24. Maju atau Mundur?

88 2 0
                                    

"Pilihan tersulit dalam percintaan adalah disaat kita harus memilih bertahan diatas sakit atau pergi dengan resiko penyesalan."

ZAHRA POV

Mendengar perkataanku Risma langsung membelalakkan matanya. Dita yang sedari tadi terlihat sibuk sedikit terkejut dengan pertanyaanku. Aku sendiri bahkan merasa sakit saat mengucapkannya. Meninggalkan perasaan yang selama ini telah di perjuangkan itu nggak segampang jatuh cinta.

Aku tahu aku adalah tipe orang yang sulit untuk menyerah. Tapi aku juga punya rasa lelah. Aku lelah berjuang sendirian. Mungkin dengan melepaskan itu lebih baik.

"Lo serius Ra?" Tanya Risma. Ia tak percaya jika aku semudah itu menyerah. Ya aku memang gadis yang kuat, tapi aku lemah dalam hal cinta.

"Iya. Gue capek. Gue terus-terusan di buat jatuh bangun sama Gibran. Gue nggak tau arah perasaan kita itu kemana. Gue nggak mau egois. Jadi gue mau melepas Gibran."

"Kalo lo nglepas Gibran, emangnya lo nggak takut nyesel?"

"Gue takut, tapi seenggaknya untuk saat ini gue harus bisa lupain Gibran dulu."

"Itu namanya lo egois!" Tegas Dita. Dita yang sedari tadi nampak cuek akhirnya membuka bicara. Tapi entah mengapa nada bicaranya tak seperti biasanya.

"Lo suka sama orang padahal orang itu nggak suka sama lo, sedangkan selama ini lo terus-terusan maksain dia buat terima cinta lo, lo tergila-gila sama dia sampai-sampai lo lupa kalo ada hati lain yang terluka karena hal itu. Hati yang selama ini lo jadiin batu pijakan saat lo mulai tumbang gara-gara orang yang lo kejar bikin lo jatuh. Egois banget kan!"

Deg.. Sungguh ini bukan Dita yang ku kenal. Aku tau dia memang selalu ceplas-ceplos dengan perkataannya. Tapi yang satu ini terdengar seperti menyindir. Tapi harus ku akui, semua yang ia katakan tak sepenuhnya salah. Tapi aku tak tau siapa batu pijakan dan hati yang terluka yang ia maksud disini.

"Dit, lo apaan sih." Ucap Risma berusaha menengahi. Aku masih terdiam mencerna perkataan Dita.

"Ra, lo jadi cewek tuh harusnya mikir. Takdir lo itu di kejar, bukannya ngejar. Dan satu lagi, lo harus belajar buat liat apa yang ada di depan lo, bukannya mencari hal-hal lain yang belum tentu itu ditakdirkan untuk lo! Lo itu beruntung Ra, nggak kaya gue. Gue pertama kali jatuh cinta aja udah jatuh, dan jangan lupain fakta kalo jatuhnya gue itu gara-gara temen gue sendiri." Jelasnya setelah itu ia pergi keluar dari kamarnya meninggalkan aku dan Risma.

Sungguh aku tak mengerti. Siapa disini yang di bicarakan? Aku benar benar tak mengerti satu pun perkataannya. Tapi aku tau betul siapa yang di sindir disini.

Mungkin aku tak bisa berlama-lama lagi disini, aku harus segera pergi. Dita mungkin sedikit mengalami kesalahpahaman denganku, aku akan menjelaskannya besok. Mungkin dia mau bercerita denganku besok.

"Ra, nggak usah di dengerin ya." Risma yang paling sering ku jadikan tempat untuk kembali.

Apa yang ia maksud dengan batu pijakan itu Risma. Tapi apa yang membuat Risma sakit saat aku bersama Gibran?

"Yaudah Ris, mending gue balik deh. Besok gue coba ngomong baik-baik sama Dita."

"Iya lo hati-hati ya."

Aku mengambil tasku di meja dan langsung pergi. Jika aku pulang ke rumah pasti disana hanya akan akan mama dan kak Revian. Mereka pasti bertanya kenapa aku pulang dengan wajah di tekuk seperti ini. Mereka pasti menginterogasiku sampai semua masalahku benar-benar muncul kepermukaan. Aku hanya tak ingin mereka ikut memikirkan beban pikiranku. Aku juga tak ingin mama tahu kalau sekarang aku sudah main cinta-cintaan.

Keadaan tak memungkinkan untuk aku kembali ke rumah. Mungkin aku butuh sedikit hiburan untuk mengembalikan mood ku.

Aku pergi ke taman kota. Disana lumayan ramai, karna taman kota memang selalu ramai di jam-jam segini. Banyak anak-anak kecil tertawa bermain disini, dan ada juga para remaja bercinta disini. Semuanya membuatku throwback ke masa dimana aku yang belum mengenal cinta dan aku yang sekarang berbalut cinta.

"Ahh.. Jadi pengen balik ke masa kecil lagi, biar nggak ngrasain dilema gini." Ucapku sambil tertawa kecil.

"Pengen ngrasain jadi bayi lagi bu?" Ucap seseorang yang tiba-tiba sudah duduk di sampingku.

Aku menoleh dan terkejut saat mengetahui siapa dia. Sedetik kemudian senyumanku mengembang. Oh, seharusnya dari tadi aku tau dia yang aku butuhkan saat ini.







VOTE DAN COMMENT CERITA INI. JANGAN JADI SECRET READERS. ENAK DI KALIAN ENGGAK DI AKU :")

BILANGLAH AKU PEMAKSA TAPI KALIAN LEBIH MAKSA AKU BUAT  BIKIN KALIAN VOMMENT CERITA INI :)

MAKASIH YANG MAU VOTE COMMENT DAN FOLLOW.

Hati Ini Juga MilikmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang