Setelah berjalan menaiki tanjakan. Akhirnya Yoo Jung keluar dari basement itu. Ia hendak berjalan namun suara knalpot motor yang keras mengejutkannya. Itu adalah motor Jimin. Laki-laki yang mengendarai motor itu tertawa terbahak-bahak. Tapi Yoo Jung hanya diam dan kembali berjalan tidak menghiraukan Jimin.
"Yya, Yoo Jung-ah. Ayo cepat naik. Kujamin kau takkan jatuh." Kata Jimin yang sekarang sudah ada di samping Yoo Jung.
"Kau tidak akan jatuh ataupun telat asal kau berpegangan denganku." Tambah Jimin.
"Tak jadi. Aku tidak mau berpegangan denganmu."
"Ya sudahlah terserah bagaimana caranya."
Setelah melihat angka di jam tangannya. Yoo Jung tidak menolak itu. Menaiki motor dan diantar Jimin menjadi pilihannya.
"Ayo jalan." Yoo Jung hanya berpegangan pada besi di belakang bokongnya.
Jimin memindahkan tasnya di punggungnya.
"Peluk."
"Shireo."
"Ya sudah terserah kau."
Jimin menjalankan motornya. Kecepatannya belum penuh karena masih di area apartemen. Namun berbeda di jalan raya. Ia menepikan motornya.
"Peluk."
"Shireo."
Jimin langsung menarik tangan Yoo Jung ke pinggangnya.
"Aku mengebut agar kau tidak telat. Jadi, peluk aku."
Yoo Jung diam dan hanya menuruti kata Jimin. Memeluknya.
"Jangan terlalu kencang." Bisik Yoo Jung.
"Peluk aku." Jimin menambah kecepatan motornya. Motor itu melaju dengan kencang di tengah-tengah jalan raya yang untungnya tidak macet.
Ditengah jalan itu, Yoo Jung kembali meneteskan air matanya. Iapun mengelapnya di punggung Jimin.
Jimin melihat gadis itu menangis dari kaca spion dan ia sadar sampai sekarang gadis yang sedang memeluknya ini belum menerima kenyataan bahwa dia sudah menikah.
Jimin melepaskan tangan kirinya dari stang motor dan mengelus tangan Yoo Jung yang ada di perutnya.
"Jimin-ah, berhenti mengelus tanganku atau kupukul kepalamu nanti?" Lirihnya tapi tetap saja diindahkan oleh Jimin, ia tetep mengelus punggung tangan Yoo Jung.
Gadis dibelakangnya hanya berusaha menahan tangisnya.
~~~
Sampailah mereka di depan gerbang sekolah Yoo Jung. Gadis itu melepaskan pelukannya dan turun dari motor.
"Yya, tadi kau menangis?" Tanya Jimin tanpa menatap Yoo Jung sama sekali.
"Anyeo." Jawab Yoo Jung singkat.
"Jangan menangis lagi di sekolah." Kata Jimin tapi Yoo Jung hanya diam. "Kalau begitu aku jalan."
Jimin telah mengantarkan Yoo Jung dan gadis itupun tak telat, hanya 2 menit tersisa hingga pukul 07:30.
Lalu ia kembali menjalankan motornya ke sekolahnya.~~~
Yoo Jung POV
Setelah turun dari motor itu, aku terkejut dia tahu kalau aku menangis. Apa dia merasa kalau punggungnya basah? Zzz.. Aku jadi penasaran. Aku juga bertanya-tanya, kenapa dia mengelus tanganku?
KAMU SEDANG MEMBACA
Be My Forever
Fanfic1st fanfiction from necklays (16+) Keduanya telah menikah di usia muda karena janji dari kedua kakek mereka yang telah bersahabat dari kecil hingga sekarang. Tidak pernah bertemu dan sekarang akan menikah?