17

11.7K 748 49
                                    

Perasaan Manda saat ini sangat tidak nyaman. Bagaimana tidak, Gerald mengajaknya ke kantor megahnya. Ia sangat tidak suka dengan pandangan para pegawai lainnya, terutama pegawai wanita. Bahkan sekretaris Gerald cukup terkejut ketika atasannya memasuki ruangan dengan menggandeng seorang gadis muda. Sungguh ini yang pertama kali.

"Kenapa aku dibawa ke sini? Kau tahu sendiri aku tidak dibutuhkan berada di kantor mewahmu." Manda menatap kesal.

"Kalau tidak kubutuhkan untuk apa aku mengajakmu. Pekerjaanku hari ini hanya berdiam diri dimeja sialan itu. Aku ingin kau memberiku semangat. Kau duduk yang manis saja di situ," jawab Gerald santai.

Percuma saja Manda membantah karena pria itu akan semakin menekannya. Ia menyalakan televisi dengan berbagai channel karena sangat tidak menarik dengan tontonan yang ditampilkan. Gerald memperhatikan dengan mengulum senyum. Ia ingin mengganggunya tapi diurungkan karena ia ingin menyelesaikan semua urusan dalam berkas yang kini menumpuk di meja.

Manda tersadar, setibanya di kantor sejak tadi ia tidak melihat keberadaan Jordy. Ia menggigit bibir bawahnya sambil berpikir. Kemanakah pria dingin itu? Lalu di manakah letak meja kerjanya?

"Kau sengaja menggigit bibirmu agar aku menyambutnya begitu, hem?" Gerald menatap penuh minat pada bibir merekah Manda.

Manda hanya memutar malas bola matanya. Iblis sialan yang selalu saja mesum. Manda mulai tak bisa diam. Ia sudah membaca berbagai jenis majalah tapi tetap saja dirinya merasa sangat bosan berada di ruangan kerja eksklusif Gerald.

Gerald mulai gemas, akhirnya ia memutuskan untuk berdiri dan mengabaikan pekerjaannya. Menikmati kemolekan tubuh Manda sejenak itu sangat menyenangkan.

"A-apa yang --" belum sempat Manda menyelesaikan kalimatnya Gerald sudah lebih dulu meraup bibir ranum Manda. Gadis itu sangat terkejut. Ia memukul-mukul dada bidang Gerald tapi diabaikan. Manda ingin berteriak justru dimanfaatkan lidah Gerald menyeruak masuk membelit lidahnya. Manda masih bersikukuh menolak ciuman Gerald meski pria itu sangat menggebu mencumbunya. Seperti biasa tangannya tak pernah bisa diam. Tangan nakal itu selalu menyelinap masuk dari bawah gaun yang Manda pakai.

"Bagaimana meeting hari ini, apa kau sudah me-- oopss, sorry!!!"

Gerald mengumpat kesal karena kegiatan intimnya terganggu. Sedangkan Manda bersyukur bisa lepas dari terkaman harimau lapar. Tapi saat ia melihat siapa yang datang. Tubuhnya membeku. Manda menunduk dalam menyembunyikan wajahnya yang memerah malu.

Jordy ingin segera keluar tapi dicegah oleh Gerald. "Kau tunggu saja di sini. Hanya sebentar, aku belum membacanya." Gerald mulai serius membaca sebuah berkas. Ekor matanya melihat Jordy yang masih kaku berdiri di ambang pintu. "Kau duduklah di sana. Aku butuh sepuluh menit untuk memeriksanya."

Perlahan Jordy mendekati sofa yang kini ada seorang gadis dengan sikap gelisahnya. Tak ada yang tahu saat ini jantung Manda begitu cepat berdetak. Ketika ia menyadari posisi Jordy tepat di hadapannya, perasaan Manda semakin menciut. Jordy segera mengalihkan tatapannya dengan meraih ponsel dari sakunya. Ia mulai sibuk dengan benda pipih itu. Tapi tetap saja matanya tak melewatkan pemandangan indah gadis pujaannya. Jordy mengetahui sang gadis baru saja bercumbu dengan Tuannya. Tapi hatinya mencoba menepis meski rasa cemburu itu tetap ada.

Gerald memperhatikan kedua insan yang saling terdiam. Bibirnya mengukir senyum mengejek. "Jordy, kau antarkan Manda pulang sekarang. Tuan Alan sedang menuju ke sini ingin berdiskusi masalah tender." Gerald berdiri menghampiri mereka.

Gerald melihat kecemasan Manda dari cara gadis itu memainkan jarinya. Jordy memalingkan wajahnya ketika Gerald mendekati Manda kemudian berbisik sesuatu yang tidak Jordy dengar. Namun ia tahu gadis itu mendorong kuat tubuh Gerald karena mencium lehernya.

Slave Love Story ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang