Jam menunjukkan pukul 4 tepat dan langit masih gelap. Ya, ini adalah jam 4 pagi dini hari. Yoo Jung sudah duduk di depan meja rias dengan gaun pengantin putih yang sederhana. Gadis itu sedang menangis. Masih saja keras kepala menolak pernikahan ini. Sang penata rias tak dapat merias wajahnya bila Yoo Jung terus-terusan menangis. Akhirnya sang penata rias keluar dari ruangan itu dengan kebingungan. Ia berlari ke ruangan Jimin dan mengajak Jimin untuk ke ruangan Yoo Jung.
Kriet!
Pintu ruangan Yoo Jung terbuka dan masuklah kedua orang itu, Jimin dan penata rias. Sang Penata Rias tetap berdiri membelakangi pintu ruangan itu, memperhatikan Jimin yang mendekati Yoo Jung. Ya, Jimin terus berjalan lurus mendekati Yoo Jung. Wajah Jimin mendekati wajah gadis itu sambil tersenyum."Yya! Jangan dekat-dekat!" Seru Yoo Jung.
Jimin menjauhkan tubuhnya dan masih tersenyum. Laki-laki itu menatap Yoo Jung dalam-dalam, sudah siap mendengar keluhan gadis itu. "Sebenarnya kenapa kamu menangis?" Tanya Jimin.
Apa-apaan ini? Gaya berbicaranya berubah, jijik sekali. Batin Yoo Jung.
"Yya! Pokoknya aku tak mau memakai riasan tebal seperti orang-orang menikah lainnya, aku masih muda, kau saja yang pakai! Lalu aku tak mau mengenakan lensa mata ini, mataku sudah indah tanpa benda itu, kau saja yang pakai! Satu lagi, aku tak mau pakai sepatu ini, kau saja yang pakai." Yoo Jung yang sudah marah-marah namun wajah Jimin masih saja tersenyum.
Wajah Jimin kembali mendekati wajah Yoo Jung. Benar-benar dekat hingga si Penata Rias sudah bersiap-siap menutup matanya walaupun sela-sela jarinya terbuka. Mata Yoo Jung masih terbuka dan terus menatap mata Jimin seperti menantangnya.
"Mwo?! Ada apa?" Kata Yoo Jung lalu mendorong tubuh Jimin.
"Oke, mata kamu tak perlu pakai kontak lensa lagi, matamu lumayan indah. Kamu juga tak perlu pakai sepatu itu. Oh iya satu lagi, jangan rias wajahnya tebal-tebal ya." Ucap Jimin sambil tersenyum pada Yoo Jung dan juga si Penata Rias.
"Lalu aku harus pakai sepatu apa?" Tanya Yoo Jung.
"Sneakers itu." Jimin menunjuk sepatu yang berada di pojok tembok ruangan. "Pakai itu saja, pasti tak kelihatan."
~~~
Acara pernikahan akhirnya dimulai. Yoo Jung menggenggam tangan Ayahnya. Jimin sudah berdiri di depan altar seperti sedang menunggu Yoo Jung dan mereka jalan ke hadapan altar bersama.
Lalu sampailah mereka pada janji pernikahan mereka. Jimin telah mengucapkannya dan kini giliran Yoo Jung mengulanginya. Gadis yang berhadapan dengan Jimin itu kini sedang menatap tulisan janji itu dengan sangat serius. Terlihat kelopak matanya telah menampung banyak air mata. Bibirnya bergetar.
Jimin menyadari itu. Dia segera mengelus bahu Yoo Jung. Saat itu juga gadis di hadapannya meneteskan air matanya dan mengucapkan janji pernikahan itu.
Setelah itu adalah cium kudus. Dari raut wajah Yoo Jung, Jimin tahu kalau gadis itu benar-benar menolak pernikahan ini. Jimin pun menyentuh rahang Yoo Jung dan mencium kening Yoo Jung. Ya, saat itupun orang-orang saling berbisik menanyakan 'mengapa mencium di kening?'. Mereka berdua mendengar itu.
Yoo Jung menatap mata Jimin.
"Gwenchana." Ucap Jimin sambil tersenyum.
Masa bodoh dengan apapun yang dikatakan orang-orang, mereka tak tahu apa yang dirasakan oleh Yoo Jung dan mungkin dirasakan juga oleh Jimin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Be My Forever
Fanfiction1st fanfiction from necklays (16+) Keduanya telah menikah di usia muda karena janji dari kedua kakek mereka yang telah bersahabat dari kecil hingga sekarang. Tidak pernah bertemu dan sekarang akan menikah?