12. Tenyata Begini Rasanya

111 8 0
                                    

"Sekarang aku benar-benar berada disini. Di dalam duniamu.."

ZAHRA POV

Kenapa Gibran tiba-tiba ada disini?

"Urusan lo dari dulu itu sama gue. Nggak sama dia.!!"
Ucap Gibran marah.

"Ayo pergi." Ucapnya lagi sambil menarik ku pergi.

"Bran, lo nggak papa?"

"Bukannya harusnya gue yang nanya gitu?"

"Gue nggak papa kok. Cuman kotor dikit."

"Nggak seharusnya lo masuk ke dunia gue Ra. Gue nggak mau lo terluka."

"Gue nggak papa. Mau mereka bunuh gue sekalipun, kalo lo belum ngrasain dunia gue, gue nggak akan berhenti."

"Bersihin dulu rambut lo. Kotor banget."

Setelah mengatakan itu, ia langsung pergi menuju lapangan. Aku tau dia nggak suka dengan perkataanku tadi. Tapi aku sungguh-sungguh.

Saat apel, kepala sekolah mengumumkan bahwa minggu depan, sekolah akan mengadakan lomba musikalisasi puisi. Seluruh kelas di mintai perwakilannya untuk ikut berpartisipasi dalam lomba ini. Selain itu, juga akan di adakan acara mabit, atau menginap selama 2 hari 1 malam di sekolah dalam rangka ulang tahun sekolah. Seluruh siswa yang memiliki bakat dapat menyalurkannya dalam acara pentas seni malam puncak nanti.

Setelah beberapa saat, kepala sekolah membubarkan para siswa untuk kembali ke kelas masing-masing.

Saat berjalan menuju kelas tanpa sengaja aku bertemu dengan Gibran. Aku menyuruh Dita dan Risma untuk pergi ke kelas duluan. Karna ada yang ingin ku bicarakan dengan Gibran.

"Hai." Sapaku hangat

"Nggak ke kelas?"

"Ini mau ke kelas. Kok muka lo pucat sih."

"Nggak papa kok. Gue anter yuk ke kelas lo."

"Mmm.. ehh.. Gibran...."

Tiba-tiba Gibran pingsan dan kepalannya menimpa pundak ku. Aku terkejut karna dia tiba-tiba saja pingsan. Aku harus bagaimana?

Aku telah membawa Gibran  UKS. Akan tetapi ia tak kunjung sadar. Akhirnya pihak sekolah membawanya ke klinik terdekat.

Aku tidak ikut menemani Gibran. Pak Guru bilang, biar guru saja yang menemani.

Aku khawatir dengan Gibran. Hatiku gelisah. Separah itukah penyakitnya? Tuhan kumohon angkatlah penyakit Gibran.

###

Hari ini terasa sepi. Nggak ada Gibran. Nggak ada Dito. Kedua sahabatku juga menghilang entah kemana. Disini aku, sendiri..

Tiba-tiba Ragas memanggilku. Entah dari mana asal makhluk astral itu. Dia selalu tau keberadaanku.

"Hai cantik."

Jijik..

"Paan sih lo."

"Cewek cantik kayak lo nggak pantes sendirian. Mana pangeran penyakitan lo itu?"

Ucapnya sambil mengusap pipiku. Dengan cepat aku menepisnya.

"Apaan sih lo.."

"Kenapa? Lo takut?"

Dia menarikku ke tembok. Aku takut.. apa yang akan dia lakukan..

"Lo..!! Jangan macam-macam yaa..!!"

"Hah. Kenapa? Cewek kayak lo belum bisa dipanggil cewek kalo belum di nikmatin." Ucapnya santai

Aku mengerutkan dahiku, tanda tak mengerti.

"Ma.. ma... maksud lo apa?!"

Kaki ku mulai gemetar.. kini jarak wajahku dengan Ragas hanya tinggal itungan senti.

Cupp..

Sialann.. dia menciumku.. sungguh perbuatan yang menjijikkan.. aku tak tau harus berbuat apa.. yang bisa aku lakukan hanyalah menangis.. dia mempermalukanku.. dia juga yang mencuri first kiss ku yang selama ini aku jaga untuk seseorang yang ditakdirkan untuk ku nanti.. sekarang aku pun tak berani melihat diriku sendiri.. betapa kotornya aku sekarang..

"Hahaha.. kenapa? Lo malu? Dasar cewek murahan..!"

Plakk..

"GUE BENCI SAMA LO GASS..!! GUE BENCIIII..!!!"

Aku berlari.. meninggalkan Ragas yang tengah tertawa puas.. begini.. jadi begini rasanya.. di perlakukan seolah olah tak memiliki harga diri.. di permalukan.. di jatuhkan.. Oh Tuhan jadi ini dunia Gibran.. penuh dengan rasa malu.. Aku benci dengan semua ini..

Aku berlari menuju kelas kakak ku. Hanya dia sekarang yang ku punya. Aku benci semua laki-laki seperti Ragas.. aku benci pada diriku sendiri yang tak bisa berbuat apa-apa..

"Kak Revian..!!" Panggilku dengan air mata yang memang sudah mengalir deras, tapi lupa membawa rasa malu ini.

"Ya ampun, Arra."

Aku berlari dan memeluk kakak ku.. saat ini yang kubutuhkan hanya kakak ku. Hanya dia tempatku kembali.

"Dek, kamu nggak papa?"

"Plis kak, aku cuman pengen peluk kakak. Nggak ada yang lain lagi."

Kakak ku menangguk mengerti. Ia tahu kalau aku sedang mengalami suatu masalah atau kejadian yang memalukan, maka aku akan menangis dan tidak mau menceritakannya pada saat itu juga. Dia kakak ku yang peka.

GIBRAN POV

"Dok, dengar saya baik-baik. Apapun yang akan terjadi nanti, saya tidak akan pernah mau melakukan khemoterapi."

"Akan tetapi, ini sudah waktunya. Jangan sampai terlambat lagi."

"Nggak! Saya nggak mau! Saya permisi."

Siapa yang berani membawaku ke dokter? Ah pasti mama. Terakhir kali yang aku ingat, aku sedang berjalan bersama Arra lalu pingsan. Entah bagaimana caraku bisa sampai kesini. Aku benci dokter. Aku benci diriku sendiri.







Haaaiii... makasih udah baca.. jgn lupa vote, comment, follow.. makasihh❤❤

Hati Ini Juga MilikmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang