12

12.9K 783 71
                                    

Di taman belakang mansion tampak seorang gadis begitu bahagia melihat bunga-bunga bermekaran. Gadis itu melewati tiap sisi jalan kecil yang penuh dengan panen tumbuhan cantik yang beraneka ragam jenis dan warna.

"Kau bisa memetiknya bila kau suka."

Manda menoleh pada suara bariton dibelakangnya. Tatapan Jordy tampak tajam menelusuri tubuh Manda. Gadis itu menundukan kepala. "Aku lebih menyukai bunga-bunga ini tetap tumbuh subur di tangkainya. Rasanya seperti memutuskan kebahagiaannya jika aku sampai memotong lalu mengambil kelopaknya."

"Kau sensitif sekali. Ini hanyalah tumbuhan biasa. Bahkan di luar sana banyak sekali dijual dalam bentuk buket. Kau bisa dituntut oleh penyuka bunga kalau sampai ucapanmu terdengar mereka."

Tubuh Manda menegang. Mana bisa ia dituntut karena menyuarakan pendapatnya mengenai hal seperti itu.

"Aku hanya bergurau. Kenapa kau tegang sekali." Jordy memetik setangkai bunga lily untuk diselipkan ke telinga Manda tanpa permisi. Gadis itu langsung saja mengangkat wajahnya karena terkejut.

"Hei, kenapa kau malah memetiknya? Aku lebih suka melihatnya daripada memiliki."

"Kau terlalu berlebihan, Manda. Lihat, masih banyak bunga-bunga merekah di sini. Aku hanya memetiknya satu untukmu."

"Tapi tetap saja aku tidak suka. Kau harus kuhukum." Manda memasang wajah marah.

"Hukum?"

Manda mengangguk kemudian berjalan menuju rumah kaca tempat bibit dan tumbuhan yang baru ditanam. "Kemarilah!"

Jordy mengernyit namun tetap menghampirinya. "Kau ingin aku menanam bibit?" tanya Jordy melihat Manda mulai sibuk dengan alat menanamnya.

"Tentu saja. Kau sudah membuat satu tanaman kehilangan tangkainya. Jadi kau harus menggantikannya dengan bibit baru."

Manda mulai mengambil pot. Gadis itu berbalik memperhatikan Jordy yang masih menatap aneh padanya. "Kenapa kau masih diam di situ? Ayolah, kerjakan tugasmu. Atau kau memang tidak bisa melakukan hal mudah ini?" Alis Manda terangkat.

"Kau meremehkanku, Manda Savana." Jordy segera mengambil alat tanamnya.

"Tuan Jordy. Alangkah lebih baik kau melepas jas formal mu itu. Kita sedang ingin menanam bukan meeting kantor."

Pria itu segera menanggalkan jasnya, melepaskan dasi dan membuka kancing teratas kemejanya. Tak lupa menggulung sedikit lengan kemeja putihnya. Entah kenapa Jordy nampak lebih manly meski sudah menanggalkan setelan resminya. Manda terkesiap saat Jordy memanggilnya.

"Jangan terlalu berat berpikir. Kau harus memanfaatkan waktumu selagi Gerald tidak ada. Nikmatilah masa tenangmu," ucap Jordy seolah tahu pikiran Manda. Pria itu tetap sibuk dengan aktivitasnya.

Manda mengangguk lantas kembali sibuk dengan segala jenis bibit bunga. Dalam hati ia berdoa kejam. Semoga sang iblis tidak akan kembali. Kalau perlu pesawat yang mengantarnya kecelakaan dan menewaskan sang iblis. Manda hanya tertawa kecil dengan pikiran jahatnya.

Bukankah orang jahat itu lebih sulit menemui kematiannya?

"Kau lama sekali bergerak, Manda. Lihat, aku sudah mendapat satu pot bibit yang kutanam." Jordy meletakkan tanamannya berderet dengan bibit baru yang lain. "Jangan hanya memandangiku, Nona. Bisakah kau membantuku?" Manda terkesiap mendengar panggilan Jordy.

"Ah, ya. Ada apa? Apa yang bisa kubantu?"

"Tolong gulung lenganku sampai siku. Tanganku sudah kotor." Jordy menyodorkan lengannya. Manda segera meraih lengan kokoh Jordy lalu mulai menggulungnya sampai siku. Mata tajam Jordy tak pernah lepas memperhatikan wajah cantik di depannya.

Slave Love Story ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang