"Menemui kenyataan yang selama ini terpendam. Menjawab semua yang selama ini menjadi pertanyaan."
ALDITO POV
3 hari berlalu setelah insiden itu terjadi. Semuanya masih terekam jelas di otakku. Arra yang bersimpuh di depan rumah bajingan itu sambil menangis. Tubuhnya harus merasakan basah dan dinginnya hujan waktu itu. Sungguh aku tak akan pernah melupakan semua memori itu. Lihat apa yang akan aku lakukan padamu Gibran.
"Aduh.. maaf nak."
Aku merasakan ada yang menabrakku dari belakang.
"Maafin tante ya. Tadi tante nggak lihat kamu." Ucapnya lagi setelah mengambil tasnya yang jatuh karena menabrakku.
"Nggak papa kok tante. Tante mau kemana? Cari siapa?"
"Saya mau ke kantor. Mau ngasih surat izin untuk anak saya. Dia lagi sakit." Ucapnya sambil tersenyum simpul.
"Oh.. mari saya antar."
"Oh ya, terima kasih."
Aku berjalan beriringan dengan wanita paruh baya itu. Wajahnya melukiskan kekhawatiran. Perasaan gelisah begitu terpancar karena sedari tadi dia memainkan jarinya sambil menatap ke sembarang arah.
Kami sampai di depan ruangan bertuliskan Teacher Room.
"Udah sampai tan."
"Oh ya ya terima kasih nak."
"Emm tante, kalau boleh tau siapa nama anak tante? Dia dari kelas apa?"
"Oh ya. Anak nama anak tante Gibran. Dia dari kelas 11 Ipa 5. Dia sudah sakit kurang lebih 3 minggu ini." Ucapnya sambil tersenyum kecut.
Aku membelalakkan mataku kaget. Ternyata wanita paruh baya ini adalah mamanya Gibran.
"Kamu kenal?" Tanyanya.
"Hah? Oh iya tante. Saya temannya. Beda kelas sih."
"Oh.. Gibran di rawat di rumah sakit. Dia harus kemoterapi. 2 minggu yang lalu dia masih ragu untuk melakukannya. Tapi karena kondisinya semakin memburuk mau tidak mau harus di kemoterapi. Kamu tau kan Gibran sakit kanker hati?"
Aku mengangguk.
"Doakan dia supaya cepat sembuh ya." Ucapnya sambil menepuk pundakku lalu bergegas masuk ke dalam kantor guru.
Aku tertegun mendengar kabar ini. Sungguh aku tidak menyangka akan seperti ini dan secepat ini. Aku tak bisa membayangkan bagaimana perasaan Arra ketika mendengar kabar ini.
Aku berlari menuju kelas Arra. Aku ingin menyampaikan kabar ini secepatnya. Aku tak perduli dengan apa yang akan terjadi nanti. Selanjutnya terserah yang Maha Pengatur segala.
"Ra!!" Teriakku saat melihat cewek itu hampir pergi dari kelasnya.
Aku berusaha mengatur nafasku.
"Pelan pelan Dit." Ucapnya sambil mengelus punggungku.
"Ra. Lo harus ikut gue!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Hati Ini Juga Milikmu
Novela Juvenil[SELESAI] Tak pernah kutemukan seorang yang membuatku nyaman selain dirimu. Kekuranganmu membuatku terus ingin menjagamu. Ku hiraukan semua cacian dan hinaan hanya untukmu. Jadi tetaplah hidup meskipun diriku tak lagi bersamamu...