39. Kacau

59 3 0
                                    

"Begitu teganya angin yang telah meruntuhkan segala milikku."

***

DITA POV

Aku melihat Dito di depan sebuah supermarket. Aku menghentikan mobilku dan memutuskan untuk menghampirinya.

"Hai Dito." Sapaku dengan penuh semangat.

Tidak ada jawaban.

"Dito lo ngapain disini? Beli makanan ya? Emang di rumah nggak ada makanan? Mama kamu nggak masak?"

"Berhenti bicara sekarang atau lo gue bunuh!" Ucapnya dengan keras sambil menunjukkan jarinya padaku.

"Dito lo apaan sih?"

Ia tersenyum miring. "Drama amat lo!"

"Lo kenapa? Apa salah gue? Gue nggak ngerti."

"Lo emang nggak akan pernah bisa ngerti! Orang bego kayak lo nggak pantes dapetin cinta dari siapapun. Saking begonya lo, lo sampek harus minta tolong sahabat lo sendiri buat ngedeketin lo sama cinta yang nggak akan pernah jadi milik lo itu. Memyedihkan." Ucapnya dengan penuh penekanan di akhir kata.

Aku sungguh tak mengerti apa yang sedang ia bicarakan.

"Dito gue rasa lo salah paham. Sini duduk dulu kita bahas baik-baik."

"Nggak usah sentuh gue!! Najis! Cewek kayak lo nggak akan permah nemuin cinta sejati! Cara lo dapetin cinta aja harus merusak hubungan orang lain, gimana mau ada yang mau sama lo!"

Sungguh perih hatiku saat Dito mengucapkan semua itu.

"Apa sih To? Cinta apa maksud lo? Gue sama sekali nggak paham?"

"Gue. Lo suka kan sama gue! Dan lo udah suruh Arra buat menjauh dari gue biar lo bisa deketin gue. Najis tau nggak! Gue bahkan jijik saat mengetahui semua ini Ta! Gue pikir lo beda, lo bisa ngertiin gue, tapi ternyata lo nggak bisa mengerti apapun selain diri lo sendiri! Gue benci sama lo!"

Ucapnya lalu meninggalkanku yang masih bercucuran air mata. Apa yang sudah aku lakukan? Aku hanya bicara pada sahabatku kalau aku mencintainya. Apa aku salah?

***

Pagi ini, cuaca sedang tidak bersahabat. Sejak subuh tadi langit sudah menitikkan air hujan. Suasana pagi ini membuat cewek 17 tahun itu merasa malas untuk berangkat ke sekolah. Ditambah dia tau bahwa ia tak akan menemukan cowok itu di sekolah nanti. Entah sampai kapan dia harus menahan rindu. Padahal kata Dilan rindu itu berat.

ZAHRA POV

"Kamu berangkat bareng Dito dek." Pinta kakakku.

"Ha? Kenapa nggak bareng kakak aja sih?"

"Kakak kan ada simulasi UNBK, kakak dapet sesi kedua. Jadi berangkat siang. Kamu kan harus berangkat pagi."

Aku hanya mengangguk pasrah. Aku terpaksa menerima permimtaan kakakku karena kondisinya seperti itu. Kelas 12 di sekolahku baru saja melakukan simulasi UNBK. Dalam simulasi tersebut dibagi menjadi 3 sesi. Kelas kakakku mendapat sesi 2. Jadi mau tidak mau mulai sekarang aku harus cari tebengan ke sekolah atau naik taksi. Tapi kakakku pasti tidak akan mengizinkan aku naik taksi, jadi dia akan menelfon Dito dan memintanya untuk menjemputku. Kakakku tau kalau hubunganku dengan Gibran sedang di ujung tanduk. Dibilang pacaran tapi nggak ada komunikasi, dibilang putus tapi emang belum putus.

Hati Ini Juga MilikmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang