ketika terjadi kegaduhan di ruang arsif.
"Jebal, Oppa! Ini maksudnya apa? Aku tidak paham." Shin Hye menatap Shi Yun dan seorang ajhumma yang bersiap membawa Min Woo.
"Ini berkas pembatalan adopsi yang kau ajukan. Aku akan membawa Min Woo sekarang. Ambil, Ajhumma!" perintah Shi Yun membuat Shin Hye kelabakan, antara mempertahankan Min Woo yang akan diambil paksa oleh ajhumma dan beradu argumen dengan Shi Yun.
"Oppa... ini tidak benar! Bukan begini caranya. Kita bisa duduk untuk membicarakannya." pinta Shin Hye.
"Kau tahu kenapa aku tidak ingin membicarakan secara baik-baik denganmu? Karena aku kecewa padamu. Kau melarang Ju Won yang ingin mengabarkan kehamilan Min Young padaku, kau juga melarang Ju Won untuk memberitahuku ketika dia lahir. Ini jelas tidak bisa kumaafkan. Dan sikap sok tahumu itu membuatku tidak ingin membicarakan hal apa pun lagi denganmu secara baik-baik." berondong Shi Yun membuat Shin Hye tak mampu berkata apa pun selain seruan ini..
"Oppa..."
"Sekarang jangan halangi aku untuk membawa anakku. Ajhumma ambil dia!" perintah Shi Yun lagi kepada wanita yang dibawanya.
Wanita itu hendak mengambil Min Woo tapi lekas Shin Hye menghadangnya.
"Aniya. Andwe, Oppa! Kau tidak bisa seenaknya begini mengambil Min Woo." larangnya.
"Kenapa tidak? Dia anakku. Darah dagingku."
"Aku sudah mengadopsinya."
"Aku sekarang membawa surat pembatalan adopsi yang sudah ditandatangani pengadilan."
"Aniya. Andwe!"
"Ambil saja, Ajhumma!" teriak Shi Yun melihat ajhumma ragu-ragu membawa Min Woo yang juga menolaknya.
"Oppa, jebal! Jangan lakukan!" Shin Hye berusaha melindungi Min Woo yang kini menangis sambil mengapai-gapainya.
"Mma... mma... an-de! Mma..." teriaknya.
"Ajhumma, antellyo?" bentak Shi Yun pula kepada ajhumma yang tidak berani mengambil Min Woo.
"Ilo... Mma, iloyo.." tolak Min Woo menepis dengan tangannya ajhumma yang akan berusaha mengambilnya.Persis tengah terjadi kegaduhan itu Chang Wook dan Yoo Na menghampiri. Diikuti Dong Hun yang juga sama kaget.
"Ada apa ini?" teriak Chang Wook melerai. Lalu ditatapnya semua orang yang ada disana.
"Shi Yun-ah, kau...?" Ia kaget melihat Shi Yun berada disana.
"Shi Yun Oppa?" Yoo Na juga tak kalah kaget.
"Apa yang terjadi?" tatap Chang Wook. Shi Yun segera mengasongkan surat yang dibawa-bawanya yaitu surat pembatalan adopsi dari pengadilan. "Apa ini?" kernyit Chang Wook.
"Surat pembatalan adopsi atas nama anakku oleh Nn Park Shin Hye. Sekarang aku akan mengambil anakku." jelas Shi Yun membuat Yoo Na terbelalak lebar.
"Mworaguyo, Shi Yun Oppa? Anakmu?" Yoo Na tak terkira kaget.
"Aku tidak ada waktu untuk menjelaskan padamu, Yoo Na-ya. Tapi kurasa bagi Chang Wook cukup jelas." tukas Shi Yun menatap pemilik gedung itu.
"Nde, aku mengetahuinya dengan jelas." angguk Chang Wook.
"Bagus. Dengan begitu kau bisa membantuku supaya karyawatimu itu menyerahkan anakku." ucap Shi Yun menuding Shin Hye yang memeluk Min Woo erat.
"Aniyo, Sajang-nim! Aku tidak bisa menyerahkan Min Woo seperti ini. Mendiang Eonni menitipkannya padaku. Aku pasti memberikannya pada Oppa tapi tidak sekarang dengan cara begini. Aku mohon, Oppa!" jelas Shin Hye terisak.
"Chakaman, Shi Yun Oppa! Apa maksudnya ini?" Yoo Na yang bingung menarik tangan Shi Yun. "Maksudmu, anak itu anak Oppa dari wanita itu?" tanyanya.
"Aku bilang aku tidak punya waktu untuk menjelaskan padamu. Minggir!" Shi Yun dengan kasar menepiskan cekalan Yoo Na membuat gadis itu terjerembab menimpa Chang Wook.Tbc...
KAMU SEDANG MEMBACA
Angel Without Wing
FanficPerempuan dengan seorang balita laki-laki yang selalu dibawanya ke tempat kerja itu, sama sekali tidak menarik perhatian Chang Wook pada awalnya. Tapi entah kenapa, belakangan sosok itu begitu kuat menarik simpatinya. Padahal tidak ada sesuatu yang...