Seorang pria tampak tergesa-gesa menaiki anak tangga. Sedikit berlari memasuki kamar feminim. Terlihat seorang gadis sedang sibuk dengan buku bacaan. Si pria tanpa basa-basi merebut buku tersebut hingga si gadis tersentak. Keterkejutannya dimanfaatkan pria itu untuk membungkam bibir merah muda yang amat sangat dirindukannya.
"Gerald," desah Manda ketika berhasil mendorong dada bidang pria itu. Tapi hanya sesaat karena Gerald kembali menutupnya dengan bibir mendamba.
"Jangan menolakku," bisik Gerald di sela-sela ciumannya. Sedangkan Manda hanya bisa pasrah dengan jari yang meremas lengan baju Gerald. Ciuman ini terasa lembut namun tetap kuat ketika Gerald memperdalam kulumannya.
"Hhh...." napas keduanya memburu saat pertautan bibir basahnya terlepas. "Aku merindukanmu," bisik Gerald dengan kening menyatu. Ketika Gerlad ingin kembali menyerang, Manda menahannya.
"Kau istirahat saja. Tubuhmu pasti masih lelah selama di pesawat." Manda memasang senyum meski sedikit ragu Gerald menurutinya.
"Kau benar, tubuhku memang masih terasa pegal." Gerald langsung saja menggeser tubuhnya di sisi Manda. Ia juga menarik tubuh Manda untuk tiduran bersamanya.
"A-apa yang kau lakukan? Bukankah kau ingin istirahat?" Manda gelagapan, kini tubuh mungilnya sudah terperangkap dalam tubuh hangat Gerald.
"Sstt ... diamlah. Aku butuh kau. Cara istirahatku memang seperti ini. Jadi, bisakah kau tetap diam dalam dekapanku karena aku benar-benar butuh istirahat," pinta Gerald dengan mata terpejam. "Kecuali kalau kau memang menginginkan sentuhanku. Dengan senang hati aku akan melakukannya. Kurasa tubuhku butuh banyak bergerak di atas tubuhmu." kali ini Gerald membuka matanya menggoda Manda.
Gadis itu mendongakkan wajahnya ingin memaki. "Cup! Sudahlah. Aku lelah."
Manda hanya menunduk setelah menerima kecupan singkat.
Benar, pria itu langsung tertidur. Terasa dari embusan napasnya yang teratur. Tanpa bisa mengelak Manda mengikuti iblis yang kini tampak damai dalam alam mimpi. Ia mulai memejamkan mata yang mulai lelah karena seharian membaca.
🍁🍁🍁
Tubuh Manda menggeliat karena merasa pelukan Gerald semakin mengetat. Wajahnya nyaris terhimpit dada harum Gerald. Sangat perlahan Manda memisahkan tubuhnya. Napasnya begitu lega saat tubuhnya sudah terlepas. Matanya menatap ke arah balkon yang terihat sudah gelap. Ternyata cukup lama mereka tertidur. Manda berjalan keluar merasakan dinginnya angin malam. Tubuhnya membeku saat tangan kokoh memeluknya dari belakang.
"Kenapa tidak membangunkanku? Aku merasa kehilangan saat kau tak ada di sampingku."
Gerald menopang dagunya pada bahu Manda. Menyibak rambut panjang Manda kesamping yang memperlihatkan bulu-bulu halus di tengkuknya. Gerald mengendus-endus hidungnya lalu memberikan kecupan-kecupan kecil disekitar leher dan bahunya.
Manda merinding hingga bulu halus di tengkuknya berdiri merasakan rangsangan dari kelembutan bibir Gerald. Hampir saja lenguhan Manda lolos dari mulutnya. Gerald membalikkan tubuh Manda yang menunduk di hadapannya. Mencoba mengangkat dagu runcingnya kemudian memberikan sebuah kecupan. Manda hanya terdiam.
Jarinya menyisir rambut pajang Manda lalu menyelinap kedalam tengkuk untuk memperdalam isapannya. Gerald tersenyum kecil melihat reaksi Manda yang tampak menikmati saat bibirnya mengulum kuat sambil menjilat. Semakin lama menjadi pagutan liar karena Gerald sangat ingin menghabisi bibir semanis madu yang kini begitu pasrah di mulutnya.
Gerald meraih kedua tangan Manda untuk dikalungkan ke lehernya agar tubuh mereka semakin merapat. Tangannya mulai tidak bisa diam meraba lekuk tubuh Manda. Lidah nakalnya menari-nari mengajak lidah Manda menyambutnya. Gerald tampak tak ingin menyudahi meski Manda mulai kehabisan napas. Pria itu hanya memberi jeda sedikit kemudian membungkamnya lagi dengan begitu brutal. Rambut panjangnya tak lepas dari kegemasan Gerald.
KAMU SEDANG MEMBACA
Slave Love Story ✔
Romance[ PRIVAT acak ] Follow dulu baru baca... Tujuan utamanya hanya satu, menyaksikan kehancuran seseorang yang sangat dibencinya. Seseorang yang telah merebut kebahagiaannya. Sebuah rencana telah tersusun rapi. Namun, apakah takdir mampu merealisasikan...