"Teman, katakan salah jika aku memang salah. Dan sadarkan aku apabila aku lupa diri. Jangan diamkan aku karena diam mu menyakitiku."
RISMA POV
Hari ini aku bersama Dita lagi. Hanya berdua, tanpa Arra. Jujur aku rindu saat kita kemana-mana selalu bertiga. Aku tak tahu apa yang membuat Dita marah pada Arra. Yang lebih buruk adalah dia melarangku untuk mengajak Arra bergabung apabila masih ada dirinya. Aku benar-benar bingung.
"Ta, lo nggak kangen bareng lagi sama Arra? Gua kangen tauk."
"Kalo lo mau sama Arra, yaudah tinggalin gue!"
"Bukan gitu maksud gue Ta. Gue cuman pengen hubungan kita itu harmonis lagi kayak dulu."
"Apa sih urusan lo?! Lo nggak peka banget jadi temen! Gue tuh lagi sakit hati."
"Kalo lo sakit, Arra juga sakit Ta. Lo mikir nggak sih? Ada apa sih antara kalian berdua? Gue capek liat kalian kayak anak kecil gini! Minimal lo tuh cerita ke gue, biar gue tau ini sebenarnya ada apa."
Dita menghela nafas panjang. Perkataanku mungkin berhasil membuatnya mau berbagi cerita denganku. Semoga.
"Lo tau nggak sih? Gue lagi patah hati."
Aku masih diam. Aku tak mengira Dita ternyata sedang jatuh cinta. Atau lebih tepatnya sudah sampai patah hati.
"Gue suka sama orang yang nggak suka sama gue." Sambungnya.
Matanya mulai meneteskan air mata. Suaranya serak. Aku tau betul seberapa sakit hatinya.
"Apa dia nggak bisa lihat gue? Memangnya siapa yang selama ini dia lihat? Arra? Gue yang sayang dia tapi Arra yang dapet kasih sayang dari dia? Bukankah itu nggak adil Ris?"
Tangisan Dita semakin menjadi. Dia seperti tak kuat lagi menahan semua sakitnya."Siapa dia, Ta?"
"Dito...."
Aku terdiam. Aku tak menyangka. Jadi selama ini Dita menyukai Dito. Sungguh hal yang sangat tidak di sangka. Aku terkejut mendengar semua curhatannya.
"Gimana lo bisa suka sama Dito?"
"Udah lama rasa cinta itu tumbuh. Pertama kali benih cinta itu tertabur waktu gue pertama kali bertemu dengannya. Dulu, waktu MOS. Gue pernah di bully sama salah satu anak disini, dan Dito yang bantuin gue. Saat itu gue mandang Dito suka sama gue."
"Nolongin orang itu kewajiban Ta, bukan wujud dari perasaan suka."
"Gue tau. Tapi sejak itu gue jadi suka sama dia. Gue mati-matian nyuri perhatian dia selama ini tapi hasilnya nihil. Perhatian Dito hanya untuk Arra. Gue iri."
"Nggak sepantesnya lo iri sama temen lo sendiri."
"Tapi gue juga marah. Arra nggak pernah bisa melihat perhatian Dito ke dia. Sedangkan disini gue berjuang mati-matian buat dapetin perhatian itu."
"Gue rasa, lo harus minta maaf sama Arra, Ta. Buat diri lo nyaman dengan lepasin apa yang belum tentu jadi milik lo. Jangan bikin hubungan persahabatan kita kacau gara-gara ambisi lo untuk memiliki Dito seutuhnya, karena itu belum tentu mungkin. Jangan benci Arra karna dia sendiri nggak tau apa salahnya. Kalo lo pengen Arra sadar, lo bilang sama dia. Buat semuanya jelas."
Dita mengangguk. "Lo mau bantuin gue kan Ris?"
"Iya pasti."
Aku merasa lega Dita sudah mau terbuka dengan masalahnya. Walaupun terdengar egois sikap Dita kali ini, tapi dia telah menyadari semua kesalahannya.
ZAHRA POV
"Lagi-lagi sendiri. Bosen ternyata sendiri terus. Gue harus cepet-cepet selesain masalah gue sama Dita."
Langkahku terhenti saat menemui Dita dan Risma yang berdiri didepanku. Aku menatap Dita ragu. Aku masih takut untuk bicara, tapi aku juga tak ingin terus seperti ini.
"Ra--"
"Eh Ta, plis dengerin gue. Gue nggak tau apa kesalahan gue sama lo. Tapi kalo lo menghindar dari gue udah pasti itu artinya gue punya salah sama lo. Plis Ta, maafin gue. Jangan diemin gue kayak gini, gue nggak mau punya masalah sama sahabat gue sendiri. Klo gue salah lo bilang ke gue, dengan senang hati gue akan instropeksi diri gue. But, please don't go."
"Gue mau jelasin sesuatu sama lo." Dita menghela nafas kemudian melanjutkan perkataannya.
"Gue udah salah paham sama lo. Gue salah. Nggak seharusnya gue egois kayak gini. Ra, gue cuman pengen lo tau kalo sebenernya selama ini gue cemburu sama kedekatan lo dengan Dito. Gue suka sama Dito sejak MOS dulu. Gue marah sama lo karena lo selalu dapet perhatian lebih dari Dito. Gue tau gue nggak tau diri, tapi gue cuman pengen lo tau aja. Maafin gue Ra, udah bikin lo gelisah dan merasa bersalah selama ini. Padahal disini gue yang salah. Maafin gue."
"Apa? Kenapa lo nggak pernah bilang sama gue Ta? Gue nggak punya perasaan sama Dito. Bahkan kita berdua nggak punya hubungan apa-apa. Kalo lo suka sama Dito, gue saranin lo buat deketin dia oke. Gue akan bantuin lo buat deket sama Dito. Lagian menurut gue kalian cocok kok." Ucapku sambil mengembangkan senyumanku.
"Lo serius?????" Tanya Dita antusias
"Janji. Dan janji seorang sahabat nggak bisa buat di raguin."
"Makaasih Arra..!!" Ucapnya sambil memelukku.
Aku lega semuanya telah selesai. Aku sebenarnya terkejut dengan pengakuan Dita tadi. Tapi jika aku bertanya lebih dalam takutnya akan menyinggung perasaannya. Mungkin mulai sekarang aku tak hanya harus belajar melepas Gibran, tapi juga Dito. Demi Dita.
BUDAYAKAN VOTE DAN COMMENT.
FOLLOW ME :)
KAMU SEDANG MEMBACA
Hati Ini Juga Milikmu
Roman pour Adolescents[SELESAI] Tak pernah kutemukan seorang yang membuatku nyaman selain dirimu. Kekuranganmu membuatku terus ingin menjagamu. Ku hiraukan semua cacian dan hinaan hanya untukmu. Jadi tetaplah hidup meskipun diriku tak lagi bersamamu...