38. Pengakuan

59 4 0
                                    

"Sudah cukup aku menutupi semuanya, sekarang biarkan aku bicara."

***

ZAHRA POV

Aku berjalan dengan tergesa-gesa menuju ke kelas 11 IPA 5. Tak peduli berapapun orang yang aku tabrak. Aku benar-benar geram. Sudah 2 minggu Gibran tidak menghubungiku. Bahkan dia sudah tidak menjemputku lagi. Di sekolah pun aku sudah tidak pernah bertemu dengannya. Aku selalu mencoba untuk menelfonnya, mengiriminya pesan, tetapi sama sekali tak ada balasan darinya. Selama ini aku masih terlalu gengsi untuk menemui dia ke kelasnya. Tapi tidak untuk hari ini. Istirahat pertama ini aku memutuskan untuk mencari Gibran di kelasnya.

"Gibran ada?" Tanyaku kepada salah satu teman sekelas Gibran yang aku sendiri tidak mengenalinya.

"Arra ya? Kenapa kok tumben nyariin Gibran?"

"Gue cuman nanya dimana Gibran aja masih lo puter-puterin?! Tinggal jawab aja dimana Gibran?!" Tanpa ku sengaja nada bicaraku mulai meninggi.

"Gibran nggak masuk Ra. Udah 2 minggu ini. Dan di surat izinnya cuman di tulis sakit."

Aku membulatkan mataku. "Terus? Kelas kalian udah coba jenguk dia?"

Dia menggeleng pelan.

Aku menghela nafas gusar. Aku benar-benar khawatir. Dia sama sekali tidak perduli dengan perasaanku disini. Aku benar-benar khawatir dan bingung di buatnya. Aku cepat-cepat berlari meninggalkan kelas Gibran setelah menerima informasi tersebut.

Aku berlari menghampiri Risma dan Dita yang tengah berbincang di kursi depan kelas kami.

"Ris, Dit, kalian harus temenin gue!" Ucapku dengan nafas terengah-engah.

"Duduk dulu lah Ra. Lo kenapa?"

"Ris, Gibran nggak masuk sekolah udah 2 minggu ini. Dan di suratnya cuman di tulis sakit. Dia juga udah nggak hubungin gue lagi 2 minggu terakhir ini. Gue khawatir. Kalian harus temenin gue buat cari tau keadaan Gibran."

"Tunggu tunggu. Ini masih jam sekolah kalik Ra."

"Maksud gue nanti pulang sekolah Dit! Kita harus kerumah Gibran."

"Emangnya lo tau rumah Gibran?"

Aku terdiam. Aku lupa kalau selama ini aku tidak mengetahui alamat rumah Gibran. Aku menggeleng.

"Terus? Lo pikir kita bisa gituh search di Google Maps 'Rumah Gibran'?"

"Lo harus cari tau dulu alamat rumah Gibran Ra."

Aku mengangguk pelan. Aku bingung dari mana aku bisa mendapatkan alamat rumah Gibran. Saat ini aku hanya menunduk pasrah.

Aku mengotak atik ponselku beharap Gibran akan membalas pesanku hari ini. Yaps, satu notifikasi pesan baru aku dapatkan. Aku cepat-cepat membukanya.

"Yovan." Gumamku pelan.

Aku membaca pesan dari Yovan dengan malas.

From : Yovan

Besok pulang sekolah gue jemput! Bilang sama Risma dan Dita, mereka juga harus ikut. Ada yang mau gue tunjukin ke kalian.

Hati Ini Juga MilikmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang