Gadis polos itu tak menyangka dirinya akan terjebak dalam neraka mewah ini. Ia tak habis pikir kenapa dirinya yang hanya gadis biasa dan tak memiliki apa-apa dijadikan tawanan sang tuan muda Gerald Stevano.
Ia menyesal kenapa bisa begitu percaya dengan pesan seorang pria asing yang akan ia temui di taman tak jauh dari rumah pamannya. Ya, semenjak kepergian orang tuanya karena kecelakaan maut ia terpaksa tinggal bersama pamannya yang sangat kasar dan tidak menyayanginya.Hidup Manda benar-benar memprihatinkan bersama istri dan anak pamannya. Ia yakin meski sekarang dirinya disekap dan tidak pulang berhari-hari mereka tidak akan merasa kehilangan. Dan itu membuat Manda semakin pasrah tinggal di neraka ini.
Kenapa Manda bisa dengan mudah mempercayai dan menemui pria asing itu, karena pria itu sudah sering kali menolongnya sejak tiga tahun yang lalu.
Saat ia membutuhkan biaya ujian sekolah tingkat akhir, saat pamannya nyaris kehilangan rumahnya, saat anak pamannya kecelakaan, saat bibinya tertipu puluhan juta, dan masih banyak lagi pertolongan pria misterius itu yang diberikan pada Manda tanpa timbal balik.
Bahkan cara menolongnya pun sangat unik, malam hari pria itu selalu melempar kerikil ke jendela kamar Manda lalu menaruh sebuah amplop berisi uang dan secarik pesan tentang uang yang akan Manda gunakan untuk keperluannya.
Setiap ada masalah keuangan di keluarga pamannya pria misterius itu dengan cepat menolongnya. Manda yakin hidupnya selama tiga tahun ke belakang selalu di awasi oleh pria misterius itu. Manda dibuat sangat penasaran oleh sosoknya.
Hingga suatu saat pria misterius itu memberikan pesan akan menemuinya di sebuah taman yang ternyata cukup sepi di siang hari, namun berujung penyekapan dirinya di mansion mewah don juan.
"Kumohon lepaskan aku, Tuan? Apa salahku sampai Tuan menyekapku?" Manda terus menangis di hadapan pria tampan yang tak dikenalnya.
"Sebenarnya kau tak banyak berbuat salah, hanya saja ... kenapa kau masuk dalam bagiannya" Gerald berteriak dan seketika merobek pakaian Manda tanpa sisa.
"Tidak!" teriakan Manda bagai irama kebahagian ditelinga Gerald. Pria itu tersenyum menang gadis di bawahnya sudah masuk dalam kuasanya. Terus menyentuh, meremas dan mengisap lekuk tubuh Manda tanpa ampun.
Gerald menerobos kewanitaan Manda yang masih virgin tanpa pemanasan lebih dulu menyebabkan rasa yang teramat perih. Manda terus memberontak dan berteriak namun tak sebanding dengan kekuatan Gerald.
Hingga Gerald meluluh lantakkan harga diri Manda dengan puncak gairahnya.
Manda sudah ternoda ... tak ada lagi yang ia persembahkan dari dirinya untuk suaminya kelak. Kesucian yang selama ini ia jaga telah hancur seketika tertelan nafsu binatang Gerald Stevano.
Setelah gairahnya terpuaskan Gerald segera mengenakan pakaiannya lalu meninggalkan Manda tanpa belas kasih.
Manda menangis sejadi-jadinya. Ia berteriak, memaki dengan sumpah serapah meski suaranya nyaris hilang karena pemerkosaan tadi.
"Apa salahku Ya, Tuhan ... apa salahku?"
Tubuh Manda begetar menahan tangisan. Ia melirik seprai yang terdapat bercak darah sebagai pengingat bahwa ia telah kehilangan kesuciannya dan tangisannya pun kembali mengalun pilu.
Tanpa di ketahui gadis itu ada sosok pria tengah memerhatikannya dengan pandangan yang sulit diartikan. Pria itu mengepal tangannya dengan kuat.
Setelah puas menangis Manda mencoba turun dari ranjangnya untuk menuju kamar mandi. Namun saat mulai melangkah ia meringis merasa kesakitan dibagian pangkal pahanya.
"Akh!" Manda kembali terduduk merasakan nyeri. Jemarinya meremas selimut yang menutup tubuh telanjangnya.
Tiba-tiba gadis itu menjerit kecil ketika tubuhnya terangkat melayang oleh seorang pria tampan dengan wajah dingin. Manda semakin mengeratkan simpul selimut agar tak terlepas dari tubuhnya.
Pria itu menurunkannya di atas closet duduk yang tertutup lalu mulai mengisi air hangat di bathtub beserta wewangian sabun cair. Perbuatan pria itu tak lepas dari pengamatan Manda. Ia mengernyit seolah tak asing dengan wajah pria itu.
"Mandilah, setelah ini tubuhmu menjadi lebih segar." lalu pria itu melangkah keluar dan menutup pintu kamar mandi.
Jordy menyandarkan tubuhnya di luar pintu kamar mandi. Matanya terpejam dengan raut wajah yang tersirat kesedihan melihat penderitaan Manda.
Ia segera menuju lemari memilihkan gaun untuk dikenakan gadis itu. Matanya memperhatikan keadaan kamar yang berantakan dengan pakaian berserakan di lantai. Keadaan ranjang yang kusut pun tak luput dari pengawasan mata tajamnya dimana terlihat bercak merah sangat kontras dengan warna seprei putih, bukti sang gadis telah kehilangan mahkota sucinya.
Lalu ia mengeluarkan benda dari saku jasnya, sebuah benda berupa pil kontrasepsi yang diminta Gerald untuk gadis itu.
Sang majikan ingin gadis tawanannya meminumnya rutin karena gadis itu akan selalu dan akan terus menjadi sex slave sampai Gerald bosan dengan sendirinya dan itu membuat Jordy tersenyum kecut memikirkannya.
Cklek
Pintu kamar mandi terbuka dengan langkah sedikit tertatih seorang gadis yang baru saja terenggut masa depannya. Gadis itu hanya mengenakan handuk sebatas paha dan sangat jelas bahu mulusnya terekspose di hadapan Jordy yang membuat pria itu menundukkan kepala dengan susah payah menelan salivanya. Gadis itu sudah tidak peduli lagi menunjukkan tubuhnya.
"Hm, Tuan Gerald memintamu segera meminum pil itu. Aku harap kau menurutinya. Permisi, Nona." Jordy segera keluar tanpa menatap atau pun mendengar jawaban Manda. Sungguh dia tidak sanggup berlama-lama melihat wajah sedihnya. Hatinya terasa nyeri saat matanya bersirobok dengan mata gadis itu yang penuh kesakitan.
Gadis itu menghampiri meja nakas yang terdapat pil sialan. Ia tersenyum miris kembali menelan kenyataan. Tentu saja dia akan dengan senang hati meminumnya. Karena dirinya juga tak menginginkan benih pria bajingan itu bersarang di rahimnya.
.
.
Skip...
Skip...
Skip...
Vote & comment, please....
Follow Ig : aliceweetsz
*11 November 2017
KAMU SEDANG MEMBACA
Slave Love Story ✔
Romance[ PRIVAT acak ] Follow dulu baru baca... Tujuan utamanya hanya satu, menyaksikan kehancuran seseorang yang sangat dibencinya. Seseorang yang telah merebut kebahagiaannya. Sebuah rencana telah tersusun rapi. Namun, apakah takdir mampu merealisasikan...