Hampir satu minggu Manda kembali di kediaman Gerald. Ia merasa sikap iblis itu sedikit berubah. Pria itu tidak menyentuhnya sama sekali bahkan kini sikapnya terkesan protectif dengan apapun tindakannya.
Selama itu pula ia tidak pernah menjumpai Jordy. Entahlah mungkin pria itu yang terlalu sibuk dengan tugasnya atau memang sengaja menghindarinya. Manda jelas merasa kesepian karena tidak ada orang yang diajak berbicara. Karena biasanya dia selalu mengeluh tentang apapun dan siapapun di rumah ini kepada Jordy.
"Kau sudah siap?" Gerald memasuki kamar dengan setelan jas mahalnya. "Kenapa kau masih berpakaian seperti itu. Apa kau tidak mendengar perintahku?"
Jelas Manda tahu pria ini ingin mengajaknya makan malam di luar, dan tentunya restoran mahal. Ia sangat jengah memandang pria di hadapannya.
"Aku tahu, dan tidak ada yang salah dengan penampilanku. Berpakaian bersih dan sopan." Manda tak mau kalah dengan Gerald karena ia merasa tak ada yang salah dengan kostumnya. Short dress selutut berwarna peach tetap terlihat manis di tubuhnya. Gerald jelas melihatnya.
"Benar sekali, kau tetap cantik mengenakan apa pun." kemudian Gerald meraih paksa pinggang Manda. "Apa lagi saat tubuhmu polos, kau semakin terlihat cantik dan sensual," bisik Gerald membuat Manda bergidik ngeri. Sebelum Manda menghindar Gerald sudah mencengkeram lengannya lalu membawanya ke mobil yang sudah siap berangkat.
Manda terdiam selama perjalanan. Ia tidak menyangka karena Jordy yang mengendarai. Gadis itu melirik sepintas dari kaca. Jordy tampak acuh mengabaikannya. Hingga mobil berhenti di sebuah restoran mewah.
Gerald menggandeng Manda yang masih berusaha melepaskan. Seketika wajahnya memucat mendengar ancaman di telinganya. "Kau menurut, atau setelah ini aku akan mengentakkan tubuhmu tanpa ampun semalaman?" Gerald tersenyum karena gadis itu menurutinya.
Benar sekali ancaman Gerlad langsung membuat Manda menurut. Makan malam berjalan lancar meski sedikit membuat Gerald kesal karena gadis itu hanya terdiam meski menurutinya. Ternyata lebih menyenangkan kalau gadis itu membangkang. Membuatnya berhasrat ingin membungkam bibir pedasnya.
Mereka sudah kembali ke mansion. Manda sudah membuka pintu mobil ingin keluar tiba-tiba saja lengannya ditarik paksa lantas beralih meraih tengkuknya melumat dalam bibir yang sedari tadi ingin Gerald habiskan. Serangan tiba-tiba itu membuat Manda melebarkan matanya ingin berteriak namun dimanfaatkan Gerald membelitkan lidah mereka hingga Manda refleks menggigit bibir Gerald karena tersedak saliva dan seketika terlepas.
Jordy yang menyaksikan hal itu seolah acuh saja namun tak ada yang tahu karena saat itu tangannya tengah mencengkeram kuat kemudi. Melihat pemaksaan intim tersebut.
"Bajingan!" Manda memaki lantas berlari sambil menggosok bekas ciuman Gerald. Pria itu hanya tersenyum senang melihat kemarahan Manda. Gerald tersenyum miring melirik Jordy yang hanya menunduk.
🍁🍁🍁
"Bajingan! Sialan! Brengsek! Manusia terkutuk!" Manda memaki puas di dalam kamar. Ia tidak menyangka setelah menuruti pria itu tetap saja iblis itu melecehkannya. Bahkan di hadapan Jordy.
Hatinya terasa sakit saat Gerald menciumnya pria itu hanya diam saja seolah tidak ada hal yang terjadi. Jordy mengabaikannya. Terlalu bodoh Manda sampai berpikir pria itu akan menolongnya.
Tidak akan. Tidak akan pernah.
Jordy sama pengecutnya dengan iblis itu."Kenapa cantik? Aku senang mendengarmu memaki. Bibir cantikmu semakin menggairahkan untukku lelehkan dalam mulut panasku." tiba-tiba saja Gerald sudah ada dalam kamarnya.
"Kau mau apa? Ini sudah malam. Aku sudah mengantuk." Wajah Manda mulai memucat. Tubuhnya sudah terbaring karena Gerald menghimpitnya.
"Hhmptt ... sshh ..." Manda sudah tak berdaya di bawah tubuh kekar Gerald. Pria itu melumat tanpa ampun bibir ranum Manda. Mengeksplore seluruh rongga mulutnya. Tangannya mulai merambat ke paha mulus Manda. Menyingkap gaunnya ke atas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Slave Love Story ✔
Romance[ PRIVAT acak ] Follow dulu baru baca... Tujuan utamanya hanya satu, menyaksikan kehancuran seseorang yang sangat dibencinya. Seseorang yang telah merebut kebahagiaannya. Sebuah rencana telah tersusun rapi. Namun, apakah takdir mampu merealisasikan...