Manda terbangun setelah matahari hampir tinggi menghangati negeri sakura. Ia mengedarkan pandangannya dan tidak menemukan Gerald. Tiba-tiba ia teringat kejadian semalam setelah dari Kyoto Tower. Tanpa diduga gadis itu malah seperti memukul-mukul kepalanya.
"Bodoh ... bodoh ... bodoh!"
Bagaimana bisa dia mengikuti permainan Gerald semalam. Dia akui meski hatinya menolak tapi tubuhnya merespon semua sentuhan Gerald. Ia pun malu mengatakan kalau kejadian semalam disebut pemerkosaan sedang dirinya ikut menikmatinya. Manda merasa sudah layak menjadi sex slave sang iblis. Namun satu hal yang iblis itu tidak tahu. Meski tubuhnya terpuaskan dengan gairahnya, tak ada sedikitpun getaran yang Manda rasakan di hatinya. Seperti hanya kegiatan seks semata tanpa ada rasa terdalam direlung hatinya. Berbeda dengan --
Dret dret
Manda tampak mencari suara ponsel yang bergetar. Menoleh ke atas laci tepat di sampingnya. Dahinya mengkerut kenapa Gerald meninggalkan ponselnya. Sedikit ragu mulai meraih benda pipih itu. Matanya sedikit membulat melihat nama yang tertera di layar ponsel. Tiba-tiba saja organ tubuh yang memompa aliran darahnya berpacu lebih cepat. Padahal Manda belum berbicara dengan sang penelpon.
Dengan menarik napasnya perlahan Manda memberanikan mendial layar untuk menerima panggilan. Manda tidak bersuara, tapi suara di seberang sana langsung memulai pembicaraan tanpa tahu dengan siapa panggilan teleponnya diterima. Saat Manda mulai berani membuka suara, tiba-tiba saja panggilannya seolah terputus karena tidak ada respon apapun setelah Manda berbicara. Manda sampai melihat kelayar ponsel yang ternyata masih aktif. Saat ia ingin memutuskan panggilan karena tidak ada respon, detik itu juga Jordy Nathan bersuara.
"Kau ... apa kabar? Bagimana keadaanmu? Apa kau baik-baik saja? Apa Gerald memperlakukanmu baik atau malah menyakitimu?"
Manda seolah tidak percaya dengan pendengarannya. Suara Jordy begitu jelas dengan kekhawatiran. Seketika hatinya menghangat, garis bibirnya mulai melengkung keatas. "Aku baik-baik saja. Bagaimana kabarmu? Kau tahu, aku kesepian tidak ada teman sepertimu."
Jordy terdiam sejenak mendengar keluhan Manda. "Setidaknya itu lebih baik daripada kau keluar lalu mencoba melarikan diri di negeri orang." Jeda sesaat hingga Jordy tampak ragu untuk menanyakan sesuatu. "Hm, apa Gerald melakukan hal buruk?"
Tanpa Manda tahu diseberang sana Jordy tampak cemas menunggu jawabannya.
Sedangkan Manda yang ditanya sebegitu bingungnya untuk menjawab. Saat matanya tepat mengarah kaca besar dihadapannya ia jelas melihat tubuh polosnya di balik selimut tipis. Bahkan tempat tidur yang masih ia tempati nampak berantakan akibat aktivitas panas semalam. Manda menggigit bibirnya, bingung apa yang harus dikatakan pada Jordy.
Pelecehan? Jelas ia menikmatinya. Pemerkosaan? Tapi tubuhnya menyambut semuanya. Ah, pasti sekarang dia sudah berubah jalang tanpa disadari.
"Manda ... apa kau mendengarku?"
Manda terkesiap saat suara Jordy kembali terdengar. "Ah, aku mendengarmu. Gerald tidak melakukan hal buruk. Selama di sini dia begitu sibuk. Aku bersyukur karena bisa merasakan ketenangan." Jawab Manda sekenanya. Ia tidak mau pria itu mengetahui hal yang sebenarnya terjadi. Jordy pasti akan menganggap dirinya rendah bila tahu ia menikmati cumbuan Gerald.
Tangan Manda meremas dadanya. Kenapa detak jantuknya tak kunjung reda selama berbicara dengan Jordy. Padahal mereka hanya mendengar suara tanpa tatap muka.
"Syukurlah ... aku sampai sulit tidur memikirkan kelakuan Gerald di sana." Ada kelegaan dari hembusan nafas Jordy. "Ehm, apa kau sudah mengunjungi kota indah di sana? Dan jangan sampai lupa kau mengunjungi museum tokoh kartun kesukaanmu. Karena di sana banyak sekali replika Doraemon dengan berbagai macam pose. Satu lagi ... kau pasti sangat ingin melihat pintu kemana saja dengan jelas seperti impianmu dulu." Ucap Jordy.
KAMU SEDANG MEMBACA
Slave Love Story ✔
Romance[ PRIVAT acak ] Follow dulu baru baca... Tujuan utamanya hanya satu, menyaksikan kehancuran seseorang yang sangat dibencinya. Seseorang yang telah merebut kebahagiaannya. Sebuah rencana telah tersusun rapi. Namun, apakah takdir mampu merealisasikan...