~Prolog~

13.5K 939 7
                                    

Seokjin menyandarkan tubuh tegapnya di kursi taman. Badannya pegal pegal karena berurusan dengan berandalan sekolah.

Sial!

Batinnya berseru kesal ketika mengingat kejadian dimana pagi tadi ia menabrak ketua genk berandalan di sekolah. Kim Jisoo. Mencari masalah dengan gadis barbar semacam itu adalah kesialan mutlak bagi Seokjin.

Hhh...

Seokjin menghela nafas sekali lalu mulai berjalan meninggalkan area sekolah. Untungnya ia tidak terjebak di sekolah karena ini jam lima sore dan seharusnya sekolah sudah di kunci.

Saat melewati sebuah gang sempit,langkah Seokjin dihalangi oleh segerombolan anak kelas dua belas.

Oh shit!

Batinnya kembali mengumpat kesal. Mereka pasti akan memalaknya. Seokjin pun berusaha tenang dan melewati mereka seakan tak terjadi apapun.

Sebua tangan besar dan kekar menahan laju Seokjin. Musnah sudah harapannya bebas dari para tukang palak itu.

"Hei,hei. Mau kemana kau?"

Seokjin menghela nafas. Ia berbalik dengan raut muka serius yang sama sekali tidak menakutkan dimata segerombolan pemalak itu.

"Apa mau kalian?!"

"Wow wow wow. Kau hanya harus tenang dan menyerahkan seluruh uangmu. Itu saja." mereka semua tertawa dengan keras.

"Kalau aku tidak mau?"

Seokjin berkata dengan nada menantang,yang seketika membuat tawa para pemalak itu berhenti. Muka mereka jadi terlihat sangar karena merasa di ejek oleh Seokjin.

"Sial!kau menantang kami?serang dia!"

Seokjin menghindari pukulan dari salah satu pemalak itu. Ia mulai meninju dengan gerakan cepat sampai salah diantara mereka tumbang.

Yang lain pun langsung memukul Seokjin secara bersamaan sehingga ia tak sempat menghindar dan ia tumbang. Mereka mengeroyok Seokjin tanpa ampun. Seokjin sudah benar benar babak belur dan hampir pingsan.

Tiba tiba,salah satu dari mereka tersungkur karena mendapat tendangan dari arah belakang. Otomatis,mereka menengok kebelakang dan langsung tersungkur karena mendapat tinjuan tak terduga.

Seorang berhoodie hitam kini berdiri di hadapan mereka. Tanpa babibu lagi,ia maju dan meninju telinga salah satu dari genk pemalak itu,sehingga yang ditinju pun tumbang.

Tersisa tiga lagi dari lima orang anggota genk pemalak itu. Sosok berhoodie hitam itu pun langsung menerjang salah satu dari mereka dengan menendang kemaluannya.

Tersisa dua lagi. Merekapun maju dan hendak meninju sosok berhoodie tersebut,tetapi serangan mereka berhasil di tangkis.

Salah satu dari merekapun mengunci lengan sosok berhoodie tersebut sehingga ia tidak bisa bergerak. Temannya yang lain pun mengarahkan pukulan kewajah sosok berhoodie tersebut,tetapi sosok berhoodie tersebut bisa menghindar sehingga pukulan itu mengenai wajah pemalak yang sedang memegangi sosok berhoodie tersebut.

Tak menyia nyiakan kesempatan,sosok berhoodie itu menginjak kaki orang yang menguncinya dengan kuat,sehingga orang itu kesakitan. Sosok berhoodie itu pun meninju rahang orang yang menguncinya tadi dengan kuat. Orang itupun tumbang.

Tersisa satu orang lagi. Sosok berhoodie itupun membuka tudung hoodienya. Anggota genk berandalan yang tinggal tersisa satu itupun terkejut,karena sosok berhoodie itu ternyata adalah Kim Jisoo,petarung jalanan yang terkenal di sekitar situ.

Genk berandalan itupun kabur ketakutan sembari terseok seok. Jisoo pun mengalihkan pandangannya pada Seokjin. Ia menghampiri pria itu dan memapahnya pelan pelan.

Seokjin yang pandangannya mulai kabur pun,tetap memaksakan diri untuk melihat orang yang menolongnya. Dan ia terkejut ketika ia melihat Kim Jisoo lah yang memapahnya. Ia pun meringis,ketika hendak bicara karena bibirnya sobek.

"Jangan banyak bicara dulu. Bibirmu sobek."

Merekapun menepi di mini market karena hujan mulai turun. Jisoo mendudukan Seokjin di kursi yang disediakan di teras mini market. Jisoo pun masuk ke mini market,lalu keluar dengan membawa kapas,betadine,alkohol,dua minuman kaleng dan dua cup ramyeon yang telah diseduh.

Ia pun mulai mengobati luka Seokjin dengan hati hati. Keadaan hening dan canggung,karena keduanya tak tahu harus bicara apa satu sama lain.

Setelah selesai mengobati Seokjin,Jisoo menyodorkan satu ramyeon dan satu minuman kaleng pada Seokjin.

Tanpa berkata apapun,Jisoo berlari menembus hujan yang turun dengan deras. Seokjin hendak mengejar Jisoo,tetapi Jisoo berlari begitu cepat,sehingga Jisoo menghilang di tengah hujan.

Seokjin menatap minuman kaleng dan ramyeon yang ada di atas meja. Seokjin mulai berfikir,mungkin Jisoo tak seburuk yang ia bayangkan.

Hold Me Tight[Jinsoo] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang