Jordy segera menarik Berly menjauhi Manda. "Kau gila. Kalau sampai dia tahu bagaimana?" Jordy meremas rambutnya. Wajahnya tampak kalut sekali.
Berly begitu senang melihat reaksi Jordy yang seperti itu. Karena biasanya pria itu selalu memasang wajah datar membuat Berly sebal melayani syahwatnya. "Justru lebih baik dia tahu. Apa lagi sampai rela kau tiduri. Jadi kau tak perlu berfantasi lagi."
"Dia bukan gadis seperti itu."
"Apa bedanya? Jadi hanya Gerald yang boleh menidurinya? Come on, kau pun tidak masalah. Sepertinya gadis itu juga sedikit ada ketertarikan padamu. Tak ada salahnya mencoba," bujuk Berly.
"Tidak semudah itu. Kau tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Sudahlah, aku tak ingin dia curiga karena terlalu lama berbicara denganmu. Ingat, jangan mengucapkan hal aneh tadi lagi," ancam Jordy. Ia segera menghampiri Manda.
"Maaf, sudah membuatmu menunggu," ucap Jordy kemudian mulai bersiap menyantap makanan yang sudah dibawakan pramusaji.
"Aku ikut gabung tidak apa-apa, Manda?" tanya Berly dengan mimik merasa tidak enak.
"Tidak apa-apa. Kau juga temannya Jordy. Aku tidak keberatan. Kebetulan makanan yang kami pesan juga banyak." Manda tersenyum ramah.
Merekapun makan dengan begitu serius. Manda lebih banyak diam karena Berly begitu akrab dengan Jordy. Jujur, wanita itu sangatlah menyenangkan. Meski Jordy tampak malas meladeninya Berly tetap saja mengganggunya. Manda tersenyum kecil melihat keakraban mereka.
"Aku permisi sebentar ke toilet," pamit Manda kemudian berlalu setelah menerima anggukan dua orang itu.
Berly menadahkan tangannya. "Ok, kau berani bayar berapa untuk rahasia ini?"
"Aku akan mentransfernya."
"Tapi saat ini ada barang yang sedang ku inginkan," rengek Berly.
Dengan malas Jordy mengeluarkan Credit Card lalu memberikannya pada Berly. "Pakailah sesuai kebutuhanmu." Tiba-tiba saja ponsel Jordy bersuara. Jordy menjauh untuk menerima panggilan teleponnya.
Kini hanya Berly yang ada dimeja makan. Wanita itu tampak mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya. Ia mulai memasukan serbuk kedalam orange juice milik Manda lalu mengaduknya cepat. Berly bernapas lega saat Jordy kembali pekerjaannya sudah berhasil. Dan Kini Manda juga sudah kembali ketempatnya.
"Sepertinya aku harus pergi. Ada seseorang yang sedang menungguku. Terima kasih, Jordy kau sudah mengijinkanku bergabung." Berly mencondongkan wajahnya ingin mengecup pipinya tapi Jordy menolak. "Setelah ini kau akan berterima kasih padaku," bisik Berly dengan terkekeh. Ia menepuk-nepuk rahang kokoh Jordy lantas berdiri menatap Manda. "Senang berkenalan denganmu, Manda."
"Aku juga senang mengenalmu, Berly," jawab Manda tulus.
Jordy mulai bernapas lega setelah kepergian Berly. Manda tersenyum melihat punggung mulus yang semakin menjauh keluar restoran. "Ternyata wanitamu sangat menyenangkan." Manda menyesap orange juice sampai tandas karena begitu dahaga.
"Sudah pernah kukatakan, dia bukan wanitaku," desis Jordy kesal.
"Oya, lantas kenapa tadi di mall kau mengatakan aku wanitamu."
Deg
"I-itu hanya jawaban asal agar pria tadi lebih hati-hati. Lagi pula kalau kubilang kau adikku, pasti mereka menertawakan kita karena tidak mirip. Jadi kukatakan begitu saja. Sudahlah, Aku tidak ingin lagi membahasnya," kilah Jordy.
Mereka berjalan keluar menuju mobil untuk melanjutkan kembali kebebasan Manda hari ini. Ketika Jordy ingin menjalankan kendaraannya ia melihat ada yang aneh dengan tingkah Manda. "Ada apa denganmu? Kenapa gelisah seperti itu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Slave Love Story ✔
Romansa[ PRIVAT acak ] Follow dulu baru baca... Tujuan utamanya hanya satu, menyaksikan kehancuran seseorang yang sangat dibencinya. Seseorang yang telah merebut kebahagiaannya. Sebuah rencana telah tersusun rapi. Namun, apakah takdir mampu merealisasikan...