"Bukan salah cinta jika aku mencintaimu, karena cinta tumbuh dari terbiasa."
DITO POV
Aku berjalan menuju ke ruang kelas. Aku harus membantu Risma dan Dita mengecheck ulang persiapan kejutan untuk Arra.
Suasana pagi ini begitu sepi. Langkah kaki ku bahkan hanya di iringi oleh terpaan angin. Kadang aku benci dengan sepi, karena sepi memaksaku untuk mengingat memori yang terkadang tak ingin aku bayangkan.
Seperti saat ini, aku masih terpikirkan oleh sikap Arra padaku. Dia benar-benar aneh, terkadang aku tak mengerti dengan perasaannya. Langkah kaki ku terhenti secara tiba-tiba saat mataku menatap lurus ke arah dua insan yang sedang bergandengan.
Mereka bedua juga menatapku. Rasanya ada sesuatu yang menampar wajahku dengan keras. Bulu kudukku merinding. Hatiku terasa tertusuk. Sekujur tubuhku lemas terpaku pada tempatku berdiri.
Hatiku bertanya, apa yang aku lihat? Apa aku bermimpi? Lalu jika ini nyata, mengapa aku merasa ada yang hilang dari diriku?.
"Dit?" Sapa Gibran. Aku sedikit terkejut dengan panggilannya.
"Emm Ya?" Jawabku gugup.
Ku lirik gadis yang masih menggandengkan tangannya pada seorang lelaki tampan dengan wajah dingin tapi cool di depanku ini. Dia tertunduk, entah apa yang ia pikirkan saat ini. Dia terlihat cuek dengan kehadiranku, orang yang selama ini menemaninya dan selalu ada di sampingnya. Apa aku ini seorang yang tak pantas untuk di rasakan kehadirannya?.
"Kalian mau kemana?" Tanyaku.
"Tadinya mau ke kelas, tapi tadi Arra bilang dia haus, jadi kita mau ke kantin dulu. Lo sendiri?" Jawabnya sambil tersenyum lebar seperti orang yang telah berhasil mendapatkan kebahagiaan paling besar di dunia.
"Oh gue? Ke kelas."
Arra menatap ke arah Gibran dengan raut wajah memohon. "Sayang, ayo kita ke kantin.. Hauss.." pintanya dengan manja.
Gibran balik menatapnya dengan tatapan gemas. Gibran mencubit pipi Arra lalu mereka berjalan beriringan menuju kantin sekolah.
Aku yang sama, masih sakit dan berdiri di tempat yang sama. Kalian tau kenapa aku merasa sakit? Karena faktanya, aku mencintainya.
RISMA POV
Yovan menurunkanku tepat di depan pintu gerbang sekolah 15 menit yang lalu. Dia langsung melajukan mobilnya dengan cepat karena jarak sekolahnya dari sini lumayan jauh. Itu sama saja dia harus putar balik dan masih harus menempuh jarak sekitar 8 km dari halte tempat kami bertemu tadi.
Persiapan kejutan untuk sweet seventeen Arra sudah selesai. Aku baru saja mengecheck ulang semuanya. Kini tinggal menunggu Arra untuk masuk kedalam kelas.
Dengan sangat antusias aku berdiri menunggu Arra sambil membawa kue dan Dita yang berdiri di sampingku.
Pintu kelas terdengar seperti ada yang membuka. Aku yakin itu pasti Arra. Kami semua bersiap-siap, aku menyuruh Dita menyalakan lilinnya dengan cepat. Sebelum korek api itu menyentuh sumbu lilin, orang yang tadi membuka pintu kini sudah berada di ambang pintu.
Dita menghentikan perbuatannya. Dia tak menyalakan lilinnya seperti apa yang aku perintahkan. Aku menatapnya bingung, lalu mataku ikut menelusuri mata Dita yang menatap ke arah pintu dengan tatapan kaget.
Bukan Arra yang kutemukan, melainkan Dito. Wajahnya kusut sekali, matanya sembab seperti orang baru nangis. Rambutnya acak-acakkan. Hidungnya merah. Aku sendiri bahkan bisa menghitung berapa banyak kepedihan dihatinya. Hatiku sendiri ikut miris menatapnya.
Dita langsung berlari ke arah Dito. Dia menatap Dito dengan sangat khawatir. Terlihat Dito yang juga perlahan menatap Dita dan air matanya semakin deras mengalir.
"Dito, lo kenapa?" Tanya Dita dengan sangat khawatir.
"Lo mau temenin gue nggak? Bentarr aja.." pinta Dito dengan suara tersedu-sedu.
Dita melirik ke arahku, aku memberinya isyarat iya dengan menganggukkan kepalaku.
"Kalo kalian nunggu Arra, bentar lagi dia bakal dateng. Dia barusan ke kantin buat beli minum sama pacar barunya." Ucap Dito.
Mereka langsung berjalan keluar kelas dengan Dita yang berjalan lebih dulu lalu di ikuti oleh Dito di belakangnya.
Aku masih tak mengerti dengan ucapan Dito. Tapi yang aku cerna dari perkataan Dito hanyalah Arra akan segera datang. Jadi aku harus bersiap-siap.
Aku menyalkan lilin di atas kue tart yang aku pesankan khusus untuk teman kesayanganku. Kue coklat dengan hiasan buah cerry di atasnya beserta tulisan nama Arra yang di tulis di atas coklat putih yang tersusun rapi, menggoda untuk segera di potong.
Tiba-tiba pintu kelas terbuka, seluruh teman kelas mulai menyanyikan lagu selamat ulang tahun pada Arra. Aku tersenyum tak berkutik sambil menatap lurus ke arah sahabatku yang menangis haru. Tiba-tiba mataku beralih menatap ke arah tangan Arra dan Gibran yang saling bergandengan satu sama lain. Aku tak menyadari hal kecil itu, tapi aku membuang semua kecurigaanku. Hari ini surprise nya harus berjalan dengan lancar.
Arra melangkah mendekatiku, aku menyodorkan kue yang sedari tadi ku bawa kepadanya. Tanpa mengucapkan doa dia langsung meniup lilinnya. Aku mengernyitkan dahiku.
"Kok nggak bikin permintaan?" Tanyaku.
Arra mengembangkan senyumannya. "Enggak." Jawabnya sambil nyengir.
"Kenapa?"
"Karena, semua yang jadi harapan gue, udah terkabul" ucapnya sambil menatap ke arah Gibran.
Aku masih ragu. Tapi mataku yakin ini nyata. Aku tersenyum.
"Gaes, jadi di sweet seventeen ini gue udah dapetin apa yang jadi sumber kebahagiaan gue selama ini. Gue sama Gibran udah jadian." Ucap Arra dengan lantang lalu memeluk erat pria yang ada di sampingnya.
Aku terkejut mendengar pernyataan Arra yang begitu berani. Aku mulai mengerti mengapa Dito menangis dan mengatakan perkataan seperti tadi. Hatiku ikut miris memikirkan perasaan Dito. Sudah kuduga pasti Dito memiliki perasaan lebih pada Arra. Aku sendiri tak menyalahkan Dito karena perasaannya, karena aku tau semua orang berhak mencintai dan dicintai. Ku harap saat ini Dito dapat tegar menghadapi kenyataan.
MAAF UPDATENYA LAMA. BUKAN KARENA MALES TAPI KARENA NGGAK ADA WAKTU😅
ENJOY, HOPE U LIKE
BUDAYAKAN VOMMENT :)
KAMU SEDANG MEMBACA
Hati Ini Juga Milikmu
Teen Fiction[SELESAI] Tak pernah kutemukan seorang yang membuatku nyaman selain dirimu. Kekuranganmu membuatku terus ingin menjagamu. Ku hiraukan semua cacian dan hinaan hanya untukmu. Jadi tetaplah hidup meskipun diriku tak lagi bersamamu...