"Kesalahan terbesar adalah disaat kita tanpa sengaja mengkhianati prinsip hidup kita sendiri."
ZAHRA POV
Aku sedang menunggu Dita dan Risma di depan teras rumahku. Hari ini kita akan mengerjakan tugas kelompok di rumahku. Mumpung orang tuaku sedang tidak ada di rumah, jadi aku memutuskan untuk mengerjakannya disini. Bukan karena aku takut di awasi, tapi aku merasa lebih bebas saat membawa teman-temanku kerumah apabila sedang tak ada siapapun di rumah.
Tak lama kemudian ada sebuah taksi berhenti di depan rumah. Aku yakin itu pasti teman-temanku. Tapi perkiraanku salah. Bukan temanku yang datang, tapi Yovan.
"Hai Arra..!! Kok lo ada di luar? Lo tau ya kalo gue mau kesini?" Sapa Yovan setelah keluar dari taksi.
"Ih apaan sih. Gue nggak lagi nungguin lo ya."
"Terus? Ada cowok lain yang mau kesini ya?"
"Eh eh eh.. sembarangan kalo ngomong. Gue lagi nungguin temen-temen gue. Mereka mau kesini."
"Temen-temen? Berarti ada Risma dong." Tanya Yovan antusias.
"Iya. Kenapa?" Sahut Arra malas.
"Bagus." Ucap Yovan pelan. Tapi tetap saja Arra bisa mendengarnya.
"Oh.. jadi beneran ada yang jatuh cinta sama temen gue nih."
"Diem lo."
Tak lama setelahnya, ada taksi berikutnya yang berhenti di depan rumah. Kali ini aku yakin ini adalah taksi yang dinaiki Risma dan Dita.
"Hey hey.." sapa Dita. Hah, aku senang Dita kembali menjadi dirinya.
"Halloo.." sapaku balik sambil memeluk mereka.
"Hai Ris." Sapa Yovan canggung.
"Hai Yovan."
Aku dan Dita saling menatap. Dita seperti sejalan pikirannya denganku.
"Emm.. kita masuk duluan ya. Ris lo tolong bawa barang-barangnya masuk ya. Bye." Ucap Dita sambil tertawa kecil dan menarikku untuk masuk.
"Woy! Bantuin!" Protes Risma.
"Yaudah biar gue bantu aja." Tawar Yovan.
"Eh eh nggak usah. Ngrepotin."
"Nggak kok. Udah biar gue aja yang bawa." Ucap Yovan sambil membawa barang keperluan kerja kelompok Risma dan temannya.
"Ah udah." Ucapnya sambil meletakkan barang didepan pintu kamar Arra.
"Makasih ya."
"Iya."
"Btw kok nggak liat mobil lo tadi?"
"Gue naik taksi tadi. Kalo gue tau lo juga ada disini, gue pasti bakal bawan mobil buat anter lo nanti."
"Apa?"
"Eh nggak nggak. Yaudah masuk."
Risma masuk kedalam kamar. Arra dan Dita tertawa cekikikan berdua melihat Risma masuk dengan barang bawaan yang banyak sekali.
"Jahat."
"Udah nggak usah ngeluh. Orang yang bawain juga Yovan kan, bukan lo " ejek Dita.
"Diem lo. Udah yuk mulai."
Kami menyelesaikan tugas kami. Sampai tak terasa waktu berjalan begitu cepat.
"Akhirnyaa." Ucapku lega.
"Udah sore lagik. Balik yuk." Ajak Dita.
"Iya. Ra, kita balik dulu ya."
"Eh iya. Makasih banget buat hari ini."
"Sans, ini kan juga tugas kita."
Saat menuruni tangga, langkah Risma terhenti mendapati Yovan yang sedang duduk di kursi depan TV.
"Kok berhenti Ris?"
"Gue nggak jadi balik deh."
"Eh apa-apaan nih, udah nanggung ini. Lagian lo mau balik jam berapa? Udah sore lagik." Protes Dita.
"Lo nggak mau ketemu Yovan ya?" Selidik Arra.
"Nggak gitu juga kok." Jawab Risma gugup. "Gue mau curhat bentar sama Arra. Lo duluan aja."
"Curhat apaan? Sama Arra doang nih?"
"Udah lo balik aja. Nanti gue bocorin" ucapku sambil mengedipkan sebelah mataku.
Dita mengiyakan permintaan Risma. Aku dan Risma kembali ke kamarku. Aku tau apa yang akan di ceritakan sama Risma. Pasti tentang Yovan.
"Lo kenapa?"
"Enggak papa kok "
"Katanya mau curhat"
"Iya. Ra, Yovan baliknya kapan ya?"
"Nggak tau. Tapi yang jelas dia nggak akan balik kalo lo belum balik."
Risma menghela nafas. "Ada apa sih dengan saudara lo itu?"
"Dia suka sama lo Ris."
"Suka? Gimana dia bisa bilang suka sama gue padahal kita baru 2 kali ketemu Ra?"
"Perasaan suka itu tak terkendali Ris. Lo nggak bisa salahin rasa suka hanya karena waktu."
"Tapi dia beda kepercayaan sama kita Ra."
Aku terdiam. Aku lupa kalo Risma adalah seorang yang pemilih. Sama sepertiku, dia akan mempertimbangkan bibit, bebet, dan bobot orang yang akan ia cintai atau mencintainya. Mungkin cinta Yovan kepada Risma hanya akan menjadi sakit.
"Nggak ada salahnya kan Ris? Kalo orang itu baik dan tulus, kenapa harus takut?"
"Perbedaan keyakinan itu bukan hal kecil Ra."
"Lo sendiri? Bukannya lo juga suka sama Yovan?"
Risma membelalakan matanya. Seperti semua rahasianya telah terbongkar. "Gue nggak suka sama Yovan!"
"Lo nggak bisa menghindar dari perasaan cinta Ris."
Risma menghela nafas gusar. Dirinya tampak gelisah. Benar-benar gelisah.
"Nggak usah terburu-buru."
"Iya lo bener. Atau lebih baik melupakan saja. Karna perasaanku sama dia adalah kesalahan."
BUDAYAKAN VOTE DAN COMMENT SESUDAH BACA.
THANKS :)
KAMU SEDANG MEMBACA
Hati Ini Juga Milikmu
Teen Fiction[SELESAI] Tak pernah kutemukan seorang yang membuatku nyaman selain dirimu. Kekuranganmu membuatku terus ingin menjagamu. Ku hiraukan semua cacian dan hinaan hanya untukmu. Jadi tetaplah hidup meskipun diriku tak lagi bersamamu...