Jimin dan aku baru saja pulang sekolah dan kini kita sudah memasuki apartemen. Tiba-tiba Jimin berjongkok dan membukakan tali sepatunya dan tali sepatuku. Membuatku bingung dan heran. Kenapa rasa peduli Jimiin semakin meningkat hingga membukakan tali sepatuku? Aneh.
Lalu ia berdiri sambil tersenyum dan menatapku. Benar-benar membuat rasa heranku semakin bertambah. Tanpa ba-bi-bu, ia langsung menempelkan bibirnya tepat di bibirku. Melumatnya dan terus menciumi bibirku dengan sangat ganas. Aku terus menutup bibirku rapat-rapat, tidak memberikan celah baginya untuk meneruskan ciumannya itu.
Tak lama, Jimin melepas bibirnya itu dari bibirku. Kini ia hanya menjilati bibirku. Aku yang sedari tadi diam membeku, sekarang dapat mendorongnya.
"Jimin-ah, kau kenapa?!" Tanyaku dengan mata yang berkaca-kaca ketakutan dengannya.
Tapi dia tidak menghiraukan kata-kataku, ia langsung menarik tanganku untuk memasuki kamarku. Tangannya sangat kencang menggenggam tanganku membuat aku menjadi ketakutan sendiri tapi aku tidak dapat menahan diriku karena kekuatannya lebih besar dari kekuatanku.
Dia melepaskan tasku dan tasnya lalu dilempar di sembarang tempat lalu mendorongku hingga terlentang di tempat tidur itu. Aku menutup mulutku dengan kedua tanganku. Lalu perlahan badannya menurun mendekatiku.
Kaki kananku menaiki tempat tidur pelahan untuk menahan tubuhnya agar tidak mendekatiku tapi percuma saja, ia memiringkan badannya dan semakin menyondongkan badannya ke bawah.
Mataku hanya menatapi matanya saja. Ini bukan Jimin. Tatapan matanya berbeda saat menatapku.
"Kau baik-baik saja?! Kau mabuk ya?!" Tanyaku dan saat itu juga dia ambruk tepat diatas badanku dan menimpaku.
-----------------------------------
Yoo Jung terbangun dari tidurnya. Ia langsung membuka slayer yang menutupi wajahnya lalu menghadap wajah Jimin pelan-pelan. Ia melihat laki-laki itu terlihat sangat kaku bahkan terlalu kaku.
"Jimin-ah, kau baik-baik saja?" Tanya Yoo Jung dan ia merasakan deja vu. Ia langsung menutup matanya.
Hilangkan ingatan sialan ini kumohon! Batin Yoo Jung.
"Ne, gwenchana." Jawab Jimin masih sangat kaku di tempat duduknya.
"Kalau kau sakit, tunggu sebentar ya. Sedikit lagi sampai." Kata Yoo Jung sambil memakaikan slayer miliknya di leher Jimin.
Matanya tertuju pada tanda merah bahkan sangat merah di leher Jimin.
"Siapa yang buat ini?" Tanya Yoo Jung sambil memegangi tanda merah itu.
"Ah. Kau pikir saja sendiri." Ucap Jimin langsung memejamkan matanya.
"Kau jelaskan di apartment nanti." Kata Yoo Jung dengan sangat percaya diri.
~~~
Setelah naik-turun bus di halte. Akhirnya Jimin dan Yoo Jung tiba di halte pemberhentian terakhir yang dekat dengan apartemen mereka. Mereka berdua berjalan menuju apartemen. Tatapan Jimin kosong, tak dapat diartikan oleh Yoo Jung yang sedari tadi memperhatikannya. Membuat Yoo Jung agak jengkel dan penasaran akan kissmark di leher Jimin itu.
"Sebenarnya siapa yang membuat ini?" Tanya Yoo Jung sambil menunjuk tanda merah itu dengan telunjuknya. Jimin tidak menjawab apapun, ia terus berjalan tanpa menghiraukan Yoo Jung.
Karena Jimin tidak menjawab pertanyaan itu, Yoo Jung tak mau bertanya lagi sehingga mereka berjalan dalam keheningan.
Tak sampai dua puluh menit, kini Jimin dan Yoo Jung sudah keluar dari lift dan berjalan ke kamar mereka. Tiba-tiba terlihat enam laki-laki dan satu perempuan yang sudah berjongkok dan menunduk di depan pintu kamar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Be My Forever
Fanfiction1st fanfiction from necklays (16+) Keduanya telah menikah di usia muda karena janji dari kedua kakek mereka yang telah bersahabat dari kecil hingga sekarang. Tidak pernah bertemu dan sekarang akan menikah?