10-11-20xx
Hari ini hari pemakaman eomma. Tapi entah kenapa aku tidak menangis. Appa juga tidak datang.
3-2-20xx
Sudah dua bulan sejak eomma meninggal aku jadi jarang menulis di barang terakhir yang diberikannya ini
7-2-20xx
Kim Seokjin menyebalkan!!!aku harap dia enyah dari hadapanku. Aku merasa seperti dikejar kejar rentenir.
5-3-20xx
Dia menyatakan perasaannya padaku. Ya tuhan!!!aku malu sekali. Tapi aku senang,kurasa aku juga menyukainya.
6-3-20xx
Dia membuatku melayang. Kim Seokjin tidak bagus untuk kesehatan jantungku!!!😡
***
Seokjin terkekeh pelan sembari menutup buku bersampul coklat--diari Jisoo,dan kembali menyimpan buku itu ditempatnya semula.
Ia senang jika Jisoo menjadi lebih ekspresif dengan menuliskan apa yang dirasakannya pada Seokjin. Tapi ada sedikit kekhawatiran pada diri Seokjin. Dan kekhawatiran itu membesar seiring berjalannya waktu.
Seokjin menghela nafas. Ia berbalik memandangi gadisnya. Dengan lembut,Seokjin meraih tangan Jisoo dan menggenggamnya erat,tapi tidak sampai membuat gadisnya yang tengah tertidur itu terbangun.
Seokjin tahu ada yang disembunyikan Jisoo darinya. Ia takut Jisoo terkena penyakit parah karena dari penglihatannya,Jisoo semakin kurus ditambah rambutnya yang nampaknya kian hari kian menipis juga tampak dari wajahnya yang pucat.
Kemungkinan kemungkinan burukpun terkumpul dibenaknya. Dan itu membuat Seokjin gelisah.
Rupanya,kegelisahan yang Seokjin rasakan membuat Jisoo terjaga. Gadis itu mengerjapkan matanya beberapa kali hingga netranya bisa menyesuaikan diri.
Pandangannya beralih pada Seokjin. Bisa Jisoo lihat gurat kekhawatiran yang dutujukan untuknya lewat manik coklat bening milik lelaki tegap itu.
Iapun segera mengelus punggung tangan Seokjin yang menggenggam tangannya dengan jempol. "Gwenchana Seokjin ah,gwenchana. Tak ada yang perlu ditakutkan. Semua akan baik baik saja."
"Aku takut. Tapi melihatmu membuat semua rasa takutku hilang. Kuharap tidak ada yang memisahkan kita,ne?"
"Hmm,ne."
Seokjin pun mencium kening Jisoo. Lalu turun ke kedua mata gadis itu,hidung,pipi dan terakhir bibir. Tak ada lumatan dan nafsu. Hanya sentuhan bibir yang menggambarkan betapa besar rasa cinta mereka satu sama lain.
Seokjin pun melepas tautan mereka. Ia terkekeh kecil ketika dilihatnya wajah Jisoo yang memerah bak kepiting rebus. Seokjin merasa bahagia sekali. Sejenak,ia melupakan seluruh kekhawatiranya pada Jisoo.
Yang mereka lakukan saat ini hanya saling bertatap tatapan tanpa ada satu katapun yang terucap dari bibir masing masing.
Jisoo pun menggeser posisi tidurnya sembari menepuk tempat yang kosong,mengisyaratkan Seokjin untuk berbaring disebelahnya. Seokjin hanya mengangguk kecil dan lantas naik ketempat tidur. Ia pun memeluk Jisoo erat seakan tak mau kehilangan.
"Hhhhhh...nyamannya~soso ah biarkan seperti ini ne? Aku sedang sangat ingin memelukmu. Aku rindu."
"Dasar tukang gombal!!" seru Jisoo pelan tetapi tetap mengangguk mengiyakan.
"Tapi kau cinta kan dengan tukang gombal ini?"
"Ani. Aku membencimu. Sangat oppa."
"Hm. Aku juga mencintaimu. Tidurlah lagi jika kau lelah."
Jisoo kembali mengangguk dan menyamankan posisinya di pelukan Seokjin.
'Andai kita bisa seperti ini selamanya Seokjin ah'
***
Euumm yang dikasih adegan kiseu. Ok j nulis spesial chapter lagi. Sebenernya siih mau konflik tapi ditunda dulu soalnya HMT sudah mencapai 1k viewers!!!yeeeyyy🎉🎉terimakasih untuk para readers yang setia membaca dan mendukung HMT tanpa kalian aku hanyalah ampas kacang😢😢voment juseyo~
KAMU SEDANG MEMBACA
Hold Me Tight[Jinsoo]
FanfictionYang Seokjin tahu Jisoo adalah gadis berandalan pembuat onar di sekolah. Suatu hari ia melihat sisi lain Jisoo yang membuatnya perlahan lahan merubah pandangannya pada gadis itu.