7. Marah

112 12 5
                                    

"Kemarahanmu tak akan mengubah apapun di antara kita"

Bel pulang sekolah berbunyi. Arra masih kesal dengan kata-kata Gibran tadi. Dia kecewa, dia marah, tapi mengapa dia tidak bisa membenci Gibran? Ada apa dengan Arra?

ZAHRA POV

Aku melihat jam tanganku untuk melihat pukul berapa sekarang. 14.30. Pantas saja sekolah sudah sangat sepi. Sudah satu jam yang lalu sekolah di bubarkan. Tapi disini aku, masih berdiri mematung. Berharap ada yang mau memberi tumpangan pulang.

"Gila, jam segini ngapain gue masih disini.. harusnya gue udah dirumah dari tadi. Kenapa kak Revian harus ada tugas lagi sih.. Kan gue jadi harus nunggu kayak gini."

"Kita nggak jadi makan?"

Tanya seseorang yang memang nggak pernah peka akan kemauanku sekarang. Kenapa dia disini, padahal aku lagi nggak pengen dia ada disini.

"Nggak. Gue batalin."

"Bisa ya? Batalin suatu hal secara sepihak? Padahal kemaren ngrencanain nya barengan."

"Suka-suka gue lah."

"Ra gue--"

"Gue anter yuk. Kak Revian nyuruh gue lagi buat anter lo. Plis kali ini lo mau ya. Udah sore. Gue nggak mau mama lo khawatir."

Belum sempat Gibran bicara, tiba-tiba terpotong oleh tawaran Dito yang sudah siap dengan motornya.

Dari pada aku terus-terusan disini sama Gibran, lebih baik aku terima tawaran Dito.

20 menit kemudian aku dan Dito sudah sampai di depan rumahku.

"Dit, Makasih." Ucapku tulus.

"Sama-sama. Lo masih marah sama gue?"

Diam

"Nggak papa kalo lo masih marah. Gue ngerti."

"Nggak, Dit, Gue.. Gue udah nggak marah sama lo."

"Lo serius?"

"Iya. Gue nggak betah marah lama-lama sama lo. Hari-hari gue krik-krik banget nggak ada lo. Gue minta maaf ya. Sikap gue kadang suka kekanak-kanakan."

"Nggak papa. Ra,"

"Hmm?"

"Jangan marah lagi ya."

"Iya. Gue juga nggak bisa marah sama 2 orang sekaligus."

"Lo marah sama orang lain selain gue?"

"Iya."

"Siapa?"

"Menurut lo?"

"Anak baru itu?"

"Iya."

Setelah cukup berbincang, Dito menyalakan mesin motornya dan berpamitan untuk pulang. Aku pikir Gibran orangnya asik, ternyata sama aja.

GIBRAN POV

Hari ini aku harus bicara dengan Arra. Aku nggak mau Arra salah paham. Mungkin hari ini adalah waktu yang tepat buat ngomong yang sebenarnya sama Arra.

Rumah Arra

Aku melihat ada seorang wanita yang tengah menyiram tanaman di halaman rumah Arra.

Mungkin itu mamanya Arra..

"Permisi tante,"

"Eh, iya. Ada apa ya?"

"Zahranya ada tante?"

"Oh ada, temannya Arra?"

"Emm iya tante."

"Yaudah ayo masuk dulu, biar tante panggilkan."

"Nggak usah tante, maaf saya tunggu disini aja."

"Ohh yasudah.. tunggu sebentar ya."

Tak lama kemudian keluar seorang gadis manis dari dalam rumah. Gadis yang ku hilangkan senyum magic nya. Gadis yang hatinya sudah pernah ku kecewakan.

"Pagi."

"Nggak usah basa-basi. Ngapain lo kesini?"

Dingin.. nggak biasanya Arra dingin seperti ini. Dia benar-benar marah..

"Gue mau ngajak lo keluar sebentar. Ada yang mau gue omongin. Lo mau kan?"

"Kalo kata-kata lo nanti cuma akan kembali nyakitin hati gue, mendingan simpen aja ato telen sekalian. Gue nggak butuh."

"Gue tau, gue emang udah ngecewain lo. Tapi gue punya alasannya Ra."

"Satu-satunya alasan ucapan lo kemaren itu cuma pengen bikin gue kecewa, terus pergi jauh dari lo kan?"

"Nggak gue--"

"Kenapa sih..! Kenapa lo izinin gue buat jadi temen lo, sedangkan lo tetep pengen gue pergi. Apa sih buruknya gue? Senggak pantes itu kah gue buat jadi temen lo? Lo tau gue paling nggak suka di perlakukan seperti seakan akan gue itu anak kecil yang nggak bisa apa-apa. Lo tau gue nggak suka di perlakukan secara berlebihan. Tapi kenapa lo lakuin itu kemarin?!!"

"Ra, jangan nangis"

"Apa peduli lo tentang air mata gue? Kita baru kenal kemarin. Dan gue yang ngejar lo buat ngajak kenalan dulu, tapi sekarang gue nyesell..!!"

"Gue cuma pengen jadi teman yang terbaik itu aja Ra"

"Ucapan lo kemaren sama sekali nggak ada baik-baiknya buat gue..! Lo nggak tau apa-apa tentang menjadi teman baik. Lo nggak tau."

"Maafin gue. Gue pergi."

Aku sudah tak tega melihat wajah Arra yang basah karena air matanya yang terbuang sia-sia gara-gara aku. Mungkin ini bukan waktu yang tepat. Atau mungkin baiknya tetap seperti ini..









Budayakan Vote, Comment, Like, dan Follow ya setelah baca.. Aku nulis juga capek loh.. di hargain dikit kek..❤ makasih buat yang udah nge like, dll. Makasih udah mau jadi Active Readers..❤ stay terus yaa..

Hati Ini Juga MilikmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang