keenam

571 41 0
                                    

"Kara! Tunggu,"ucapnya sambil menarik tanganku.

"Lo marah ya sama gua?"lanjutnya

"Maaf ya tadi udah dicuekin, lo mau kan maafin gua?"ujarnya meminta maaf.

"Nggak papa kali, lo nggak salah kok sandal jepit. Emang gua tadi lagi nggak mood jadinya gua pergi, santai aja kali,"ucapku menjelaskan

"Oh kalo gitu mau nggak gua traktir pentol goreng?"bujuknya

"Nggak lah lain kali aja gua lagi nggak nafsu makan,"tolakku

"Yah kalo gitu kalo ngegame gimana?"ajaknya

"Ya udah lah kalo maksa tapi bentar doang ya,"jawabku.

"Iya iya kalo gitu let's go,"ujarnya suringah sambil menarik tanganku.

Sampai disana,

"Bentar ya gua beli koin dulu,"ucapnya sambil meninggalkanku.

"Iya gua tunggu sini,"jawabku.

Entah kenapa dia malah kembali menghampiriku

"Ra gua pinjem uang lo dulu yak! Gua lupa nggak bawa uang, sorry ya,"ujarnya dengan wajah tanpa dosa.

Aku menghela napas berat. "Ya udah nih,"ucapku sambil menyodorkan uang 20rb.

"Udah yuk kita main,"ajaknya

"Lo mau karoke nggak?"tanyanya

"Nggak ah yang lain aja,"ucapku dengan nada malas.

"Kalo yang ini, eh jangan yang ini aja, eh yang ini jelek, ini aja dah,
Ato yang ini nih bagus,et-,"ucapnya sambil menarik narik tangan ku tetapi tetapi aku terhenti dan membuatnya ikut terhenti juga.

"Kenapa ra lo bosan ya? Lo nggak mau main, y audah deh kalo gitu kita pulang aja,"ucapnya merasa bersalah.

"Nggak gitu, gua cuma pingin ketenangan aja, disini ramai, gimana kita cari tempat yang lebih sepi?"tawarku padanya.

"Oh ya udah kita ke taman aja?"ajaknya

"Lha trus koinnya gimana?"tanyanya oon

"Ya udah simpen aja buat main kapan kapan,"jawabku.

Sampai di taman,

"Ra lo bosen ya temenan sama gua?"ucapan itu terlontar dari mulutnya yang sontak membuatku tertegun.

"Maksudnya?"tanyaku oon.

"Ra gua mau ngomong serius sama lo,"ujarnya dengan muka serius.

"Ngomong apa?"tanyaku heran

"Lo itu jelek,"ujarnya dengan nada mengejek. Dan langsung membuatnya ngakak.

Aku hanya bisa memasang wajah manyun.

"Ya udah gua pergi nih,"ancamku sambil berdiri.

"Eh tunggu gua cuma bercanda taplak meja,"teriaknya.

Tapi aku tak menanggapinya dan aku berlanjut meninggalkannya.

"Kara gua cinta lo,"teriaknya

Deg'

"Apa? Dia barusan bilang gitu ato gua yang salah denger?"gumamku.

Tetapi aku terus berlari. Tanpa menghiraukannya.

Aku menunggu ada sebuah angkot yang datang.

Sampai di rumah,

"Assalamu'alaikum buk,"ucapku dengan gontai.

Aku merbahkan diriku ke kasur. Menatap langit langit kamarku. Dan berusaha mengingat kejadian yang membuat jantungku berdebar tak henti hentinya.

"Ah mungkin saja aku salah dengar,"gumamku

Tok tok tok..

"Kak kara,"panggil nya lembut.

"Masuk,"jawabku.

"Eh dek kiki kapan pulang?"tanyaku.

"Ya ampun adeknya pulang masa nggak tau, udah tadi pagi,"ucapnya.

"Hehe ya udah sini kakak peluk, kakak kangen pingin nyubit kamu,"ucapku gemes.

Sebenarnya adikku tinggal dan sekolah si pondok pesantren. Ayahku memasukkannya dengan alasan bahwa ia seorang laki laki jadi ia akan jadi seorang pemimpin dan harus bisa memimpin keluarga dengan bener. Dan alasannya aku tidak dimasukkan ponpes karena udah terlanjur masuk SMA.

Adikku ini ya panggil aja Rizky yang kini kelas VI SMP ini memelukku erat. Dan aku membalasnya. Hingga akhirnya aku malah mencubit pipinya karena sudah lama aku tak mencubit pipinya. Dan dia membalas mencubitku. Akhirnya kita saling cubit cubitan

"Jadi gimana dek, tinggal di ponpes enak nggak? Temen temenmu gimana?"tanyaku penasaran.

"Enak banget kak, bahkan setiap hari disana makannya enak enak, kadang ikan nila,daging sapi, kakap,kerang, pokokknya menggoda iman deh kak. Dan temen temennya juga seru seru,"ungkapnya yang membuatku tertegun.

"Gila nih, gua yang di rumah aja lebih menderita, suruh masak sendiri, dan apa apa sendiri. Hidup lo enak banget sih dek gua juga mau kali,"batinku

"Oh bagus deh kalo gitu. Berarti kamu nggak rindu sama rumah nih?"ujarku

"Ya bukannya gitu aku mah juga kangen banget sama rumah. Sama ayah, ibu, bibi. Tapi kalo kak kara kagak,"ucapnya yang membutnya ngakak

"Ih jahat ama kakaknya sendiri nggak kangen,"ucapku manyun.

"Kiki, kara buruan makan!"panggil ibu

"Ya udah ya kak kiki ke ruang makan dulu, kakak buruan mandi banunya udah abis nyemplung dari got tuh,"ujarnya sambil menertawakanku.

"Kamu tuh masih sama aja. Kiki yang super dupel nyebelin,"ucapku sambil melemparkan bantal.

"Hahaha,"tawanya

"Ya udah sana buruan mandi entar keburu makanannnya aku habisin semua lo,"ucapnya meninggalkanku.

"Ih dasar. Kamu tuh masih nyebelin aja kek dulu,"gumamku

Selesai mandi dan sholat maghrib, aku langsung beranjak untuk makan.

"Lo makanannya mana buk? Tanyaku heran

"Haha udah dihabisin adikmu tercintah. Lha abis kamu kelamaan sih. Tuh disana masih ada tempe ama tahu,"ucap ibu

"Haha kasian yang sabar ya kak kara,"ejek si kiki.

"Awas ya kau!"ancamku.

"Eh udah udah ayah mau nonton bola nih. Jangan berisik. Udah kara buruan sana masak. Ayak titip kopi panas satu ya,"ucap ayah.

"Eh ya kak aku juga titip es coklat kocok kesukaanku,"sahut kik yang membuat aku serasa ingin menendangnya keluar pintu.

"Nggak ng-"ucapku dipotong oleh ibuk.

"Eh kamu nggak kasian adikmu baru pulang dari pondok. Masa bikinin es buat adiknya nggak mau,"ucap ibu.

"Ye udah iye,"jawabku dengan terpaksa.

Akhirnya mau tidak mau aku segera ke dapur buat masak dan bikin pesanan mereka. Lama kelamaan aku merasa aku ini seorang babu yang dimanfaatkan oleh keluargaku sendiri.

Selesai makan aku kembali ke kamar. Malam ini adalah malam minggu. Dan aku tidak tahu harus berbuat apa. Jadi aku putuskan untuk tidur.

Oke guys makasih udah baca!

Please vote and comment.

Jangan lupa follow aku juga

Maksih buat yang
Udah setia baca
Para followersku juga

HAPPY READING!😊

CINTA YANG TAK TERDUGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang