43. Titipan

112 4 2
                                    

"Pada dasarnya semua pasti akan kembali kepadaNya."


ALDITO POV

Tubuhku rasanya seperti dihantam oleh ribuan beton. Begitu hancur dan sakit. Melihat dia yang sekarang sedang tengah berada di tengah-tengah hidup dan mati.

Arra mengalami koma. Dia mengalami kecelakaan yang sangat parah hingga membuatnya kehilangan banyak darah. Beberapa bagian tubuhnya mengalami patah tulang. Jika ia sembuh pun dia tak akan bisa menjalani kehidupannya seperti biasanya lagi.

Begitu banyak alat bantu yang terpasang ditubuh mungilnya. Dokter bilang jika dia membuka matanya dan kembali pulih, maka itu adalah sebuah keajaiban yang sangat luar biasa. Itu artinya, tanpa semua alat itu sebenarnya Arra sudah tidak dapat bertahan lagi.

Aku sangat menyesal. Menyesal karena semua tak berakhir dengan baik. Bahkan sebelumnya pun kami dalam keadaan saling diam. Jika aku bisa kembali ke masa lalu, maka aku ingin sekali menggantikan Arra yang pada saat itu turun untuk membeli bunga lalu tubuhku yang akan di hantam oleh truk itu.

"Ini semua adalah kehendak Tuhan. Kamu tidak perlu terus menerus merasa bersalah." Ucap Revian sambil menepuk pundakku.

"Maafkan aku. Aku tidak bisa menjaga adikmu dengan baik."

Revian mengusap air matanya. "Kau adalah kakak kedua bagi Arra. Kau yang selama ini menggantikan posisiku disaat aku sibuk. Dirimu telah berhasil menjadi kakak terbaik untuknya. Tidak seperti aku yang selalu sibuk dengan urusan sekolahku dan jarang ada waktu untuknya."

Aku menenggelamkan kepalaku dalam-dalam. Begitu sakit rasanya. Dulu saat aku berkata aku menyukainya dan dia menolaknya lalu merelakanku bersama dengan sahabatnya karena dia tau sahabatnya sangat mencintaiku. Tapi, aku malah menolaknya, aku memarahinya atas pengorbanan yang ia lakukan. Aku bahkan menyalahkan orang lain dan merusak semua hubungan persahabatan yang telah Arra bangun mati-matian.

Revian bilang aku kakak kedua bagi Arra setelah dirinya. Tapi bagiku, aku tak lebih dari seorang perusak di kehidupannya.

"Nak Dito. Sudahlah jangan menangisi apa yang telah menjadi takdir dariNya. Kita hanya perlu berdoa yang terbaik untuk Arra." Kata mama Arra.

Aku menangguk lalu berjalan pergi meninggalkan ruangan Arra.

DITA POV

Bruk..

"Maaf aku tidak sengaja. Aku sedang terburu-buru" Kataku sambil melihat seseorang yang baru saja ku tabrak.

Aku terkejut melihat siapa yang baru saja ku tabrak. Matanya begitu sembab dan dia menatapku dengan tatapan aneh.

"Dito..." Sapaku.

Dia berjalan melewatiku begitu saja saat aku menyapanya. Masih terasa sakit saat dia memperlakukanku sama seperti sebelumnya. Andai saja aku tidak pernah mencintainya, maka takkan pernah ada pihak yang tersakiti.

"Bagaimana keadaannya tante?"

"Dia koma." Jawab Revian yang masih memeluk mamanya yang tengah menangis.

Tubuhku lemas seketika. Aku tidak habis pikir bagaimana bisa Arra mau melakukan semua ini. Dia harus membayar semua hal yang tidak ia perbuat bahkan tidak ada kembaliannya. Pertama dia mati-matian mencoba menyatukan aku dengan Dito sampai dia harus berpura-pura menjadikan Dito sebagai musuhnya. Dan sekarang dia juga mau mengorbankan nyawanya demi seseorang yang bahkan telah membencinya.

"Tante.. Tan, gimana?? Gimana dengan Arra? Dia nggak papa kan Tan?" Tanya Risma yang tiba-tiba datang bersama dengan Yovan.

"Tante Arra nggak papa kan? Kak Revian? Dit? Kenapa semua diem sih!"

Hati Ini Juga MilikmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang