35. Promise

55 3 0
                                    

"Bersama mengukir janji, denganmu."

Langit menampakkan awan berwarna abu-abu. Tanda sebentar lagi akan turun buliran bening dari langit. Di sebuah ayunan bercat pelangi terdapat 2 insan yang tengah bercanda ria. Mereka sama-sama tak menyadari keadaan langit waktu itu.

ZAHRA POV

Aku menatap lekat cowok di depanku. Dia juga ikut menatapku tepat di kedua kornea mataku. Aku tersenyum melihat dia yang terlihat begitu manis saat menatapku seperti itu.

"Apasih liat-liat?"

"Kamu juga lihatin aku."

Aku memutar mataku sambil tersenyum simpul. "Oh, nggak suka ya kalo di lihatin sama pacar?"

"Siapa bilang?"

"Kamu."

Raut wajah Gibran berubah. "Coba liat atas deh Ra."

"Apa?" Ucapku sambil melihat ke atas mengikuti arah mata Gibran.

Sedetik kemudian ku rasakan tetesan bening yang jatuh dari langit. Hujan.

Gibran menggenggam tanganku lembut dan menarikku berlari untuk mengikutinya. Aku berlari di belakang Gibran sambil menutupi puncak kepalaku dengan tangan kananku, karena tangan kiri ku kini sedang bertautan dengan tangan hangat Gibran. Sungguh aku berharap agar Tuhan menghentikan detik ini agar aku bisa merasakannya lebih lama.

Aku menggosok-gosokkan kedua telapak tanganku karena hawa dingin mulai menusuk kedalam pori-pori kulitku. Gibran melepas jaketnya lalu memakaikannya kepadaku.

"Thanks."

"Nggak masalah. Asalkan lo nggak jadi es batu aja disini."

Aku memukul lengan Gibran pelan. "Ngaco!"

"Hahaha.. Serius. Kamu gini aja berat apalagi kalo jadi es, makin encok dong aku kalo disuruh gendong kamu."

Aku memanyunkan bibirku hingga terlihat seperti anak kecil yang permennya berhasil di rebut oleh orang lain.

"Jahat."

"Udah deh nggak usah ngambek lagi. Nggak seru tauk kalo kamu ngambek. Rasanya kayak waktu nggak ngasih kesempatan buat aku menghirup oksigen lagi karena keteteran bujukin kamu biar nggak ngambek lagi, hehe.."

"Lebay ah. Tapi asik juga punya pacar lebay, berasa kek ada manis-manisnya gitu."

"Yee.. korban iklan." Ucapnya sambil menjitak kepalaku pelan.

Disini kami, di teras ruko yang sudah sepi penghuni. Hanya kami berdua menanti redanya hujan yang cukup deras hingga membuat kami sedikit kebasahan meski sudah meneduh. Jalanan mulai padat kendaraan. Hari juga semakin gelap. Tapi rasanya aku tak ingin pergi dari tempat ini sekarang. Aku masih ingin menikmati indahnya berdua dengan pacar di bawah hujan. Aku bahkan membayangkan kejadian romantis apa yang kemungkinan akan terjadi.

"Ra!" Panggilan Gibran mengejutkanku dari lamunanku.

"Ha?"

Hati Ini Juga MilikmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang